tirto.id - Awan panas guguran di Gunung Merapi kembali terjadi hari ini, Kamis (28/1/2021) pukul 10:13 WIB. Menurut media sosial Twitter resmi BPPTKG, awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 69 mm dan durasi 174.96 detik.
Tinggi kolom tidak teramati karena berkabut, tetapi estimasi jarak luncur mencapai 2.000 meter ke arah Barat Daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong.
Sebelumnya, Gunung Merapi yang terletak diperbatasan Jawa Tengah dan Jogja tercatat mengalami 52 kali awan panas guguran pada Rabu (27/1/2021) dari pukul 00.00 hingga 24.00. Awan panas guguran tercatat paling jauh memiliki jarak luncur hingga 3.000 meter dari puncak kawah Merapi pada Rabu kemarin pukul 12.59 dan sempat menimbulkan kepanikan warga sekitar Merapi.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan sejak 4 Januari Gunung Merapi memang telah memasuki fase erupsi efusif. Meski saat ini sedang terjadi erupsi efusif di Gunung Merapi, tetapi Hanik menegaskan bahwa tidak menutup kemungkinan akan adanya potensi erupsi eksplosif dari Gunung Merapi.
"Erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi," tegasnya.
Hingga saat ini menurut Hanik jarak radius awan panas masih seperti yg direkomendasikan oleh BPPTKG yaitu sejauh 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Potensi daerah bencana erupsi Gunung Merapi
Sedangkan untuk potensi bahaya dari erupsi Gunung Merapi menurut Hanik berupa guguran lava pijar dan awan panas terutama di sektor Selatan, Barat Daya, yaitu ke,
1. Hulu Kali Boyong
2. Hulu Kali Bedog
3. Hulu Kali Krasak
4. Hulu Kali Putih
5. Hulu Kali Bebeng
6. Serta daerah dengan jarak makimal 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi
Hanik juga mengimbau agar masyarakat mewaspadai adanya potensi lahar (banjir lahar dingin) terutama saat terjadi hujan deras atau hujan dengan intensitas lama di puncak Gunung Merapi.
Sementara itu guna menyikapi tingginya aktivitas vulkanik Gunung Merapi, BPPTKG mengeluarkan beberapa rekomendasi, yaitu,
Rekomendasi BPPTKG
1. Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya - upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini.
2. Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
3. Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
4. Penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
5. Pelaku wisata direkomendasikan untuk tidak melakukan kegiatan pada daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh 5 km dr puncak Gunung Merapi.
6. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.
7. Untuk informasi resmi aktivitas Gunung Merapi masyarakat dapat mengakses informasi melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat, radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz, website www.merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, atau ke kantor BPPTKG, Jalan Cendana no. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514180 -514192.
Gunung Merapi erupsi, warga di KRB III diungsikan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengevakuasi warga dari kelompok rentan yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi ke barak pengungsian di masing-masing kelurahan setelah terjadi 52 kali awan panas guguran di Gunung Merapi pada Rabu (27/1/2021).
"Warga kelompok rentan di tiga titik rawan di tiga keluarahan telah dievakuasi ke barak pengungsian pada Rabu (27/1/2021) sore hingga Kamis dinihari," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, melansir Antara.
Menurutnya, warga kelompok rentan yang terdiri lansia, balita, anak-anak, ibu hamil dan menyusui serta disabilitas tersebut dievakuasi ke barak pengungsian Purwobinangun di Watuadeg, Kecamatan Pakem.
"Kemudian untuk warga rentan di Kelurahan Umbulharjo dievakuasi ke barak pengungsian Plosokerep dan warga Kalitengah Lor di barak Kelurahan Glagaharjo. Kedua kelurahan tersebut berada di Kecamatan Cangkringan," katanya.
Ia mengatakan, untuk jumlah warga rentan Dusun Turgo yang dievakuasi ke barak pengungsian meliputi di Barak Utama Kelurahan Purwobinangun, Barak Rentan Purwobinangun dan SD Negeri Tawangharjo sebanyak 145 jiwa yang terdiri lansia laki-laki 19 dan perempuan 14, dewasa laki-laki 33 dan perempuan 43, anak laki-laki 19, perempuan 13, bayi laki-laki satu, balita laki-laki satu, balita perempuan dua dan ibu hamil satu orang.
"Kemudian untuk pengungsi warga rentan di Dusun Ngrangkah yang dievakuasi ke Barak Barak Plosokerep Umbulharjo, Cangkringan sebanyak 10 jiwa terdiri dewasa dua orang, anak lima orang dan balita tiga orang. Semuanya ini masih dalam satu keluarga (KK)," katanya.
Kemudian untuk pengungsi dari Dusun Kalitengah Lor yang sebelumnya dievakuasi ke Barak Gedung PNPM Kelurahan Glagaharjo, Cangkringan sebanyak 41 jiwa yang terdiri lansia laki-laki lima orang dan perempuan 19 orang, dewasa laki-laki 12 orang dan perempuan sembilan orang, anak laki-laki dua orang dan balita laki-laki dan perempuan masing-masing satu orang.
"Namun pada pagi hari ini jumlah pengungsi di barak Glagaharjo tinggal lima jiwa, sedangkan yang lainnya sudah pulang kembali ke rumah masing-masing," katanya.
Makwan mengatakan, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi Sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak Gunung Merapi.
"Semua aktivitas penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III untuk dihentikan. Kawasan Wisata di wilayah Sleman yang di tutup sementara; Klangon, Bunker Kaliadem, Kinahrejo dan Wisata Religi Turgo," katanya.
Editor: Agung DH