Menuju konten utama

Banyak Logistik Terlambat, Pemilu Serentak Perlu Dievaluasi

Keterlambatan logistik dan sistem Pemilu serentak membuat beban petugas KPPS terlalu berat.

Banyak Logistik Terlambat, Pemilu Serentak Perlu Dievaluasi
Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) menunjukkan surat suara kepada para saksi saat dilakukan perhitungan lanjutan di TPS bersebelahan dengan Pos Lanal Pusong di Desa Pusong Baru, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (18/4/2019). ANTARA FOTO/Rahmad/foc.

tirto.id - Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan banyak yang harus dievaluasi dari pelaksanaan Pemilu serentak 2019. Pasalnya banyak masalah seperti logistik terlambat, surat suara tercoblos, hingga memakan korban jiwa.

"Harus mempertimbangkan betul untuk melihat kembali mereview pemberlakuan Pemilu serentak lima surat suara," kata dia di Jakarta, Minggu (21/4/2019)

Selain itu perlu juga harus ada evaluasi mengenai alokasi kursi di daerah pilihan (Dapil) yang menurutnya perlu dikurangi.

"Alokasi di dapil saat ini kan 3-10 untuk di DPR RI. 3-12 untuk DPRD Provinsi. Ternyata itu membuat caleg begitu banyak. Jadi kalau dulu kami sempat mengusulkan kursi di Dapil itu 3-8 saja. Jadi ada 8 kursi maksimal yang diperebutkan," jelas dia.

Titi juga menjelaskan, ke depan pemerintah harus sudah memfasilitasi rekapitulasi suara secara elektronik. Sehingga tidak terlalu banyak beban untuk menulis dan membuat dokumen di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Hal ini yang menurutnya membuat banyak petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia karena kelelahan.

"Dari penelusuran di lapangan ternyata kelelahan itu tidak hanya dipicu oleh beban penyelenggaraan pemungutan suara yang sudah berat tapi ada juga kontribusi problematika logistik yang mereka hadapi," katanya.

Dengan logisik yang datang terlabat atau kurang, maka kata Titi akan menambah energi dan beban untuk para petuga KPPS.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Politik
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Irwan Syambudi