Menuju konten utama

BMKG Minta Masyarakat Waspada Sesar Pati Penyebab Gempa Blora

Sejak 18 Desember 2019 sudah terjadi 3 kali gempa di wilayah antara Pati, Lasem, dan Blora. Sejarah gempa mencatat bahwa pada masa lalu, Sesar Naik Pati sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa kuat dan merusak.

BMKG Minta Masyarakat Waspada Sesar Pati Penyebab Gempa Blora
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono meminta masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap meningkatnya aktivitas gempa tektonik di kawasan Pati hingga Blora akhir-akhir ini, Kamis (26/12/2019).

Sebelumnya Daryono menginformasikan adanya gempa bumi yang terkadi di Blora pada Rabu (25/12/2019) pukul 16.11.58 WIB. Berdasarkan laporan masyarakat gempa tersebut dirasakan oleh warga Blora, Grawan, Ngiri, Bulu, dan Japoh dalam skala intensitas II MMI (Modified Mercally intensity) hingga menyebabkan benda-benda digantung bergoyang.

"Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa ini memiliki magnitudo 3,6. Episenter terletak pada koordinat 6,87 LS dan 111,30 BT tepatnya di darat pada jarak 16 kilometer arah barat laut Blora, pada kedalaman 13 kilometer. Melihat kedalaman hiposenternya yang dangkal ini, tampak bahwa gempa dipicu aktivitas sesar aktif," ujar Daryono melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi Tirto.

Daryono menambahkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampaknya gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Naik Pati (Pati Thrust). Sesar naik Pati merupakan sesar aktif yang patut diwaspadai. Sesar Naik Pati memiliki magnitudo tertarget mencapai magnitudo 6,5 dengan laju pergeseran sesar sebesar 0,1 milimeter per tahun.

Sesar Pati adalah sesar dengan kelurusan yang panjang, berarah barat daya hingga timur laut. Ciri morfologi lain yang mengindikasikan keberadaan sesar ini adalah sebuah pola kelurusan (lineament) dari selatan Semarang ke arah timur laut melewati daerah Lasem dan menerus ke Laut Jawa.

"Jika kita mencermati aktivitas gempa di Jawa tengah, tampak sejak 18 Desember 2019 sudah terjadi 3 kali gempa di wilayah antara Pati, Lasem, dan Blora. Gempa pertama memiliki magnitudo 2,9 pada 18 Desember 2019 pukul 12.19.31 WIB. Gempa kedua terjadi dengan magnitudo 2,7 pada 18 Desember 2019 pukul 20.33.04 WIB," ujar Daryono.

Sedangkan gempa ketiga terjadi pada 25 Desember 2019 dengan magnitudo 3,6 terjadi pada pukul 16.11.58 WIB dan ketiga gempa ini semua lokasi episenternya tepat berada pada jalur Sesar Naik Pati.

Daryono menambahkan, sejarah gempa mencatat bahwa pada masa lalu, Sesar Naik Pati sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa kuat dan merusak. Seperti yang terjadi pada 1836, gempa merusak di daerah Rembang hingga Tuban dan mencapai skala intensitas VII MMI.

Selanjutnya pada 1847 gempa merusak juga terjadi di daerah Lasem dan sekitarnya. Gempa ini juga bersumber dari Sesar Naik Pati.

Pada 1890 gempa kuat melanda Pati dengan magnitudo 6,8. Gempa dangkal ini menyebabkan guncangan sangat kuat menimbulkan kerusakan yang parah mencapa skala intensitas VI-VII MMI dengan radius kerusakan mencapai sekitar 500 kilometer.

Dengan fakta tersebut, sehingga Daryono mengimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan, tetapi tak perlu panik berlebih.

Sementara itu, MMI merupakan Skala Mercalli, satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada 1902.

Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.

Oleh karena itu skala Mercalli sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Skala Mercalli yang dimodifikasi pada 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.

BMKG menjelaskan apa itu MMI, sebagai berikut.

I MMI Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang.

II MMI Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

III MMI Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

IV MMI Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

V MMI Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

Baca juga artikel terkait BMKG

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Siaran Pers
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH