tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo meyakini nilai tukar rupiah akan bergerak cukup positif. Hal itu, kata Perry, didukung oleh kondisi perekonomian global yang lebih baik.
Salah satunya adalah jumlah kenaikan FED fund rate yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Dari semula 4 kali selama 2018, Perry memastikan kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019 hanya akan terjadi 2 kali.
“BI memandang nilai tukar ke depan akan stabil dan cenderung menguat,” ucap Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kementerian Keuangan pada Selasa (29/1/2019).
Perry juga menuturkan faktor lainnya juga disebabkan kepercayaan dunia pada perekonomian Indonesia juga semakin membaik. Pasalnya, sejak TW 4 2018 lalu, ia mendapati cukup banyaknya aliran modal asing yang masuk yaitu senilai 12 miliar dolar AS untuk saham dan obligasi.
Investasi portfolio asing yang masuk ke Indonesia, kata Perry, juga mencapai Rp19,2 triliun secara year to date dari awal tahun hingga 24 Januari 2019 lalu. Dengan rincian Rp12,07 triliun berasal dari pasar saham dan sisanya lewat Surat Berharga Negara (SBN).
“Dengan aliran modal asing masuk, ini menambah suplai pasar valas sehingga mendukung stabilitas,” ucap Perry.
Perry juga menuturkan mekanisme pasar valas semakin baik. Ia mengklaim bahwa hal itu didukung dari kebijakan pembaruan perjanjian swap bilateral; dalam mata uang lokal serta pasar domestik non-delivery forward yang sempat diluncurkan BI.
“Mekanisme pasar mendukung stabilitas nilai tukar,” ucap Perry.
Selain faktor global, Perry juga menyebutkan keadaan fundamental ekonomi Indonesia mengalami perbaikan.
Di sisi lain pertumbuhan ekonomi yang berada di angka 5,1 persen, Perry mengklaim defisit fiskal (CAD) yang terjadi berada di level yang lebih rendah dari sebelumnya.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri