tirto.id - Sepuluh WNI yang disandera kelompok militer Abu Sayyaf telah berhasil dibebaskan pada Minggu (1/5/2016) di Kepulauan sulu, bagian selatan Filipina. Pembebasan tersebut melibatkan sejumlah pihak, termasuk TNI dan BIN.
Berkaitan dengan keberhasilan TNI dan BIN itu, pengamat Politik Boni Hargens mengatakan negara harus memberi penghargaan kepada kedua institusi tersebut karena telah berperan penting dalam keberhasilan membebaskan 10 warga negara Indonesia (WNI).
"Ini murni keberhasilan kerja intelijen kita dan TNI terutama. Saya amati betul bagaimana proses kerja intelijen kita dengan dukungan penuh dari TNI dalam mengupayakan pembebasan para sandera," kata Boni di Jakarta, Selasa, (3/5/2016).
Boni berpendapat diperlukan pengetahuan mendalam mengenai kelompok radikal yang menyandera WNI tersebut, termasuk cara efektif untuk berkomunikasi dengan mereka. Ia kemudian mengambil contoh kasus penyanderaan wartawan Metro TV, Meutya Hafid, di Timur Tengah.
Menurut Boni, intelijen Indonesia yang bertugas di kawasan tersebut, yakni Saud Ahmad turut aktif melakukan komunikasi dengan kelompok penyandera di Irak itu hingga berhasil membebaskan Meutya.
"Operasi seperti ini selalu merupakan keunggulan intelijen, karena berkomunikasi dengan para teroris itu tidak mudah," papar mantan juru bicara Relawan Jokowi itu.
Boni mengatakan menghadapi kelompok Abu Sayyaf tidak mungkin hanya mengandalkan kekuatan diplomasi.
"Intelijen dan TNI memainkan peranan penting di sini (pembebasan sandera)," ujar akademisi yang juga Dewan Pengawas Perum LKBN Antara itu.
Seperti diketahui, 10 WNI sandera Abu Sayyaf bebas sejak awal Mei. Bahkan, ke-10 Sandera ini telah dinyatakan sehat secara fisik maupun mental setelah diperiksa secara menyeluruh di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.
"Kami menyatakan ke-10 nya sehat baik fisik maupun mental," kata Wakil Kepala RSPAD Dokter Bambang Dwi HS di Jakarta, Senin, (2/5/2016).
Penulis: Mutaya Saroh & Mutaya Saroh