tirto.id - Badan Gizi Nasional (BGN) bakal menyalurkan makan bergizi gratis (MBG) untuk santri di pesantren naungan PBNU. Dari tiga kali makan yang diterima santri, BGN akan memberikan MBG untuk satu kali makan para santri.
Hal ini dinyatakan setelah Kepala BGN, Dadan Hindayana, menemui Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (20/1/2025).
"Jika ada pesantren yang sudah biasa memberikan makan tiga kali sehari, maka satu kali dari tiga kali itu di-handle oleh Badan Gizi," kata Dadan di Kantor PBNU, Senin.
Menurut Dadan MBG tersebut dapat disajikan saat makan antara makan pagi atau siang (brunch) maupun saat makan siang. Ia mempersilakan pesantren mengatur pembagian MBG nantinya.
BGN disebut memang menargetkan penyaluran sepertiga makanan bergizi untuk para santri. Di satu sisi, Dadan mengatakan dapur MBG dapat didirikan di setiap pesantren.
Namun, BGN akan terlebih dahulu menetapkan standar dapur MBG yang didirikan di pesantren. Pasalnya, BGN memiliki standar khusus untuk pembuatan makanan MBG.
"Kemudian terkait dengan satuan pelayanan, ini akan bisa diselenggarakan di pesantren-pesantren. Jika sudah ada dapur yang ada, maka dapur itu akan di-upgrade, disesuaikan dengan standar Badan Gizi Nasional," ucap Dadan.
"Supaya nanti kualitas higienis dan keamanan pangannya memiliki kesamaan dengan yang lain-lain," lanjut Dadan.
Sementara itu, Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf, menyebutkan tidak semua pesantren menyediakan makan para santrinya. Ada santri yang harus memasak bersama terlebih dahulu jika hendak makan.
Pria yang karib disapa Gus Yahya itu, mengaku merasa terbantu dengan adanya program MBG. Di satu sisi, Yahya meyakini makanan yang disalurkan BGN bakal sesuai standar dan akan memenuhi gizi para santri.
"Saya kira program makan bergizi gratis ini sangat-sangat membantu pesantren dan santri-santri. Bukan hanya fasilitas makan yang diterima oleh santri saja, tapi juga manfaat-manfaat yang lainnya akan memberi dampak berantai untuk peningkatan ekonomi pesantren dan ekosistemnya," urai Yahya di lokasi yang sama.
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama