Menuju konten utama

BI Optimistis Perekonomian Nasional Membaik di 2017

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyatakan optimistis perekonomian Indonesia akan mampu membaik di tahun 2017 meskipun ekonomi global belum membaik

BI Optimistis Perekonomian Nasional Membaik di 2017
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (atas) bersama Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara (tengah) dan Ronald Waas (bawah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/12). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyatakan optimistis perekonomian Indonesia akan mampu membaik di tahun 2017 meskipun proses pemulihan ekonomi global masih melambat. Dia beralasan di tengah gejolak eksternal yang ada, ekonomi Indonesia mampu menunjukkan ketahanannya dan malah tumbuh 5,02 persen di triwulan III 2016.

"Bahkan di beberapa provinsi, seperti di Sulawesi Tenggara, ekonomi masih mampu tumbuh enam persen. Capaian ini diraih seiring dengan tingkat inflasi nasional yang rendah dan terkendali yaitu di kisaran 3,02 persen. Inflasi ini berada dalam kisaran sasaran inflasi sebesar empat plus minus 1 persen dan lebih rendah dari angka 2015," kata Agus di Kendari pada Jumat (13/1/2017) seperti dikutip Antara.

Agus menambahkan, di tengah masih melemahnya harga komoditas global, defisit transaksi berjalan serta defisit APBN 2016 juga mampu tetap berada di tingkat yang aman bagi perekonomian. Di samping itu, nilai tukar rupiah di sepanjang tahun 2016 tercatat mengalami penguatan 2,34 persen terhadap dolar dengan volatilitas yang relatif terjaga.

"Tahun 2016 baru saja kita lalui bersama, tahun yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka jendela kesempatan bagi perekonomian Indonesia. Walau pemulihan ekonomi global masih lemah dan disertai ketidakpastian, namun ekonomi nasional dapat tetap tumbuh dengan stabilitas makro ekonomi yang tetap terjaga," kata Agus.

Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan tingkat inflasi pada 2017 bisa mencapai 4,7 persen. Poin itu mendekati batas maksimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni 5 persen.

Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS, Didiek Madiyono menjelaskan kenaikan tarif kelompok harga yang diatur oleh pemerintah bisa menjadi faktor pengerek laju inflasi pada tahun ini. Dia mencontohkan penyesuaian tarif tenaga listrik 900 volt ampere dan 450 volt ampere, kemungkinan akan menyumbang inflasi hingga 1 persen.

"Faktor utama adalah listrik, kemudian ditambah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (non-subsidi), elpiji, dan cukai rokok. Jika digabung semua kontribusinya bisa dua persen," kata dia pada Kamis (12/1/2017).

Didiek mencatat inflasi cukup terkendali di bias bawah proyeksi BI, yakni 3,02 persen year on year (yoy). Pada tahun ini, BI juga memasang target inflasi di rentang 3-5 persen.

Dengan perkiraan inflasi tahunan 4,7 persen, menurut Didiek, permintaan dan pasokan kredit perbankan juga tidak akan menyentuh dua digit pada 2017. Dia memprediksi kredit perbankan pada tahun ini tumbuh 9,2 persen atau lebih kecil dari perkiraan Bank Indonesia, yakni 10-12 persen.

"Kita memang konservatif mungkin kalau dari Rencana Bisnis Bank bisa 13 persen, tapi kita lihat RBB tahun ini tercapainya juga lebih kecil," kata Didiek.

Dalam paparan lainnya, tim ekonom Bank Mandiri juga memperkirakan laju inflasi pada 2017 bisa melampaui angka empat persen atau 4,2 persen, sebagian besar karena kenaikan tarif yang diatur oleh pemerintah atau administered prices.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hard news
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom