tirto.id - Minggu, 2 Juli 2017, Ahmad Dhani membuat pernyataan yang cukup bikin geger. Kala itu Dhani menggagas Dewan Museum Jakarta. "Dewan museum itu isinya pakar, ahli dalam dunia kemuseuman. Saya dan Fadli Zon adalah orang yang paling ahli di Jakarta dalam urusan museum," ujar Dhani seperti dikutip beberapa media.
Ide Dhani sebenarnya amat menarik, sebab Indonesia termasuk negara dengan jumlah museum yang amat sedikit. Dengan penduduk kurang lebih 250 juta jiwa, hanya ada 428 museum di Indonesia. Di Amerika Serikat yang punya 320 juta orang penduduk, ada 35 ribu museum.
Meski demikian, klaim Dhani memang layak untuk diuji. Pentolan band Dewa ini memang dikenal sebagai penyuka barang antik. Bahkan ia punya langganan penjual barang antik di Pasar Cikapundung, Bandung, Jawa Barat. Begitu pula Fadli Zon yang dikenal sebagai kolektor keris, buku, hingga naskah kuno.
Tapi apakah kolektor barang antik bisa disebut sebagai orang yang paling paham tentang museum? Tunggu dulu.
Mengenal Museologi
Menurut Kamus Merriam-Webster, museum diartikan sebagai institusi yang mencurahkan perhatian terhadap usaha melestarikan, merawat, mengkaji, dan menampilkan barang-barang bernilai sejarah. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan museum sebagai "Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno."
Tapi memahami museum tidak sekadar mengoleksi, merawat, dan memamerkannya. Ada ilmu yang disebut sebagai museologi. Janick Daniel Aquilina dalam The Babelian Tale of Museology and Museography (2011) menyebut museologi atau museografi sebagai "studi tentang museum, kurasi museum, pameran seni, dan bagaimana museum berkembang menjadi institusi pendidikan melalui kekuatan sosial dan politik."
Seorang yang menekuni museologi disebut sebagai museolog. Di museum, tugas mereka beragam. Mulai dari menampilkan barang koleksi museum, membuat pameran, membeli koleksi langka—museolog harus tahu tentang nilai sebuah barang koleksi—hingga mengkurasi apa saja yang layak ditampilkan di museum. Tugas lain seorang museolog juga mencakup pembuatan program edukasi hingga pelatihan.
Sejak 1977, International Commitee for Museology (ICOFOM) berusaha mengembangkan museologi sebagai cabang ilmu saintifik dan disiplin ilmu tersendiri. Diharapkan dengan dimasukkannya museologi sebagai disiplin ilmu tersendiri, bisa membantu pengembangan museum dan pekerjaan dalam museum dengan cara riset, kajian, dan penyebaran pemikiran museologi. Para pekerja dan peneliti yang berkecimpung di museum juga bisa bergabung dengan International Council of Museum (ICOM), organisasi museum dan pekerja museum yang berdiri sejak 1964. Organisasi ini punya kurang lebih 35.000 anggota dari 137 negara.
Lalu apa yang dipelajari di museologi?
Secara garis besar, museologi adalah ilmu interdisipliner. Peminatnya bisa berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari penggemar karya seni, teknologi, antropologi, pendidikan, zoologi, hingga administrasi bisnis. Sebab, pekerjaan di museum melintasi pelbagai bidang keilmuan.
"Pekerjaan museolog memang bukan pekerjaan satu dimensi," ujar Kanika Kuthiala, asisten kurator di National Gallery of Modern Art, Delhi, India.
Universitas Rochester, New York, Amerika Serikat, pernah merilis berbagai jenis pekerjaan yang ada di museum. Pertama adalah direktur. Secara garis besar, tugas seorang direktur museum adalah bertanggung jawab terhadap keseluruhan museum dan sistem kerjanya. Juga harus bisa membantu semua departemen di bawahnya.
Lalu ada kurator yang bertugas menangani salah satu jenis isi museum. Kurator seni rupa di sebuah museum tak akan mengurusi obyek binatang pra-sejarah di museum yang sama. Ada pula pencatat, juga desainer grafis. Tiga sektor pekerjaan ini nantinya akan saling beririsan ketika membuat katalog museum. Universitas Rochester mencatat setidaknya ada 29 jenis pekerjaan museum yang masuk dalam 5 bidang besar. Namun seorang museolog kerap menjalani tugas ganda. Alasannya mulai dari minimnya tenaga kerja, hingga kurangnya dana untuk membayar pekerja lain.
"Pekerjaan sebagai museolog memang amat kompleks, kompetitif, dan kerap membuat seorang pekerja menjalani tugas ganda," tulis N Elizabeth Schlatter yang menulis "Types of Jobs in Museums" di buku A Life in Museums: Managing Your Museum Career.
Bagaimana seseorang bisa berkecimpung dalam dunia museologi? Yang jelas, ia harus punya minat dan kesukaan terhadap suatu bidang tertentu. Jika Anda ingin berkecimpung di museum sejarah, jelas Anda harus punya pengetahuan dan ketertarikan terhadap sejarah. Sebuah museum berukuran besar seperti Louvre punya koleksi sekitar 380.000 obyek dari berbagai departemen dan sekitar 35.000 karya seni. Untuk museum seperti itu, dibutuhkan museolog dari berbagai jenis latar belakang.
Selain itu, museum-museum terkenal dunia mencari para sarjana yang memiliki gelar di bidang tertentu. Mulai dari sejarah, sejarah kuno, arkeologi, antropologi, ilmu pengetahuan alam, geologi, hingga orang yang bisa memahami bahasa kuno semisal Sansekerta. Kadang jika ada museum dengan tema spesifik, yang dicari tentu orang yang menguasai tema spesifik tersebut.
Misalkan seperti lowongan sebagai Direktur Eksekutif di Burchfield Penney Art Center, Buffalo State, New York. Karena pusat seni dan museumnya bertema spesifik, maka lowongan Direktur Eksekutif harus memiliki pengetahuan mendalam tentang Charles E. Burchfield, seorang seniman ikonik Amerika Serikat. Selain itu ia juga harus punya pengalaman di bidang akademis, juga bisa merancang anggaran, dan berbagai tugas lain seorang direktur eksekutif.
Sebagai disiplin ilmu pengetahuan, museologi juga makin berkembang. Kini ada banyak program Master di bidang museologi. Situs Master Studies melansir ada setidaknya 37 hingga 48 program master di bidang ini. Mulai dari master di jurusan Museology New Media and Museum Communication; History of Art and Museum Stuedies, Curatorial Practice, hingga Museum and Gallery Practice. Ada pula program doktoral museologi. Program ini bisa diambil di University of Manchester, Inggris, hingga di Politecnico di Milano, Italia.
Jadi jelas, untuk menjadi seorang museolog tidak sekadar berbekal kegemaran mengoleksi barang antik. Apalagi hanya klaim tunggal sebagai orang yang paling paham museum. Museologi, sama seperti cabang ilmu pengetahuan lainnya, menuntut dedikasi tinggi, serta kemauan untuk belajar terus menerus. Sebab museologi terus berkembang dan sumber daya manusia yang menangani sebuah museum, sama pentingnya dengan obyek yang mereka pelajari dan rawat.
Hal ini diungkapkan oleh François Mairesse dan André Desvallées, editor Key Concept of Museology. Dua orang ini punya pendapat menarik tentang pentingnya sumber daya manusia dalam bidang museum dan museologi.
"Elemen manusia itu jelas amat penting untuk memahami bagaimana sebuah museum bekerja, sama pentingnya dengan staf yang bekerja dalam museum."
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Maulida Sri Handayani