tirto.id - Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jawa Timur (Jatim) melakukan pelepasan ekspor produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ke 5 benua, yaitu Amerika, Asia, Australia, Eropa, dan Afrika. Hal ini sebagai wujud bantuan dari Bea Cukai untuk membantu produk UMKM agar go global.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Nirwala Dwi Heryanto, mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendukung, melindungi, serta mempermudah upaya ekspor semacam ini. Komitmen ini juga sebagai bentuk dari Bea Cukai dalam pemberdayaan UMKM melalui pembinaan dan pemberian fasilitas ekspor produk.
Pemberdayaan UMKM tersebut juga sudah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2021, yang mengatakan bahwa peran UMKM memiliki nilai vital dalam mendorong pertumbuhan perekonomian dan mendukung stabilitas perekonomian nasional.
"Presiden melalui PP No. 7 memerintahkan memberikan perlindungan, kemudahan, dan memberdayakan UMKM," kata Nirwala dalam acara pelepasan ekspor UMKM 5 Benua di Kantor Wilayah (Kanwil) DJBC Jawa Timur I, Sidoarjo, Jawa Timur ditulis Kamis (14/9/2023).
Nirwala menyebut, UMKM sebagai salah satu 'soko guru' perekonomian Jatim. Sebab, UMKM di Jatim telah berkontribusi hingga 57,5 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Lebih lanjut, Nirwala mengatakan perlu adanya gotong-royong dari Kementerian dan lembaga terkait mengenai pemberdayaan UMKM ini, salah satunya dengan ekspansi pasar.
"Jika dalam negeri sudah bagus ya harus ke luar negeri. Tetapi kita perlu berikan perlindungan kemudahan, untuk tadi UMKM bertahan tumbuh dan bahkan didorong untuk ekspor," jelasnya.
Strategi Go Global
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Kepala Biro Perencanaan dan Komunikasi Yuliastia Warman menilai ada beberapa strategi yang diperlukan UMKM lokal agar bisa go global.
Pertama, perlu ada peningkatan daya saing pada produk UMKM. Peningkatan daya saing tersebut meliputi kontinuitas hingga penguatan merek atau trademark.
"Peningkatan daya saing produk kita, di mana hal ini meliputi kualitas, kontinuitas, added value, brand awareness serta penguatan merek atau trademark," ucap Yuliastia.
Kedua adalah peningkatan modal dan investasi termasuk di dalamnya memanfaatkan kesempatan untuk menjadi binaan dari sejumlah Kementerian dan lembaga terkait atau pemda.
Ketiga yaitu, penetrasi pasar melalui market intelijen dan digitalisasi, dan strategi keempat adalah perluasan pasar.
Yulistia mengatakan, pihaknya senantiasa akan berkomitmen dalam mendukung UMKM agar memperluas pasarnya hingga ke mancanegara.
"Infrastruktur dari diplomasi kita telah memiliki akses yang terbuka untuk UMKM dan dapat dimanfaatkan oleh dua hal tersebut merupakan kepentingan lainnya dengan sebaik-baiknya," terangnya.
Sebagai contoh, pada 2020 dan 2021 Kemenlu menyelenggarakan berbagai webinar pengenalan pasar dan bisnis matching dengan melibatkan berbagai UMKM produsen kopi di Indonesia dengan wilayah target meliputi Amerika Utara, Jerman Republik Rakyat Tiongkok, serta Australia. Sehingga secara khusus Kemenlu membuat sebuah katalog untuk rasa kopi yang populer di Jerman.
"Secara khusus Kementerian luar negeri juga telah membuat katalog rasa kopi populer di Jerman Sebagai panduan UMKM kita untuk menembus pasar Eropa," pungkasnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang