Menuju konten utama

Bisnis Startup Indonesia Masih Sporadis

Usaha rintisan inovatif, berbasis teknologi yang selama ini ada di Indonesia masih dilakukan secara sporadis. Persoalannya karena pada umumnya saat ini adalah ketika sudah bisa membuat aplikasi dia merasa sudah bisa membuat startup.

Bisnis Startup Indonesia Masih Sporadis
Peserta Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, ciptakan startup digital solid melalui tahapan bootcamp. Lokasi Grhatama Pustaka, Jl. Janti Banguntapan Bantu No. 344, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (27/11/2016). [Tirto/Aya]

tirto.id - Usaha rintisan inovatif, berbasis teknologi yang selama ini ada di Indonesia masih dilakukan secara sporadis. Persoalannya karena pada umumnya saat ini adalah ketika sudah bisa membuat aplikasi dia merasa sudah bisa membuat startup.

“Startup itu juga harus tahu jalannya bisnis, bagaimana cara mendapatkan minimun seribu costumer pertama, bagaimana marketingnya, financingnya, dan lain sebagainya,” kata Lis Sutjiati, Staff Khusus Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Republik Indonesia, di Yogyakarta, Minggu (27/11/2016).

Menurutnya, Indonesia sedang memasuki ke era digital, sehingga mau tidak mau semuanya harus pindah ke sana. Mulai dari tatanan ekonomi dan pemerintahannya pun haru baru.

“Kalau mau lihat startup program ini bukan karena trend, tapi memang harus masuk ke digital,” ujar Lis.

Ia menyayangkan, kebanyakan anak muda sekarang hanya memiliki ide dan kesulitan untuk mengimplementasikannya dalam bisnis yang nyata. Oleh karena itu, menurut Lis, pemerintah bekerjasama dengan KIBAR untuk menjaring 1000 startup digital hingga tahun 2020.

Startup digital yang terpilih akan dibantu dalam hal membentuk bisnisnya menjadi sesuatu yang memiliki bisnis value lebih besar sehingga berdampak luas sebagai suatu usaha dagang. Upaya ini dilakukan agar indonesia tidak hanya menjadi the biggest market.

“Kita (Menkominfo) mau teman-teman menjadi player, tuan rumah di negara sendiri. Kita tuntun melalui implementasi program kelas dunia, dimulai dari menjalankan pendidikan entrepeneur, Indonesia belum menjadi negara entrepeneur,” kata Lis.

Program 1000 startup ini diharapkan menjadi wadah, agar tercipta ekosistem wiraswasta yang berbasis digital.

“Kita bimbing ide-ide mereka untuk mendapatkan solusi yang sesuai kebutuhan user-nya,” ungkap Lis.

Setelah solusi ditemukan, maka proses selanjutnya ialah membuat bisnis modelnya dapat diakses oleh siapa saja dengan mudah, artinya mudah digunakan dan dipahami. Lis mengatakan startup yang berkualitas dan dinilai layak akan dibantu oleh pemerintah untuk menerima bantuan dana modal antara Rp200-Rp500 jutaan lewat swasta dan pemerintah.

“Sekarang memang sedang diformulasikan, source itu bisa dari LPDB, USO, sebagian dari KUR, itu alternatifnya saat ini,”

Lis kemudian membeberkan rahasia sukses dalam berbisnis via startup, antara lain dalam pengelolaan modal yang penting adalah problem definisinya benar-benar ada, bukan asumsi, benar-benar fakta dan yang mengalami problem itu banyak sehingga marketnya bisa diproses menjadi solid.

“Hanya persoalan waktu sampai barang itu menjadi sesuatu yang solutif, nanti kalau sudah seperti itu orang-orang yang punya dana mau investasi,” kata Lis.

“Kita juga akan lindungi usaha dari pengusaha lokal ini. Utamanya UMKM, kita mau mereka transfer knowledge ke pengusaha lokal dengan duduk bersama. Kita ingin orang Indonesia yang jadi pengusahanya,” imbuhnya.

Baca juga artikel terkait BISNIS STARTUP atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Bisnis
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh