tirto.id - Sejak wabah virus Corona melanda, penggunaan masker terus didengungkan oleh banyak pihak mulai dari tenaga kesehatan hingga pihak pemerintah.
Berada di ruangan terbuka atau berventilasi baik juga dapat meminimalisir penyebaran virus Corona, selain selalu mempraktikkan jarak sosial saat bertemu dengan orang lain.
Namun, beberapa ilmuwan menyebutkan bahwa masker dan ventilasi yang tepat dapat menghentikan penyebaran infeksi COVID-19 lebih baik daripada jarak sosial, terutama saat berada di dalam ruangan.
Risiko penularan COVID-19 di udara
Dikutip dari Times of India, COVID-19 adalah penyakit pernapasan yang menyebar melalui tetesan pada batuk dan bersin seseorang.
Hal ini disebabkan oleh penyebaran aerosol yang tetap menular saat melayang di udara dalam jarak dan waktu yang jauh.
Oleh karena itu, bersama orang yang terinfeksi di ruang tertutup dalam ruangan menimbulkan risiko lebih besar bagi kesehatan dan meningkatkan peluang untuk tertular virus COVID-19.
Meskipun orang tersebut mungkin tidak menyadari kondisinya ketika batuk atau bersin, mereka cenderung mencemari permukaan yang disentuhnya, yang bila disentuh oleh orang lain dapat menyebabkan penyebaran COVID-19.
Transmisi udara dapat menimbulkan risiko COVID-19 yang lebih besar di dalam ruangan
Penularan virus COVID-19 melalui mikrodroplet di udara telah menjadi pembahasan sejak lama.
Berbeda dengan tetesan pernapasan saat bersin atau batuk, penularan melalui udara dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi orang di dalam ruangan.
Karena virus Corona memiliki kecenderungan untuk tetap berada di sekitarnya dalam jangka waktu yang lama, hal itu membuat ruang tertutup menjadi lebih berbahaya dan menular daripada area luar ruangan.
Namun, para ahli belum menentukan risiko yang ditimbulkan oleh transmisi udara.
Lalu benarkah masker dan ventilasi yang baik lebih efektif dalam menahan penyebaran COVID-19?
Baik saat berada di dalam atau di luar ruangan, tindakan pencegahan tetap sama untuk keduanya.
Dari menjaga jarak sosial hingga memakai masker dan mendisinfeksi permukaan, seseorang harus mengikuti semua pedoman ini untuk keselamatan orang lain dan diri sendiri.
Namun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ventilasi yang baik dan perangkat yang memaksimalkan aliran udara juga dapat mencegah COVID-19 menyebar di dalam ruangan.
Sesuai penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Physics of Fluids, para peneliti menemukan bahwa masker dan sistem ventilasi yang baik lebih penting dan memberikan hasil yang lebih baik daripada jarak sosial karena menahan penyebaran infeksi COVID-19 di udara di dalam ruangan.
Ilmuwan menyiapkan model komputer ruang kelas dengan siswa dan seorang guru, dan kemudian memfasilitasi aliran udara dan penularan penyakit, dan menghitung risiko penularan melalui udara.
Dalam model, ruang kelas seluas 709 kaki persegi dengan langit-langit setinggi 9 kaki, siswa ditutup topeng dan guru di depan kelas juga memakai topeng.
"Studi ini menemukan bahwa rute transmisi aerosol tidak menunjukkan perlunya jarak sosial setinggi enam kaki saat menggunakan masker," kata Michael Kinzel, asisten profesor di University of Central Florida di AS.
Penelitian ini penting karena memberikan panduan tentang bagaimana kita memahami keselamatan di lingkungan dalam ruangan," tambah Kinzel.
Demikian pula, tim peneliti mengevaluasi ruang kelas yang berventilasi dan ruang kelas yang tidak berventilasi.
Para peneliti menemukan bahwa sistem ventilasi dengan filter udara yang baik meminimalkan risiko infeksi hingga 40 hingga 50 persen dibandingkan dengan ruang kelas tanpa ventilasi.
Meskipun penelitian menunjukkan bahwa masker dan ventilasi yang baik bisa lebih efektif daripada jarak sosial dalam menghentikan penyebaran infeksi COVID-19, namun jarak sosial juga penting untuk selalu dipraktikkan.
Terutama pada saat kasus COVID-19 sedang melonjak, mengikuti semua tindakan kesehatan sangat penting untuk menahan penyebaran virus.
Secara bersamaan, tetap kenakan masker yang pas dan fasilitasi sistem ventilasi yang baik di rumah Anda.
Editor: Agung DH