tirto.id - Pada 26 November 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Omicron (B.1.1.529) sebagai Variant of concern (VOC) baru penyebab COVID-19. Melansir WHO, penetapan VOC didasarkan pada satu atau lebih indikator kondisi, seperti meningkatnya persebaran atau perubahan yang merugikan dalam epidemiologi COVID-19, meningkatnya virulensi, dan/atau menurunnya efektivitas kesehatan masyarakat.
Di Indonesia, Omicron pertama kali terdeteksi pada 16 Desember 2021. Dengan merebaknya Omicron, kini menurut data Satgas Penanganan COVID-19 per 11 Februari 2022, kasus harian COVID-19 merangkak naik menjadi 40 ribu dari sebelumnya di kisaran ratusan kasus. Sementara secara global, menukil data WHO, hingga 11 Februari 2022 kasus COVID-19 mencapai 402 juta.
Di tengah dominasi Omicron dalam peningkatan kasus COVID-19 di seluruh dunia, narasi berpotensi misinformasi turut bertebaran pula. Salah satunya dibagikan oleh akun Instagram bernama buzzleid pada 8 Februari 2022. Dari informasi bio yang tertera dalam profil akun Buzzleid, ia menyebut akunnya sebagai komunitas dan “tempat untuk mendapatkan kebahagiaan." Akun tersebut diikuti oleh 60,9 ribu pengguna Instagram lain dengan total unggahan sekitar 504 unggahan.
Akun tersebut mengunggah ilustrasi virus bertuliskan “WHO: OMICRON AKAN MENJADI AKHIR DARI COVID 19.” Akun buzzleid mengklaim pernyataan itu bersumber dari Direktur WHO untuk regional Eropa, Hans Kluge. Hingga 14 Februari 2022, unggahan tersebut meraup 998 suka dan 98 komentar.
Menurut keterangan unggahan akun buzzleid, Hans Kluge bilang bahwa, “varian Omicron ini memasuki fase baru yang kemungkinan akan menjadi tanda berakhirnya pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 ini sudah berpindah dari pandemi menjadi penyakit endemi seperti flu musiman.”
Lantas, benarkah Omicron menjadi pertanda akhir pandemi? Bagaimana informasi terkait pernyataan Hans Kluge dalam unggahan tersebut?
Penelusuran Fakta
Mulanya, Tirto berusaha mencari sumber dari informasi yang dikutip dalam unggahan ini. Kami menemukan lansiranThe Jakarta Post yang ditulis oleh jurnalis untuk The Jakarta Post dan AFP pada 25 Januari 2022. Rupanya Hans Kluge menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan AFP.
Mengutip perkataan Kluge melalui laman yang sama, ia menyebut varian Omicron telah mengubah pandemi COVID-19 di Kawasan Eropa bergerak menuju fase baru, yakni “akhir permainan pandemi.” Namun, perlu menjadi catatan, Kluge berbicara dalam konteks Kawasan Eropa.
Akhir pandemi yang dimaksud Kluge adalah perubahan kondisi wabah menjadi endemi. Sementara endemi merupakan kondisi di mana prevalensi COVID-19 menjadi biasa dan terjadi secara konstan, mengacu pada prinsip epidemologi dalan laman arsip Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Meskipun demikian, Kluge memperingatkan bahwa terlalu dini jika mempertimbangkan COVID-19 sebagai endemi lantaran evolusi COVID-19 yang beberapa kali mengejutkan. Ia menyerukan semua masyarakat mesti tetap berhati-hati. Kluge juga menambahkan, dengan penyebaran Omicron yang begitu luas, varian lain masih bisa saja muncul.
Selain pernyataan dalam wawancara dengan AFP, Tirto juga menemukan pernyataan Hans Kluge dalam laman resmi WHO Eropa bertanggal 24 Januari 2022. Kluge menyatakan percaya bahwa gelombang baru ke depan tidak lagi membutuhkan kembalinya era pandemi atau dilakukannya pembatasan aktivitas seperti sedia kala, tapi dengan beberapa catatan.
Catatan itu di antaranya pengawasan dan monitoring yang kuat terhadap varian baru, tingginya vaksinasi dan vaksinasi booster, akses merata dan terjangkau ke antivirus, dan testing yang ditargetkan.
Selain itu, menurut Kluge, perlu juga adanya perlindungan terhadap kelompok berisiko tinggi dengan masker berkualitas tinggi dan lakukan isolasi ketika muncul varian baru. Menurutnya pula, hampir dipastikan varian virus COVID-19 baru akan muncul mengingat jumlah infeksi di seluruh dunia mencapai jutaan dalam beberapa minggu terakhir dan di minggu-minggu yang akan datang. Mengutip Kluge, pandemi COVID-19—seperti halnya pandemi lain yang berlangsung sebelumnya-- tentu akan berakhir, hanya saja saat ini terlalu dini untuk bersantai.
Sejalan, Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidato pembukaan pertemuan Dewan Eksekutif pada 24 Januari 2022 juga memberikan peringatan: pandemi COVID-19 memang bisa berakhir di akhir 2022 apabila setiap negara dapat memenuhi target—salah satunya mencapai vaksinasi 70 persen dari populasi dengan berfokus pada kelompok paling berisiko. Akan tetapi, alangkah berbahaya untuk berasumsi bahwa Omicron akan menjadi varian terakhir.
Tirto kemudian menghubungi Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane untuk mengklarifikasi unggahan tersebut. Menurut Masdalina, di akhir tahun 2022 pandemi COVID-19 memungkinkan berubah menjadi endemi sebab telah tersedianya vaksin booster dan obat. Di samping itu, Masdalina juga berharap kasus Omicron menurun di akhir tahun.
“Memang secara natural ada waktunya, kapan mulai munculnya, kapan berakhirnya. Tapi ya kita bukan menunggu puncaknya terjadi, tapi gimana caranya flattering the curve namanya, kurvanya ya dibuat flat. Dengan apa? dengan intervensi [tes dan vaksin],” ujar Masdalina kepada Tirto melalui telepon, Jumat (11/2/2022).
Masdalina juga menyampaikan bahwa salah satu kriteria endemi adalah keberlangsungan kasus selama tiga kurun waktu.
“Tiga kurun waktu ini. Kalau diare ya atau kolera gitu ya, itu biasanya memakai (satuan) minggu, 3 minggu berturut-turut. Minggu keempat dan selanjutnya bisa disebut endemi. Jadi tiga kurun waktu, ada yang minggu, bulan, tahun. Kita mengarah ke tahun ya, meskipun Indonesia [….] baru dua tahun sebenernya,” tambah Masdalina.
Perubahan status pandemi menjadi endemi bukan berarti sebuah virus berhenti bermutasi. Apalagi varian Omicron menular secara cepat dan banyak. Dalam varian Omicron juga cukup dikhawatirkan adanya escape antibody, yaitu ketika vaksinasi bekerja kurang maksimal.
Dengan begitu, Masdalina mengingatkan agar masyarakat tidak meremehkan gejala Omicron dengan tetap konsisten menerapkan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, unggahan akun Instagram buzzleid tentang Omicron sebagai akhir dari COVID-19 berpotensi menyesatkan tanpa tambahan catatan tertentu (Missing Context). Pandemi COVID-19 memang memiliki kemungkinan beralih menjadi endemi pada akhir tahun 2022 asalkan sejumlah target dipenuhi. Kendati begitu, varian Omicron sendiri tidak bisa diasumsikan sebagai varian terakhir, sebab masih ada kemungkinan munculnya varian-varian virus COVID-19 baru. Kepala Bidang Pengembangan Profesi PAEI Madalina Pane berharap masyarakat tetap mencegah penyebaran virus COVID-19.
==============
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6287777979487 (tautan). Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Nuran Wibisono