Menuju konten utama

BEM SI Kecam Aparat Represif & Tolak Dialog Tertutup dengan Jokowi

BEM SI menegaskan, pertemuan dengan Jokowi pada tahun 2015 lalu justru membuat gerakan mahasiswa terpecah.

BEM SI Kecam Aparat Represif & Tolak Dialog Tertutup dengan Jokowi
Massa membakar pembatas jalan saat berunjuk rasa di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (24/9/2019). ANTARA FOTO/Reno Esnir/pd.

tirto.id - Usai dihantam berbagai gelombang protes mahasiswa, Presiden Jokowi kemarin, menjanjikan akan bertemu perwakilan BEM seluruh Indonesia. Namun Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) Muhammad Nurdiyansyah menegaskan, saat ini yang terpenting bukanlah pertemuan itu. Akan tetapi tindakan konkret Jokowi terhadap tuntutan mahasiswa.

Melalui lembar pernyataan sikapnya, Nurdiyansyah menuturkan, selama Jokowi menjadi presiden, ruang dialog terbatas. Setidaknya hanya sekali aliansi BEM SI diundang ke Istana Negara, pada tahun 2015. Pertemuan itu dilakukan secara tertutup.

"Hasilnya jelas, gerakan mahasiswa terpecah. Kami belajar dari proses ini dan tidak ingin menjadi alat permainan penguasa yang sedang krisis legitimasi publik, sehingga akhirnya melupakan substansi terkait beberapa tuntutan aksi yang diajukan," kata Nurdiyansyah, Jumat (27/9/2019).

Jika Jokowi ingin tetap ada pertemuan itu, syaratnya adalah forum itu harus disiarkan langsung dan dapat disaksikan publik melalui kanal televisi nasional.

Nurdiyansyah menegaskan, gelombang demonstrasi para mahasiswa di seluruh Indonesia tidak akan terjadi, bila Jokowi mampu mendengar dan membuka diri terhadap masyarakat. Dia kecewa ketika mahasiswa menyuarakan pendapatnya, malah menjadi korban tindak kekerasan yang dilakukan aparat keamanan negara.

"Kondisi saat ini mengharuskan presiden untuk ambil bagian dalam mengusut, menindak, dan memberikan sanksi kepada aparat yang telah melakukan tindak kekerasan kepada massa aksi," tuturnya.

Bagi Nurdiyansyah gerakan mahasiswa muncul dari kesadaran kolektif yang didasarkan kepada moral dan intelektual. Sehingga tidak ada niatan sedikit pun untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan konstitusi.

"Hanya saja, selama ini suara mahasiswa tidak banyak dipertimbangkan dalam proses pembuatan kebijakan negara. Akhirnya, mahasiswa datang kepada penguasa menuntut ruang partisipasi yang memungkinkan suara mahasiswa bisa didengarkan," ujarnya.

"Akan tetapi, baru saja beredar instruksi dari Menristekdikti yang mengancam Rektor untuk menertibkan mahasiswa yang ingin mengartikulasikan pikiran di arena publik," lanjutnya.

BEM SI hingga kini berharap Jokowi menuruti 'Maklumat Tuntaskan Reformasi' yang isinya sebagai berikut:

1. Merestorasi upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme;

2. Merestorasi demokrasi, hak rakyat untuk berpendapat, penghormatan perlindungan dan pemenuhan HAM, dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan;

3. Merestorasi pelaksanaan reforma agraria dan perlindungan sumber daya alam serta tenaga kerja dari ekonomi yang eksploitatif;

4. Merestorasi kesatuan bangsa dengan penghapusan diskriminasi antar-etnis, penghapusan kesenjangan ekonomi, dan perlindungan bagi perempuan.

Baca juga artikel terkait DEMO MAHASISWA atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Politik
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Gilang Ramadhan