tirto.id - China dan Belarus mendukung upaya perdamaian dalam perang Rusia-Ukraina. Pada pertemuan kedua pemimpin negara di Beijing, Rabu, 1 Maret 2023, Xi Jinping bersama Presiden Belarus, Alexander Lukashenko menyerukan gencatan senjata di tengah ancaman sanksi ekonomi AS terhadap Tiongkok.
Seperti dikutip Al-Jazeera, China dan Belarus telah menggelar pertemuan tingkat tinggi kedua pemimpin negara di ibukota China. Dalam kaitannya dengan perang Rusia-Ukraina, kedua negara sepakat untuk menyerukan perdamaian serta membawa penyelesaian konflik ke meja perundingan.
"Belarus dan China ingin mencegah eskalasi krisis dan siap melakukan upaya-upaya demi memulihkan perdamaian dan ketertiban regional," bunyi pernyataan bersama kedua negara.
Akhir-akhir ini, China kerap menyerukan perdamaian di Ukraina melalui resolusi 12 poin yang mendesak penghormatan atas kedaulatan semua negara, meskipun tidak secara terang menyebutkan penarikan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina.
Sementara Belarus merupakan sekutu utama Rusia. Bersama China, Belarus kini justru menyatakan keprihatinan atas konflik ini dan ingin secepatnya menciptakan perdamaian di Ukraina.
Di lain sisi, AS terus memberikan ancaman kepada China terkait dugaan rencana pengiriman senjata ke Rusia, meskipun berulang kali dibantah Beijing. Kali ini, Washington mencari dukungan kepada negara-negara sekutunya mengenai kemungkinan menjatuhkan sanksi-sanksi terbaru kepada Tiongkok.
Menurut pejabat AS, seperti dikutip Reuters, mereka sedang mengupayakan pembicaraan dengan kelompok negara G7 terkait draf sanksi yang akan diberikan untuk China.
Info Perang Ukraina-Rusia Hari Ke-372
CNNmelaporkan, Rusia melakukan serangan di wilayah Poltava serta kawasan Bilohorivka dan Kreminna di Luhansk. Menurut salah satu pejabat Ukraina, serangan roket Rusia juga menghantam Kharkiv, beberapa warga sipil mengalami luka-luka.
Selain itu, sumber yang sama juga menyebutkan penembakan terjadi sepanjang perbatasan Luhansk-Kharkiv dengan eskalasi yang cukup tinggi.
Adapun pertempuran sengit masih terjadi di Bakhmut. Dalam keterangan yang disampaikan salah satu komandan pasukan Ukraina, mereka mempertahankan posisi di sekitar Bakhmut meskipun dalam kondisi sudah terdesak.
"Bakhmut masih bisa bertahan, tetapi semakin sulit untuk melakukannya," ujar Yurii Madyar, komandan Brigade ke-28.
Sementara diwartakan AP News, militer Ukraina mulai mempertimbangkan untuk menarik mundur pasukan dari wilayah Bakhmut di tengah serangan tentara Rusia ke kota tambang garam dan gipsum itu.
Bakhmut terletak di Provinsi Donetsk dan termasuk menjadi salah satu kunci bagi pasukan Rusia untuk bisa menembus kota-kota besar lainnya di wilayah Ukraina.
"Militer kami jelas akan mempertimbangkan semua opsi. Sejauh ini, mereka telah menguasai kota itu, tetapi jika perlu, mereka akan mundur secara strategis," ujar Alexander Rodnyansky, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
"Kami tidak akan mengorbankan semua rakyat kami hanya untuk hal yang sia-sia," sambungnya.
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto