tirto.id - Ada beberapa daerah yang secara tradisional dekat dengan partai tertentu. Ini ditandai dengan selalu menangnya partai tersebut tiap-tiap pemilu. Jawa Tengah, misalnya, telah lama dikenal sebagai 'daerah merah' karena mayoritas masyarakatnya mendukung PDIP.
Dalam konteks pilpres pun demikian. Ada paslon yang menang dengan suara relatif mutlak di wilayah tertentu. Jawa Barat, misalnya, adalah salah satu lumbung suara Prabowo. Pada pilpres lalu dia sukses meraup 14.167.381 suara atau 59,78 persen dari total suara yang masuk. Sementara Jokowi—yang saat itu berduet dengan Jusuf Kalla—hanya mendapatkan suara 9.530.315 atau setara 40,22 persen.
Sementara Jokowi pada pilpres lima tahun lalu menang mutlak di Jawa Tengah. Ketika itu ia mampu memperoleh 12.959.540 suara atau setara 66,65 persen. Sementara Prabowo-Hatta hanya mendapatkan 6.485.720 suara atau 33,35 persen.
Jika tak ada halangan berarti, sangat mungkin hasil serupa di dua wilayah itu akan sama pada Pilpres 2019—yang kembali mempertemukan Jokowi dan Prabowo. Dan itu jelas modal besar karena faktanya dua provinsi itulah lumbung suara terbanyak terletak. Pemilih di Jabar mencapai 33.270.84, sementara Jateng 27.896.902 (Jateng hanya kalah dari Jatim yang jumlah pemilihnya mencapai 30.912.994).
Menariknya, masing-masing dari mereka tetap melakukan kerja-kerja politik di 'kandang lawan'. Jokowi pernah ke Jabar dua kali, 19 Januari dan 7 Februari. Sementara Prabowo pernah ke Semarang dan Boyolali. Di nama kota yang disebut terakhir Prabowo melontarkan ucapan "tampang Boyolali" yang jadi viral.
Lalu, bagaimana strategi kedua belah pihak merebut suara di basis lawan?
TKN: Melibatkan Tokoh Politik
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Arya Sinulingga, mengatakan mereka akan melibatkan empat tokoh politik demi merebut suara Prabowo di Jabar. Keempatnya adalah Dedy Mulyadi, Dedy Mizwar, Ridwan Kamil, dan Uu Ruzhanul Ulum.
Empat orang itu merupakan tokoh yang berkoalisi dengan kubu Jokowi-Ma'ruf. Keempatnya diyakini bisa merebut suara Prabowo di Priangan Barat dan Priangan Timur, juga kota metropolitan seperti Depok, Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Bekasi.
Arya semakin yakin karena menurutnya empat tokoh ini juga mampu merebut suara generasi milenial.
"Sebenarnya kalo ini [merebut suara Prabowo] sudah mudah, ya. Mereka [empat tokoh] bisa menggarap hampir semua sektor. Kami enggak punya kesulitan, kami punya semua orang-orang kunci yang bisa membuka semua pintu di Jabar," klaim Arya kepada reporter Tirto, Minggu (10/2/2019) sore.
"Misalnya mereka menaikkan ritme kerjanya saja, sudah tergarap itu," katanya optimis.
Arya juga mengatakan akan memanfaatkan Ma'ruf semaksimal mungkin. Sebab, katanya, kemenangan Prabowo pada pemilu terakhir adalah karena 'jualan' isu agama.
"Tinggal pak Maruf saja yang turun ke sana terus. Kan jelas perbedaan pak Prabowo, Sandi, dengan pak Ma'ruf dari segi ke-Islaman. Itu saja yang dijual."
BPN: Maksimalisasi Relawan dan Perbanyak Posko
Sementara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menerapkan strategi berbeda. Jubir BPN Miftah Sabri mengatakan mereka akan lebih melibatkan relawan dan membangun posko-posko kemenangan di banyak titik di Jateng—meski lembaga survei Median menyebut strategi ini tak menjamin apa pun.
Miftah juga mengatakan menerjunkan relawan untuk mengunjungi rumah-rumah warga secara langsung (door-to-door). Mereka ini diberikan pembekalan soal visi dan misi Prabowo-Sandi. Jadi tak semata mengajak masyarakat memilih 02.
"Relawan kami itu luar biasa, bagaimana swadaya relawan door to door untuk kemenangan pak Prabowo dan bang Sandi," kata Miftah kepada reporter Tirto.
Kemudian, jika TKN punya Ma'ruf, maka BPN akan memanfaatkan posisi Sudirman Said, yang pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur Jateng melawan Ganjal Pranowo, semaksimal mungkin. Pengalaman sebagai kandidat Gubernur membuat Sudirman Said memiliki basis massanya sendiri.
Ketika itu Ganjar Pranowo-Taj Yasin menang dengan perolehan suara 58,78 persen. Sementara Sudirman-Ida Fauziah 41,22 persen.
"Kalau melihat perkembangan sekarang, kami optimis. Kami melihat kantong-kantong Sudirman Said pada pilgub lalu itu banyak," katanya.
Selain Sudirman, Miftah juga menyebut akan ada tugas khusus untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan bapaknya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bekal yang dimiliki SBY adalah 53,84 persen suara masyarakat Jateng pada Pemilu 2009 lalu.
Namun pada akhirnya Miftah memang mengatakan target mereka tak muluk-muluk: "target kami selisih di Jateng seperti Sudirman [dan Ganjar] kemarin. Tipis."
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino