tirto.id - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan melambungnya harga cabai disebabkan oleh faktor cuaca, sehingga kenaikan tersebut tidak dapat terhindarkan.
“Cabai kalau hujan kaya begini, pastinya harga itu akan tinggi,” kata Arief usai Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (24/2/2023).
Dia menambahkan, idealnya masyarakat menanam cabai sendiri untuk memenuhi kebutuhan akan cabai yang harga meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
“Kalau cabai ini yang paling ideal adalah mendekatkan produksi di daerah konsumsi. Kemarin gemar menanam cabai itu dengan polybag, harusnya demikian” tambahnya.
Menurutnya, masyarakat Indonesia pada umumnya lebih gemar mengonsumsi cabai segar dibandingkan cabai kering. Namun, lanjutnya, di beberapa daerah tidak punya cabai sehingga harganya mencapai Rp120.000 per kg.
Arief bilang pihaknya akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pemerintah daerah untuk melihat kota mana yang mengalami surplus dan defisit cabai.
Tingginya harga cabai di beberapa daerah, membuat pemda untuk memakai biaya tak terduga (BTT) untuk melakukan mobilisasi stok. Stok tersebut, akan didistribusikan untuk pemda dengan melakukan pengamanan pangan daerah masing– masing.
“Kecuali memang tidak ada cabainya, tapi ada di beberapa misalnya Sulsel bisa kirim ke Jawa, dari Jawa ke Jambi, dari Magelang turun ke Jogja terbangin ke Jambi. Memang kondisinya seperti itu karena kita tidak panen serentak sehingga setiap pemda bisa meluangkan waktu menanam cabai di daerah konsumsi,” ucap Arief.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Reja Hidayat