tirto.id - Kasus gangguan ginjal akut yang menewaskan ratusan anak akibat kandungan etilen glikol dan dietilen glikol pada obat sirup yang melebihi batas menggegerkan dunia tahun ini. Laporan Tirto menunjukkan jumlah kematian kasus tersebut menjadi yang tertinggi kedua dalam sejarah.
Per 3 November 2022, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa jumlah kasus gangguan ginjal akut di Indonesia tercatat sebanyak 323 orang, yang terdiri dari 99 kasus sembuh, 34 kasus dirawat, dan 190 kasus kematian.
Berkaitan dengan kasus ini, sebuah akun Instagram bernama @aldebaran16_ mengunggah sebuah video lama dari filantropis Bill Gates. Video tersebut berisi potongan pernyataan Bill Gates mengenai vaksin COVID-19. Pada video tersebut terlihat logo BBC, yang barangkali potongan video ini merupakan wawancara yang ditampilkan lembaga penyiaran Britania Raya tersebut.
Menurut akun @aldebaran16_, Bill Gates memprediksi efek samping vaksin yang akan muncul setelah dua tahun. Potongan video Bill Gates juga disandingkan dengan cuitan dari dokter Lois Owien pada Juni 2021 yang menyebutkan bahwa vaksin COVID-19 memiliki banyak efek samping setelah dua tahun.
Di akhir video, ada pula potongan wawancara dengan dokter yang mendalami soal anti-aging tersebut. Ia menyebut pemerintah mempercayai vaksin dan pandemi COVID-19 karena mereka kekurangan oksigen, sebagai dampak dari mengenakan masker dua lapis, sehingga mereka tidak bisa berpikir dengan semestinya.
Video dari akun Instagram @aldebaran16_ disukai sebanyak 500 kali pada 22 November, sejak diunggah pada 22 Oktober 2022.
Lantas, benarkah vaksin COVID-19 ada hubungannya dengan kasus gangguan ginjal akut yang terjadi di Indonesia?
Penelusuran Fakta
Tirto menelusuri potongan video Bill Gates melalui mesin pencari Google. Kami mengetikkan kata kunci sesuai potongan kalimat Bill Gates yang ditampilkan: “If you want to see if a side effect shows up two years later, that takes two years."
Hasil pencarian Google menunjukkan bahwa bagian lengkap dari video tersebut berasal dari wawancara Gates dengan BBC Breakfast pada 12 April 2020 terkait virus Corona. Video dengan durasi lengkapnya bisa diakses di sini.
Pada video berdurasi 17:05 menit tersebut, Gates berbicara tentang respon global yang harus diambil untuk mencegah situasi yang memburuk ke depannya. Maka, Bill Gates pun menjelaskan tentang obat-obatan dan vaksin yang dapat mengeluarkan kita dari COVID-19. Ia mengatakan hal ini merupakan permasalahan global dan semua orang harus menjalankan perannya agar vaksin yang telah diproduksi dan dites dapat didistribusikan ke seluruh penduduk dunia.
Kemudian, pada menit ke 8:24 presenter BBC Charlie Stayt menanyakan, “Seperti yang saya pahami, apa yang Anda katakan adalah bahwa mungkin kompromi dibutuhkan dalam hal keamanan, dari obat atau pembuatan vaksin, karena waktu sangat krusial saat ini."
Bill Gates menjawab, “Jika Anda ingin menunggu efek samping vaksin muncul dalam dua tahun, maka tunggulah dua tahun kemudian."
Bill Gates pun melanjutkan dengan apa yang seharusnya dilakukan ketika krisis. Ia mencontohkan pandemi HIV, yakni upaya mempercepat perizinan obat. Hal ini penting dilakukan ketika krisis, meski ada hal yang dikompromikan/trade-off di sini.
Perlu dipahami bahwa selama pandemi Covid-19, nama Bill Gates kerap dikaitkan dengan konspirasi terkait COVID-19. Misalnya pada Desember 2021, sebuah akun Twitter menyebutkan bahwa varian COVID-19 Omicron merupakan nama video game yang diciptakan Microsoft dan pendirinya, Bill Gates. Permainan tersebut berkisar tentang setan yang berpura-pura menjadi manusia dan memanen jiwa manusia.
Pada Mei 2022, sempat pula tersebar video yang mengklaim Bill Gates memiliki miliaran stok vaksin untuk penyakit monkeypox atau cacar monyet. Padahal video yang ditunjukkan merupakan kunjungan Bill Gates ke HOPE Consortium di Abu Dhabi untuk melihat tempat penyimpanan vaksin COVID-19, dan bukan monkeypox.
Laporan Tirto pada Maret 2020 menunjukkan bahwa filantropis Bill Gates tak pernah lelah mengingatkan tentang wabah. Pada 2020 misalnya, Kristin Toussaint, dalam ulasannya di Fast Company, mencatat bahwa pada 2010, Gates menulis di blog pribadinya mengenai keberuntungan masyarakat dunia karena wabah H1N1 tidak buruk dalam konteks penyebaran.
Kemudian pada 2015, dalam sebuah opini di New York Times, Bill Gates menulis bahwa “Ebola menyebar hanya melalui sentuhan langsung, dan ketika seseorang terinfeksi, orang itu mengeluarkan tanda-tanda khusus yang mudah dideteksi.”
Namun, wabah Flu Spanyol yang terjadi pada 1918 dengan jumlah korban mencapai 30 juta jiwa, adalah contoh lain di mana orang-orang yang terlihat sehat justru membawa virus di tubuhnya, lalu menyebarkan ke pihak-pihak yang rentan, tulis Gates di New York Times.
Bill Gates cukup sering mengingatkan dunia tentang wabah. Sayangnya, sebagian orang menganggap Gates adalah bagian dari konspirasi wabah itu sendiri dan memiliki rencana lain dibalik kepeduliannya terhadap wabah.
Sementara itu, pada 26 Januari 2022, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof Hindra Irawan Satari menyebutkan bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau efek samping dari pemberian vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-11 cenderung lebih rendah dibandingkan pada orang dewasa.
“Dari segi umur, KIPI pada usia muda lebih rendah dari yang usia produktif dan lansia. Jadi tidak benar jika KIPI pada anak lebih tinggi,” kata Prof. Hindra menukil situs Kemenkes.
Berdasarkan data Komnas KIPI ketika artikel diturunkan pada Januari 2022, persentase KIPI serius berdasarkan kelompok usia paling banyak dilaporkan pada usia 31-45 tahun, yakni sebanyak 122 kasus. Diikuti usia 18-30 tahun, yakni 97 kasus. Kemudian usia di atas 59 tahun dilaporkan 77 kasus KIPI dan usia usia 46-59 tahun sebanyak 68 kasus.
Usia remaja 12-17 tahun dilaporkan 19 kasus dan untuk usia 6-11 tahun dilaporkan ada 1 kasus KIPI serius.
Dengan tingkat KIPI serius yang jauh lebih rendah, pemberian vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-11 tahun dinilai aman.
Hasil uji klinis juga menunjukkan tidak ada efek yang serius dari penyuntikan vaksinasi COVID-19. Kalaupun ada KIPI sifatnya cenderung ringan dan mudah diatasi.
Prof Hindra menyampaikan, berbagai reaksi yang muncul pasca pemberian vaksinasi COVID-19 (KIPI) merupakan bentuk respons tubuh terhadap vaksin yang disuntikkan. Untuk itu, jika muncul KIPI itu adalah sesuatu yang wajar.
Yang harus diperhatikan adalah, derajat efek samping dari vaksinasi, sebab KIPI memiliki reaksi yang berbeda-beda pada setiap orang, ada yang bereaksi ringan hingga berat.
Sementara itu, penyangkut pautan wawancara Bill Gates dengan kasus gangguan ginjal akut pada anak tidaklah berhubungan. Sebab wawancara Bill Gates tersebut terjadi pada April 2020, jauh sebelum kasus gangguan ginjal akut ditemukan di Indonesia.
Demikian pula dengan cuitan dr. Lois yang tidak menyebutkan sumber efek buruk vaksin yang ia kaitkan dengan video Bill Gates. Cuitan dr. Lois dapat dilihat di sini.
Perlu diketahui bahwa dr. Lois Owien sendiri dilaporkan telah meninggal dunia pada Juni lalu, seperti dilansir dari Liputan6. Semasa hidupnya, almarhum memang dikenal tidak mempercayai adanya COVID-19.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, tidak tepat untuk mengaitkan antara pernyataan Bill Gates pada April 2020 mengenai efek samping vaksin dengan kasus gangguan ginjal akut yang terjadi di Indonesia.
Nama Bill Gates memang kerap disandingkan dengan teori konspirasi terkait COVID-19 terlepas dari kepeduliannya terhadap wabah. Namun, ketua Komnas KIPI telah menyatakan pula bahwa KIPI dari vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-11 cenderung lebih rendah dibandingkan pada orang dewasa. Per Januari 2022, hanya ada 1 kasus KIPI serius untuk anak usia 6-11 tahun.
Di sisi lain, pernyataan dr. Lois pada 2021 terkait efek buruk vaksin juga tidak disertai sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Video yang dibagikan akun Instagram @aldebaran16_ bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Editor: Farida Susanty