tirto.id - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin angkat bicara soal banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal karena kelelahan akibat penyelenggara Pemilu serentak.
Menurut Ma'ruf, Pemilu serentak yang dilakukan secara bersamaan antara pemilihan presiden dan legislatif itu membuat para petugas KPPS kelelahan. Sehingga, sistem Pemilu 2019 perlu dievaluasi.
"Bisa juga nanti [seperti Pemilu 2014, Pileg dan Pilpres dipisah]. Kita lihat lah nanti mana yang kita pakai," kata Ma'ruf usai menghadiri acara tasyakuran bersama para kiai di Ponpes Al Habibiah Yogyakarta, Rabu (24/4/2019).
Menurut dia, sistem Pemilu yang memilih lima surat suara sekaligus itu terlalu membebani petugas KPPS sehingga membuat mereka kelelahan. Pasalnya, petugas KPPS harus melakukan perhitungan dan menandatangani sekian banyak surat suara.
"Mungkin sistemnya itu harus juga perlu dipertimbangkan karena kerjanya serentak. Kemudian dengan lima, memilih lima pilihan, menyiapkan segalanya mungkin terlalu lelah ya," katanya.
Oleh karena itu, Ma'ruf mengusulkan agar sistem itu dievaluasi. Meskipun nantinya tetap dilakukan secara serentak, Ma'ruf menyarankan untuk mencari cara yang paling tepat agar petugas tidak kelelahan.
"Keinginan serentak tapi bagaimana tidak melelahkan, itu perlu dirundingkan, perlu dibicarakan ulang [setelah] melihat bahwa banyak korban karena kelelahan," katanya.
Jumlah anggota petugas Pemilu yang meninggal dunia bertambah menjadi 119 orang. Selain itu, jumlah petugas yang dilaporkan sakit juga bertambah menjadi 548 orang.
Komisioner KPU Viryan Azis mengatakan jumlah ini mengacu data teranyar KPU pada Selasa (23/4/2019) pukul 16.30 WIB.
"Petugas kami yang mengalami kedukaan ada 667 orang, 119 meninggal dunia, 548 sakit," kata Viryan Azis di kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (23/4/2019).
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Alexander Haryanto