tirto.id - Hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menempatkan DKI Jakarta sebagai wilayah dengan biaya hidup termahal di Indonesia. Nilai konsumsi (NK) di wilayah metropolitan tersebut mencapai Rp14,9 juta per bulan.
“Yang pertama adalah DKI Jakarta yaitu dengan rata-rata nilai konsumsi Rp14,9 juta ya, kemudian diikuti Kota Bekasi Rp14,3 juta kemudian kota Surabaya Rp13,4 juta per bulannya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dikutip Youtube resmi BPS, Selasa (12/12/2023).
Secara rinci, sepuluh kota dengan peringkat nilai konsumsi tertinggi di Indonesia seperti DKI Jakarta sebesar Rp14.884.110,27, kemudian Kota Bekasi sebesar Rp14.335.418,26, Kota Surabaya sebesar Rp13.357.751,79.
Lalu, Kota Depok menempati posisi keempat dengan nilai konsumsi sebesar Rp12.353.766,77, kemudian Kota Makassar sebesar Rp11.504.941,59, Kota Tangerang Rp10.964.939,69, Kota Bogor Rp10.731.157,75, Kota Kendari Rp10.233.553,66, Kota Batam Rp10.026.848,48, dan Kota Balikpapan sebesar Rp9.869.210,11.
Pudji menuturkan, terdapat perhitungan komoditas baru yang mempengaruhi biaya hidup di sejumlah kota, di antaranya seperti peralihan konsumsi rokok konvensional ke rokok elektrik, receiver televisi, penggunaan Hand Sanitazer, bahkan jenis transportasi baru seperti MRT dan LRT turut menyumbang kenaikan nilai konsumsi.
“Misalkan yang saat ini kemudian masker dan hand sanitizer sekarang signifikan dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu pengganti dari antena televisi ya karena kita menggunakan televisi analog ke televisi digital,” kata Pudji.
Lebih lanjut, kata Pudji, wilayah perkotaan memiliki pola konsumsi yang lebih beragam dibanding dengan wilayah pedesaan. Tercatat, wilayah perkotaan memiliki komoditas untuk dikonsumsi lebih banyak. Hal ini menandakan semakin bervariasinya komoditas yang berkembang sehingga menaikkan nilai konsumsi.
“DKI Jakarta adalah wilayah yang memiliki paket komoditas terbanyak yaitu 479 kemudian diikuti oleh beberapa kota besar lainnya seperti Makassar, Padang, kemudian Bandung,” kata Pudji.
“Paket komoditas paling sedikit ini adalah Kabupaten Muara Enim ya Muara Enim ini adalah wilayah dengan paket komoditas yang paling sedikit yaitu 177,” tambah dia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menuturkan cakupan sampel pada SBH 2022 yang terbaru ini melibatkan 240.000 rumah tangga.
“Tambahan wilayah cakupan sebanyak tambahannya 60 Kabupaten sebagai representatif wilayah plural maka sampel sbh Tahun 2022 pun bertambah menjadi 240.000 sampel rumah tangga,” kata Amalia.
Kemudian, paket komoditas yang disurvei bertambah dari yang sebelumnya pada 2018 sebanyak 835 komoditas menjadi 847 komoditas. “Indeks Harga Konsumen ini juga bertambah menjadi 847 komoditas. Hal ini tentunya menggambarkan bisa lebih lengkap dan lebih baik untuk menangkap perubahan pola konsumsi,” ucap dia.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang