Menuju konten utama

Berlomba di Ajang Pameran Udara

Setiap tahun ada ratusan perhelatan pameran kedirgantaraan di seluruh dunia, baik untuk sipil maupun militer atau kombinasi keduanya, hingga kepentingan perdagangan. Para penyelenggara berupaya menarik para pelaku industri penerbangan dunia untuk meramaikan acara mereka. Saling klaim menjadi jurus mereka. Pameran udara hampir seumur sejak pertama kali pesawat udara dibuat oleh manusia. Pameran udara juga jadi ladang bisnis bagi negara yang jeli memanfaatkannya.

Berlomba di Ajang Pameran Udara
Pengunjung melihat pesawat yang dihadirkan dalam Singapore Airshow 2016 di Changi, Singapura, Selasa (16/2). Kegiatan kedirgantaraan yang diikuti lebih dari 60 dari 100 perusahaan di dunia tersebut berlangsung dari 16 hingga 21 Februari 2016. Antara foto/Sigid Kurniawan.

tirto.id - Setiap tahun, angkasa di dunia rata-rata dimeriahkan oleh lebih dari 200 pameran kedirgantaraan, baik dari skala lokal hingga kelas internasional. Penyelenggarakan pameran skala besar ini tentu tidak mudah, apalagi bisa menjadi perhatian hingga diperhitungkan pelaku industri dirgantara dunia.

Data International Council of Air Shows mencatat pada periode 1998-2008 setidaknya ada 3.290 perhelatan airshow di seluruh dunia dari sipil hingga militer. Airshow paling rutin berlangsung di negara-negara Amerika Utara dan Eropa. Tahun ini, ada 259 kegiatan airshow di seluruh dunia, sedangkan untuk tahun depan diperkirakan hanya ada 84 kegiatan airshow.

Dari ratusan airshow itu, tercatat hanya beberapa yang masuk kategori sangat besar dan dinanti setiap beberapa tahun sekali. Kuncinya adalah totalitas penyelenggara, mengumpulkan dan menghadirkan peserta hingga memoles acara dengan kegiatan tim-tim aerobatik ternama.

Di Asia ada Singapore Airshow dan Dubai Airshow. Di Eropa ada Paris Airshow hingga Internationale Luft-und Raumfahrtausstellung ILA Berlin Airshow, Farnborough Airshow. Ajang-ajang ini termasuk airshow papan atas di dunia.

Kegiatan airshow berkembang dari kegiatan dirgantara untuk publik atau sipil, hingga kepentingan dunia pertahanan. Singapore Airshow termasuk yang mencoba mengawinkan keduanya. Namun, belakangan ini Singapura harus berkompetisi dengan para “rising star” di kegiatan ini.

Media defensenews.com menulis, kegiatan airshow bertema bisnis pertahanan di Korea Selatan (Korsel) dan Cina mulai ujuk gigi di level Asia. Misalnya di Korsel ada Seoul ADEX dan di Cina ada Airshow China atau Zhuhai Airshow. Bertambahnya pemain-pemain baru membuat kegiatan airshow semakin rapat dengan perlombaan pameran udara.

Pasar Besar dan Airshow

Potensi pasar dunia penerbangan sipil dan militer yang terus berkembang butuh pameran udara berkelas. Ajang ini semacam “pasar” untuk pertemuan berbagai pelaku industri penerbangan dari konsumen hingga produsen. Inilah yang selalu menjadi peluang bagi penyelenggara airshow papan atas untuk dapat menyedot pengunjung.

Pasar industri penerbangan sipil tak bisa dipandang sebelah mata. Kegiatan Dubai Airshow 2013 lalu jadi bukti bagaimana para maskapai penerbangan membelanjakan uang ratusan miliar dolar dalam satu kegiatan airshow yang hanya berlangsung beberapa hari. Transaksi di Dubai Airshow 2013 sebesar 206 miliar dolar AS diklaim sebagai yang terbesar dalam sejarah kegiatan airshow di dunia.

Pihak dubaiairshow.aero mencatat beberapa maskapai penerbangan menorehkan deal bisnis masing-masing Emirat sebesar 96 miliar dolar AS, sebagai yang terbesar. Disusul oleh Etihad Airways 52,1 miliar dolar AS. Lion Air pun tak kalah besar, maskapai penerbangan milik Rusdi Kirana ini mencapai kesepakatan bisnis sebesar 24 miliar dolar AS di ajang Dubai Airshow 2013. Sementara itu, Qatar Airways mencatatkan 19 miliar dolar AS. Kemudian disusul oleh Ryanair, FlyDubai, EasyJet PLC, dan Japan Airline yang transaksinya antara 9,5-15,6 miliar dolar AS.

“Secara keseluruhan, menempatkan Dubai Airshow sebagai yang nomor satu dalam kegiatan airshow,” kata Kepala Analis StrategicAero Research Saj Ahmad dikutip dari thenational.ae.

Sementara itu, belanja industri pertahanan juga sangat menjanjikan. Di Asia Pasifik saja diperkirakan akan ada belanja pertahanan hingga 612 miliar dolar AS pada 2018 atau tumbuh 19 persen dari tahun sebelumnya.

Airshow Papan Atas

Media aviationcv.com menulis sepuluh airshow paling utama yang pernah ada. Paris Airshow juga diklaim sebagai pemeran udara tertua di dunia dimulai sejak 1909. Pameran ini berlangsung setiap tahun ganjil termasuk terakhir pada 2015 lalu, yang dihelat di Bandara Le Bourget Paris.

Selain itu ada The Farnborough International Airshow yang merupakan airshow untuk sipil dan militer, khususnya untuk perdagangan. ILA Berlin Air Show (The Internationale Luft- und Raumfahrtausstellung) juga tercatat sebagai airshow yang fokus pada perdagangan, kombinasi sipil dan militer. ILA juga diklaim sebagai airshow yang tertua di dunia, dimulai bersamaan dengan Paris Airshow 1909.

Airshow juga tak melulu soal transaksi penjualan pesawat militer dan sipil. Beberapa airshow papan atas yang fokus pada atraksi udara juga punya nama dalam dunia unjuk gigi udara. Sebut saja The Reno Air Races di Nevada, AS. Ajang ini khusus untuk perlombaan udara. Kegiatan ini berlangsung setiap tahun pada September di Reno Stead Airport. Berbagai pesawat sipil hingga militer juga terlibat dalam demonstrasi udara di The Reno Air Races.

Beberapa airshow juga fokus pada kegiatan ajang pamer atraksi militer dari sebuah negara. Airshow yang paling terkenal di segemen ini adalah The Royal International Air Tattoo. Pameran ini diklaim sebagai airshow khusus militer yang terbesar di dunia, yang digelar setiap minggu ketiga bulan Juli setiap tahun.

Pameran ini menampilkan The Royal Airforce kerajaan Inggris. Kegiatan sejenis antara lain The Australian International Airshow yang menampilkan ketangkasan atraksi udara Royal Australian Air Force, United States Navy, dan United States Air Force.

Risiko Airshow

Penyelenggaraan airshow tak semuanya berjalan mulus. Peristiwa kecelakaan udara kerap mewarnai kegiatan pameran dirgantara. Setahun pasca airshow pertama, pada 1910 di Bournemouth Air Festival terjadi kecelakaan yang memakan korban jiwa. Pada 2015, tercatat ada delapan insiden di airshow yang berbeda di penjuru dunia.

Selain risiko kecelakaan, kegiatan airshow juga rentan mengalami kerugian. Contoh kasus soal penyelenggaraan Miramar Airshow yang harus menelan kerugian 600.000 dolar AS untuk menggganti biaya kontrak yang sudah terlanjur diteken terhadap para pemain atraksi udara dan para vendor yang akan terlibat acara. Kerugian ini terjadi ketika Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) membatalkan tiba-tiba ajang airshow militer AS tersebut. Pada waktu itu terjadi shutdown anggaran pemerintah AS pada 2012 lalu.

Kegiatan airshow awalnya merupakan upaya unjuk kebolehan atas kemajuan manusia menemukan pesawat udara pasca Wright bersaudara menciptakan pesawat terbang pertama di dunia pada 17 Desember 1903. Berselang enam tahun, rentetan kegiatan airshow marak di dunia. Kini airshow tak hanya sebuah pameran dan ajang unjuk kekuatan udara militer semata, tapi jadi sebuah sarana bisnis lintas negara. Perancis, Uni Emirat Arab, Singapura berhasil menangkap peluang ini. Bagaimana dengan Indonesia?

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti