tirto.id - "Ketakutan dan rasa malu mencegah banyak pria untuk berbicara kepada dokter mengenai masalah ereksi. Saya berharap, komitmen pribadi saya dalam kampanye ini dapat memotivasi para pria untuk mencari bantuan medis. Jika saya menderita disfungsi ereksi, saya akan berbicara dengan dokter saya."
Itu adalah kalimat yang diucapkan Pele ketika ia membintangi iklan viagra yang diproduksi oleh perusahaan farmasi asal Amerika, Pfizer, pada 2002. Pele juga sekaligus menjadi duta Pfizer yang mengampanyekan gerakan anti-impotensi ke berbagai negara. Mulai dari Inggris, Meksiko, Belgia, hingga ke negara asalnya, Brazil.
Tidak diketahui berapa bayaran yang diterima Pele sehingga dia bersedia menerima pekerjaan sebagai bintang iklan obat kuat. Tidak begitu jelas pula kenapa dari sekian banyak atlet dan model pria lain yang berusia lebih muda serta cukup terkenal, Pfizer justru lebih memilih Pele, yang ketika itu telah berusia 62 tahun.
Fakta bahwa Pele menjadi bintang iklan viagra ketika usianya telah lewat setengah abad mungkin terdengar menggelikan dan mengherankan sekaligus. Namun jika hal tersebut ditafsirkan dari konteks Pele sebagai satu-satunya pesepakbola yang (diklaim) berhasil mencetak lebih dari 1.000 gol, rasanya cukup layak untuk mendapuknya sebagai pria perkasa kendati telah berusia renta.
Jangankan bintang iklan viagra, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya serupa “tuhan”. Dan hal ini bukan bualan belaka. Saat Piala Dunia digelar di Meksiko pada 1970, Malcolm Allison, salah seorang komentator Inggris, sempat bertanya kepada rekannya saat itu, Pat Crerand.
Allison: “How do you spell Pele?”
Crerand: “Easy. G-O-D.”
Kesangsian Klaim 1.000 Gol Pele
Ada satu pertanyaan menarik: kenapa Pele mencetak gol ke-1000-nya melalui penalti? Pele pernah menjawab pertanyaan tersebut dalam wawancaranya bersama Four Four Two (26/07/2017).
“Anda tahu, saya mencetak banyak sekali gol indah. Gol dengan sundulan, dengan tendangan salto, juga banyak dengan cara menggiring. Orang-orang pun jadi bertanya: ‘Kenapa gol ke-1.000 Pele justru lewat penalti?’.”
“Seorang jurnalis ternama lalu menulis: ‘Tuhan mengatakan dunia harus berhenti sesaat dan lihat gol ini -- itulah kenapa tendangan penalti. Jadi, saya kira, ya, karena itu sudah kehendak Tuhan. Dan kehendak Tuhan pula untuk menentukan di mana aku mencetak gol tersebut: di Maracana.”
Gol ke-1000 Pele dicetak pada Rabu, 19 November 1969, ketika Santos berlaga melawan Vasco da Gama di Stadion Maracana. Stadion tersebut sejatinya bukan kandang utama dari Vasco da Gama, tapi dalam beberapa laga penting, Maracana kerap digunakan klub tersebut. Khusus laga kontra Santos kala itu, ada faktor lain kenapa Vasco da Gama menggunakan Maracana: karena publik, termasuk pendukung Vasco da Gama, turut menunggu Pele mencetak gol ke-1000-nya.
Laga dimulai pada pukul 11.11 pm waktu setempat. Ada lebih 65.000 orang yang memadati Maracana kala itu. Di babak pertama, Pele mendapat nyaris mencetak gol ke-1000-nya lewat dua peluang emas: melalui tendangan mencungkil dan sepakan keras. Keduanya sama-sama membentur mistar gawang. Babak pertama pun berakhir untuk keunggulan tuan rumah 1-0.
Di babak kedua, Santos berhasil menyamakan kedudukan 1-1 setelah bek Vasco da Gama membuat gol bunuh diri. Saat laga tersisa 12 menit, sejarah itu dimulai. Sebermula ketika Pele menerima umpan terobosan gelandang Santos, Clodoaldo, di kotak penalti, salah seorang bek Vasco lantas kedapatan melanggarnya. Wasit pun segera meniup peluit dan menunjuk titik putih.
Kiper Vasco kala itu, Edgardo Andrada, mengenang bagaimana tegangnya ia saat menghadapi momen tersebut: “Saya merasa tengah menghadapi seluruh dunia. Suara di stadion begitu memekakkan telinga. Bahkan sebagian suporter Vasco juga turut mengintimidasi saya,” ujarnya seperti dilansir laman FIFA.
Berhari-hari sebelum laga ini digelar, kabar mengenai Pele akan mencetak gol ke-1.000 sudah beredar kemana-mana. Sebab hal itulah Pele, yang ketika itu berusia 29 tahun, juga tak kalah gugupnya. Ada ribuan orang di stadion tersebut yang menunggunya mencetak gol ke-1000. Di luar sana, masih ada jutaan lain yang menanti.
“Untuk pertama kalinya dalam karier, saya merasa gugup. Performa Andrada sedang bagus. Saya tak merasakan ketegangan seperti ini. Saya gemetaran,” kenang Pele.
Mulanya algojo yang akan mengeksekusi penalti tersebut adalah Rildo, bek kiri Santos. Tapi kapten Carlos Alberto memintanya untuk mundur. “Ini adalah momen Pele,” ujar Alberto saat itu. Pele pun ambil ancang-ancang. Sejurus kemudian, lewat sepakan mendatar dengan kaki kanannya, bola meluncur mulus ke pojok kiri bawah, sementara Andrada melompat ke arah berlawanan. Gol itu, gol ke-1.000 itu, akhirnya betul-betul terjadi. O Milésimo!
“Mayoritas penonton yang ada di Maracana ketika itu telah menunggu gol tersebut, tapi para pemain Vasco melakukan apa saja untuk mencegahnya. Mereka menghantam saya, berkal-kali, juga mengatakan bahwa gol tersebut tidak akan terjadi hari itu. Tapi semuanya sudah ditakdirkan. Saya diberi kesempatan dan saya berhasil melakukannya. Perasaan yang luar biasa, stadion seperti meledak," ujar Pele.
Beberapa hari usai Pele mencetak gol ke-1.000, media Brazil ramai-ramai membandingkan mana yang lebih dulu terjadi: gol tersebut atau pendaratan Apollo 12 ke bulan yang kebetulan juga terjadi di tanggal yang sama? Setelah dihitung, Apollo 12 yang membawa tiga orang astronot, Charles Conrad, Richard Gordon, dan Alan Bean, ternyata empat jam lebih dulu mendarat di bulan dibanding saat Pele mencetak gol ke gawang Andrada.
Sejatinya, yang menakjubkan dari Pele adalah bukan sekadar ia berhasil mencetak 1.000 gol, melainkan karena setelah itu ia masih mencetak 281 gol lainnya. Salah satu golnya yang paling terkenal terjadi di final Piala Dunia 1970, ketika Brazil mengalahkan Italia dengan skor 4-1. Pele mencetak gol pertama Selecao pada menit ke-19 lewat sundulan yang memanfaatkan umpan Rivellino.
Tarcisio Burgnich, bek Italia yang ketika itu ditugaskan khusus oleh pelatih Ferruccio Valcareggi untuk menempel ketat Pele, sampai mengatakan: "Kami sama-sama melompat. Ketika saya sudah turun, ia masih ada di atas. Sebelumnya saya kira Pele terbuat dari daging dan darah, seperti saya. Tapi saya salah.”
Hingga kini, raihan gol Pele yang diklaim mencapai lebih dari 1.000 tersebut masih menjadi perdebatan banyak orang. Sebabnya, jumlah tersebut didapat dari berbagai laga tak resmi yang diikuti Pele, termasuk ketika ia masih mengikuti wajib militer. Menurut seorang periset dan pakar statistik bernama Emilio Castaño, total gol Pele sejatinya “hanyalah” sebanyak 757 dari 812 laga resmi. Sementara 526 gol lainnya berasal dari laga tidak resmi.
Terlepas dari perdebatan yang ada terkait puja-puji berlebih yang terjadi atasnya, Pele tetaplah Pele. Satu-satunya pesepakbola yang, menurut Johan Cruyff, “telah melampaui batas-batas logika” dan disebut Cesar Luis Menotti sebagai “perpaduan dari Di Stefano, Cruyff, Maradona, dan Leo Messi”.
Editor: Suhendra