tirto.id - Partai Amanat Nasional (PAN) bakal ditinggal bendahara umumnya, Nasrullah, dalam waktu dekat. Mantan anggota DPR RI periode 2009-2014 itu ingin mundur dari posisinya karena merasa tak cocok lagi dengan manajemen DPP PAN.
Nasrullah menganggap pola manajemen DPP PAN saat ini tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Katanya, banyak hambatan yang tak bisa dibenahinya, tapi ia enggan membeberkan hambatan yang dimaksud.
"Karena tidak cocok dengan model manajemen yang ada di DPP sekarang. Awalnya enak, berjalan santai, lancar. Semakin ke sini semakin ada sumbatan," kata Nasrullah melalui sambungan telepon seluler kepada reporter Tirto, Kamis (27/12/2018).
Sampai saat ini, Nasrullah belum menyerahkan surat pengunduran dirinya ke pengurus DPP maupun ke Ketum DPP PAN, Zulkifli Hasan. Ia juga mengaku pengunduran dirinya tidak berkaitan dengan Pilpres 2019, dan akan tetap menjadi bagian dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno.
"Saya baru WA yang isinya surat itu. Belum menyerahkan ke ketua umum," ujarnya.
Posisi bendahara umum, kata Hendri, sangat dibutuhkan untuk mengatur masuk keluarnya keuangan partai selama masa pemilu.
"Ini butuh seorang manajer keuangan yang bisa mengelola dengan profesional dan transparan," ujar Hendri kepada reporter Tirto, Kamis (27/12/2018).
Hal senada disampaikan pengajar politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno. Adi memandang mundurnya Nasrullah akan mengurangi kekuatan politik PAN, apalagi ia dikenal punya jaringan yang luas dalam urusan membiayai kebutuhan partai.
Rekam jejak Nasrullah hingga saat ini masih bersih dari kasus hukum maupun masalah politik. Menurut Adi, sosok Nasrullah tidak akan bernasib sama seperti bendahara umum parpol lain seperti mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dan Setya Novanto yang pernah menjabat Bendahara Umum Partai Golkar.
"Pastinya alasan dia dulu dijadikan bendahara umum karena latar belakangnya sebagai pengusaha yang memiliki jaringan yang mengakar," kata Adi kepada reporter Tirto.
PAN memang tidak punya kader yang maju sebagai capres ataupun cawapres. Namun, partai berlambang matahari putih itu tetap punya ambisi merebut kursi di Pileg 2019. Oleh Karena itu, lanjut Adi, mundurnya Nasrullah menjelang Pemilu 2019 bakal mengganggu upaya PAN lolos ke Senayan.
"Posisi bendahara strategis di mana-mana. Dia bisa himpun logistik, finansial, di kalangan pengusaha juga kuat," ujar Adi.
Tak Bakal Terganggu
Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN Drajat Wibowo yakin urusan internal partainya tidak akan terganggu jika Nasrullah mundur. Ia optimistis PAN tetap solid dan dapat membenahi manajemen partai menjelang Pemilu 2019.
"Mungkin akan ada perubahan manajemen DPP. Jadi pengaruhnya lebih ke internal DPP PAN saja," ujar Drajad saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (27/12/2018).
Drajad juga yakin suara PAN pada Pemilu 2019 April mendatang tidak akan terpengaruh masalah internal seperti ini. Ini lantaran Nasrullah dianggapnya masih tetap menjadi kader PAN yang akan maju dalam Pileg 2019 untuk Dapil X Jawa Tengah.
"Mas Nasrul masih tetap berjuang sebagai caleg PAN," kata Drajad.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Abul Muamar