tirto.id - Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto mengakui bahwa Ganjar Pranowo menjadi salah satu bakal calon presiden yang populer di internal partainya. Namun demikian, kata Bima, PAN masih terus menggodok figur yang akan diusung di Pilpres 2024.
"Saat ini nama Mas Ganjar termasuk yang populer di internal," ucap Bima saat menghadiri acara Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) di Jakarta, Jumat 9 Desember 2022.
Wali Kota Bogor itu mengungkapkan masih ada sembilan nama lain yang juga tengah dilirik oleh PAN untuk diusung menjadi calon presiden pada Pilpres 2024.
"Tapi belum mengerucut, kan masih ada sembilan nama lagi. Dinamikanya masih panjang saya kira karena tiap daerah aspirasinya berbeda, masih muncul nama Mas Anies, ada nama Kang Emil sebagai alternatif, ada nama Erick Thohir. Jadi saya kira mungkin masih ada berdinamika di dalam PAN sendiri," jelasnya.
Ditanya terkait arah pencapresan Koalisi Indonesia Bersatu, Bima Arya menyebut hingga saat ini peluang masih terbuka sehingga tidak otomatis memberikan mandat capres kepada ketua partai yang tergabung dalam KIB.
"Saya kira sih semua peluang terbuka ya, yang pasti kata kuncinya akseptabilitas, nama yang diusung itu harus diterima oleh tiga partai. Ya artinya kalau ada satu usulan dari satu partai ya harus diterima sama yang lain, jadi saya kira kuncinya adalah akseptabilitas," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono berkumpul di Restoran Bunga Rampai, Cikini, Jakarta Pusat pada Rabu (30/11/2022).
Saat tiba ketiganya enggan membeberkan perihal isi pertemuan yang akan dibicarakan. Hanya kelakar sepak bola perhelatan piala dunia yang mereka lontarkan saat diwawancarai oleh awak media.
"Jepang itu seragamnya biru kayak PAN tapi bisa mengalahkan Jerman, Arab Saudi seragamnya hijau bisa mengalahkan Argentina, kalau Brasil kuning dan kuning sudah besar sejak lama," kata Zulkifli Hasan.
Penulis: Fatimatuz Zahra
Editor: Fahreza Rizky