tirto.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika telah terpuruk di level Rp13.744. Menteri Perencanaan Pembangunan/Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan ada beberapa cara jangka pendek yang bisa ditempuh untuk mempertahankan nilai tukar rupiah.
Bambang mengatakan nilai rupiah mengalami volatilitas (mudah berubah) karena tak lepas dari posisi transaksi berjalan Indonesia yang masih mengalami defisit. Alhasil, rupiah pun tertekan karena tidak mencukupinya kebutuhan valuta asing dalam negeri.
Untuk itu, ia menyarankan pemerintah memprioritaskan sektor pariwisata untuk menghasilkan devisa. “Karena tourism itu bisa menghasilkan devisa, dan memperkuat rupiah secara permanen. Ini hanya soal supply dan demand,” ungkap Bambang.
Ia juga meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk membangun potensi wisata di daerah masing-masing. Sehingga tidak selalu bergantung dengan Bali sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia.
"Lompatan turis Indonesia enggak sebesar Jepang karena kita hanya bergantung pada Bali. Daerah lain kurang mengeksplor dan mengembangkan," ujarnya.
Ia juga menyayangkan lambatnya pertumbuhan investasi di berbagai daerah terutama di sektor pariwisata. "Pariwisata itu penting. Multiplier effect besar, tapi investasi harus oleh daerah itu sendiri, baik APBD maupun dari swasta," kata Bambang.
Selain pariwisata, cara lain yang bisa dilakukan untuk mempertahankan nilai rupiah adalah intervensi dari Bank Indonesia dengan menggelontorkan cadangan devisa. "Tapi, ini sifatnya operasional. Harus ada upaya bagaimana rupiah ini menguat secara fundamental," tandasnya.
Bambang juga menyayangkan, selama ini pemerintah tidak melakukan upaya penguatan fundamental ekonomi domestik. Maka sudah dipastikan nilai tukar rupiah semakin terpuruk dengan kebijakan revolusioner dari Bank Sentral AS, The Fed, yang berencana menaikkan suku bunga tiga kali dalam setahun ini.
"Pengumuman Gubernur The Fed lebih agresif, karenanya itu sudah pasti kirim sinyal ke seluruh dunia, yang challenging terhadap outflow (dana keluar) Indonesia," kata Bambang.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto