Menuju konten utama

Bali International Airshow (BIAS) Digelar 18-21 September 2024

Bali International Airshow (BIAS) 2024 suarakan kemajuan industri serta komitmen  perlindungan lingkungan hidup dan kesejahteraan sosial.

Bali International Airshow (BIAS) Digelar 18-21 September 2024
Penandatanganan kerja sama antara PT INARO Tujuh Belas selaku penyelenggara Bali International Airshow (BIAS) 2024 dengan Yayasan CARE Peduli (YCP) pada Jumat (1/3/2024) di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta. FOTO/Yayasan CARE Peduli (YCP)

tirto.id - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Repubik Indonesia (Kemenko Marves RI) menjadi tuan rumah Bali International Airshow 2024 (BIAS) yang akan digelar pada 18-21 September 2024 mendatang.

Pameran kedirgantaraan ini berkomitmen memberikan dukungan untuk kesejahteraan sosial dan perlindungan lingkungan hidup. Implementasi komitmen diwujudkan melalui penandatanganan kerja sama antara PT INARO Tujuh Belas selaku penyelenggara BIAS dengan Yayasan CARE Peduli (YCP) pada Jumat (1/3/32024) di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta.

Dalam sambutannya pada acara penandatanganan nota kesepahaman, Jodi Mahardi selaku Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves RI menyambut baik kerja sama antara PT INARO Tujuh Belas dengan Yayasan CARE Peduli.

Kerja sama antara kedua belah pihak, kata Jodi Mahardi, diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan kesehatan masyarakat dan pembangunan kesejahteraan pada daerah yang membutuhkan intervensi.

Jodi Mahardi menekankan agar kolaborasi dan komitmen yang sudah dibangun terus dikembangkan dan diperkuat. Kolaborasi kedua lembaga untuk menyongsong pelaksanaan Bali International Airshow pada September 2024 mendatang harus dilanjutkan hingga pasca event. Industri Aviasi Nasional juga harus ikut berkontribusi mendukung pembangunan berkelanjutan yang terus digaungkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.

“Dari kolaborasi ini kita ingin menunjukkan bahwa pelaksanaan BIAS memberi dampak langsung kepada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Setelah 28 tahun absen, BIAS hadir dengan wajah baru. Kita berupaya untuk menegaskan kalau event ini tidak hanya berpengaruh pada eksistensi industri aviasi nasional saja, namun ada komitmen positif tambahan yang berkaitan dengan keberlanjutan, pada kesejahteraan orang banyak,” beber Jodi Mahardi.

Lebih lanjut, Jodi Mahardi menjelaskan potensi industri penerbangan di Indonesia yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 5% selama 5 tahun ke depan. Indonesia berada pada peringkat ke-4 pasar perjalanan udara terbesar secara global, dengan banyaknya peluang penerbangan sipil. Tren positif di industri penerbangan juga didukung dengan adanya komitmen Indonesia untuk lingkungan hidup, salah satunya melalui pengembangan SAF (Sustainable Aviation Fuel).

“Masyarakat perlu mengetahui pemerintah sangat concern dan berkomitmen untuk menjaga lingkungan hidup. Dari sektor dirgantara dan penerbangan, kita sudah dorong SAF untuk terus dikembangkan. Bahkan di BIAS tahun ini, saat kita lihat ada peluang, kita ajak dan dorong para pelaku usaha dan industri untuk berkolaborasi agar turut andil dalam perlindungan ekosistem. Saya pikir ini hal yang sangat baik selain sejalan dengan visi kemaritiman nasional dan wisata Bahari, ini juga diharapkan dapat mendukung target penurunan emisi nasional," jelas Jodi Mahardi.

kerja sama BIAS 2024

Penandatanganan kerja sama antara PT INARO Tujuh Belas selaku penyelenggara Bali International Airshow (BIAS) 2024 dengan Yayasan CARE Peduli (YCP) pada Jumat (1/3/2024) di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta. FOTO/Yayasan CARE Peduli (YCP)

Senada dengan itu, Abdul Wahid Situmorang selaku Chief Executive Officer Yayasan Care Peduli (YCP) juga menyambut baik peluang kolaborasi pengentasan isu kesehatan dan kesejahteraan bersama INARO untuk menyukseskan pelaksanaan BIAS.

Laporan Indonesia Poverty Assessment 2023 dari Worldbank menyebutkan bahwa guncangan, termasuk dari perubahan iklim, terus mengancam upaya pengentasan kemiskinan.

Selain itu, sumber daya manusia serta perbedaan geografis dan produktivitas yang rendah masih menjadi faktor kemiskinan di Indonesia. Meski demikian, daerah-daerah di Indonesia yang sebelumnya tertinggal berhasil mengejar ketertinggalannya. Disampaikan bahwa kebijakan pengentasan kemiskinan Indonesia perlu diperluas melalui pendekatan multi cabang dan partisipasi semua pihak.

“Perlu kerja bersama seluruh pihak termasuk pelaku usaha untuk mengatasi kemiskinan mutidimensi dan krisis planet yang terjadi. Dukungan yang didapat dari Bali International Airshow 2024 akan CARE Indonesia arahkan untuk berkontribusi pada target penurunan stunting sebesar 14% di 2024, terutama untuk provinsi dengan angka stunting tinggi seperti Nusa Tenggara Timur dan wilayah lainnya," ujar Abdul Wahib.

"Dengan terpenuhinya nutrisi dan gizi bagi anak dan Ibu hamil, produktivitas tenaga kerja dapat didorong. Hal ini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Bruto Negara atau PDB 11%. Selain itu, dukungan yang didapat juga akan berkontribusi pada perlindungan ekosistem laut seperti karang, mangrove dan hutan daratan tropis,” lanjutnya.

Chief Operating Officer PT INARO Tujuh Belas Seno Adhi Damono turut menyambut baik kerja sama dengan Yayasan CARE Peduli. Seno Adhi Damono menyatakan, pihaknya antusias akan hadirnya Yayasan CARE Peduli di Bali International Airshow 2024.

“Kolaborasi yang diinisiasi hari ini menjadi wujud kerja bersama menjaga generasi penerus dan alam Indonesia. Kami sebagai penyelenggara mendukung kehadiran program CARE di antara para investor dan pelaku usaha yang mengikuti Bali International Airshow 2024,” tutur Seno Adhi Damono.

Penghargaan khusus juga akan diberikan sebagai apresiasi untuk dukungan dari para partisipan yang diberikan kepada kerj abersama menjaga lingkungan hidup dan mewujudkan kesejahteraan sosial.

Penulis: Tim Media Servis