Menuju konten utama

Bahaya Penggunaan Hand Sanitizer: Bisa Sebabkan Luka Bakar

Bahaya menggunakan hand sanitizer di kulit: bisa menyebabkan kulit terbakar.

Bahaya Penggunaan Hand Sanitizer: Bisa Sebabkan Luka Bakar
ilustrasi seorang wanita menggunakan hand sanitizer. foto/istockphoto

tirto.id - Sejak pandemi COVID-19 dimulai, banyak perusahaan mulai memproduksi hand sanitizer atau pembersih tangan untuk digunakan saat sabun dan air tidak tersedia.

Namun, beberapa perusahaan memanfaatkan meningkatnya permintaan dan menggunakan bahan-bahan yang dapat membahayakan.

Badan pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) telah mengeluarkan peringatan kepada konsumen, mendesak mereka untuk membaca label dan menghindari produk tertentu.

Pada awal Juli, FDA sempat memperingatkan konsumen tentang hand sanitizer yang mengandung methanol (alkohol kayu) yang bisa diserap melalui kulit.

Metanol dapat menyebabkan iritasi kulit tetapi karena diserap ke dalam tubuh, dapat juga menyebabkan efek lain, seperti gangguan penglihatan. Jika tertelan, bisa menyebabkan kebutaan, bahkan kematian.

Pada 12 Agustus, FDA mengirimkan pernyataan tentang produk yang diproduksi oleh Harmonic Nature S de RL de MI, di Meksiko, yang mengandung bahan 1-propanol.

“Anak-anak kecil yang secara tidak sengaja menelan produk ini dan remaja serta orang dewasa yang meminum produk ini sebagai pengganti alkohol (etanol) adalah yang paling berisiko. Menelan 1-propanol dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat (SSP), yang dapat mengakibatkan kematian. Gejala paparan 1-propanol dapat berupa kebingungan, penurunan kesadaran, serta denyut nadi dan pernapasan yang melambat," demikian imbauan FDA.

Seperti dilansir dari Medical Daily, alasan lain untuk membaca label adalah untuk memastikan pembersih tidak hanya mengandung bahan yang tepat, tetapi juga memiliki persentase etil alkohol yang tepat agar efektif.

Menggunakan produk yang tidak efektif dapat membuat pengguna percaya bahwa mereka telah membersihkan tangan secara memadai padahal mungkin tidak demikian, dan mereka dapat menyebarkan virus.

Pada tanggal 31 Juli 2020, FDA kembali mengeluarkan peringatan tentang pembersih tangan yang tidak memiliki cukup etil alkohol (juga disebut etanol) atau alkohol isopropil agar efektif.

Pembersih tangan harus mengandung setidaknya 60 persen etanol.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga merekomendasikan mencuci tangan dengan sabun dan air bila memungkinkan karena mencuci tangan mengurangi jumlah semua jenis kuman dan bahan kimia di tangan.

Tetapi jika sabun dan air tidak tersedia, menggunakan pembersih tangan dengan setidaknya 60% alkohol dapat membantu Anda menghindari penyakit dan menyebarkan kuman ke orang lain.

Panduan untuk mencuci tangan yang efektif dan penggunaan pembersih tangan di lingkungan komunitas dikembangkan berdasarkan data dari sejumlah penelitian.

“Banyak penelitian telah menemukan bahwa pembersih dengan konsentrasi alkohol antara 60–95% lebih efektif dalam membunuh kuman daripada pembersih dengan konsentrasi alkohol lebih rendah atau pembersih tangan berbasis non-alkohol,” tulis CDC.

Karena pembersih tangan mungkin sulit ditemukan di toko, beberapa orang memilih untuk mencoba membuatnya di rumah.

FDA pun tidak merekomendasikan cara ini karena jika pembersih tidak dibuat dengan benar, bisa mengakibatkan tidak cukup kuat atau mungkin terlalu kuat menghilangkan kuman, serta bisa menyebabkan luka bakar.

Baca juga artikel terkait BAHAYA HAND SANITIZIER atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH