tirto.id - Menteri Perencanan dan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II atau Q2 2020 akan terkontraksi lebih dalam dari estimasi Kementrian Keuangan (Kemenkeu).
Angka yang diprediksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berada di kisaran minus 6 persen atau hampir dua kali lipat dari prediksi Kemenkeu yang masih di kisaran minus 3 persen.
“Kami hitungnya kontraksi sampai 6 persen,” ucap Suharso dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR, Kamis (18/6/2020).
Suharso menjelaskan prediksi ini sejalan dengan perhitungan internal Bappenas yang memperkirakan selama tahun 2020 sendiri pertumbuhan ekonomi paling tinggi di kisaran 0,5 persen atau lebih rendah dari prediksi Kemenkeu dengan batas atas 1 persen. Bahkan menurut Suharso nilainya masiih bisa turun lagi di bawah 0,5 persen.
Penurunan tajam pertumbuhan pada Q2 ini disebabkan oleh dampak pandemi Corona atau COVID-19. Suharso memaparkan pada tahun 2020 hampir seluruh sektor mengalami kontraksi.
Indikator pertumbuhan ekonomi seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor-impor kompak mengalami penurunan. Saat berbagai indikator itu terkontraksi, hanya konsumsi pemerintah yang masih tumbuh meski melambat dibanding periode sebelum COVID-19.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II 2020 di kisaran 3,1 persen. Pasalnya selama Q2 ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku penuh sepanjang April-Mei 2020.
Meski demikian ia berharap pada Kuartal III atau Q3 2020, Indonesia sudah kembali pulih seiring pelonggaran yang diberlakukan.
“Kami berharap Q3 bisa pulih di kisaran nol. Technically tidak resesi,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (16/6/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan