Menuju konten utama

Bahaya di Balik Orang Tua Narsistik

Orang tua narsistik cenderung mencintai anak dengan bersyarat, memanipulasinya dengan rasa bersalah, hingga merendahkan dan menurunkan kepercayaan dirinya.

Bahaya di Balik Orang Tua Narsistik
Header diajeng Orangtua Narsistik. tirto.id/Quita

tirto.id - Masih ingat Tangled(2010)? Karakter Mother Gothel yang menculik Rapunzel saat masih bayi untuk memanfaatkan rambut ajaibnya adalah representasi murni dari narsisme.

Film animasi Disney ini bercerita tentang Rapunzel, seorang putri raja yang lugu dan polos. Untuk menjaga sang putri tetap berada di bawah kendalinya, Mother Gothel menyamar sebagai ibu Rapunzel yang seolah-olah penuh kasih sayang melindungi putrinya dari "kekejaman" dunia luar.

Padahal Mother Gothel adalah perempuan narsis yang jahat. Ia merusak kepercayaan diri dan intuisi Rapunzel. Ia juga selalu membuat Rapunzel merasa bersalah karena ingin meninggalkan menara dan mengarahkan kasih sayangnya pada rambut Rapunzel, bukan pada gadis 18 tahun itu.

Istilah narsisme berasal dari nama tokoh mitologi Yunani, Narcissus, putra Dewa Cephissus yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri di sebuah mata air. Istilah ini biasa digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mementingkan diri sendiri atau terlalu percaya diri.

Holly Crisp-Han, MD, psikiater dan pengajar klinis di Baylor College of Medicine di Houston yang juga salah satu penulis Narcissism and Its Discontents (2018), mengatakan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan narsistik dari waktu ke waktu. Namun kecenderungan tersebut menjadi gangguan kepribadian ketika kemampuan seseorang untuk berfungsi dan terlibat dengan orang lain terpengaruh.

Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik menurut Nakpangi Thomas, PhD, LPC, TITC-CT, konselor profesional berlisensi di Michigan, adalah gangguan mental di mana orang memiliki perasaan berlebihan tentang pentingnya diri mereka sendiri, kebutuhan yang mendalam untuk dikagumi, dan kurangnya empati terhadap orang lain.

Namun, di balik topeng rasa percaya diri yang berlebihan ini, terdapat harga diri yang rapuh dan rentan terhadap kritik sekecil apa pun.

Penyebab pasti NPD tidak diketahui karena sangat kompleks. Namun menurut Mayo Clinic, gangguan kepribadian narsistik terkait dengan faktor lingkungan (budaya dan pola pengasuhan), genetika, dan neurobiologi (hubungan antara otak dengan perilaku dan pemikiran).

Ilustrasi Orang Tua Marah ke Anak

Ilustrasi orang tua marah ke anak. FOTO/iStockphoto

Tipikal orang tua narsistik umumnya egois, merasa dirinya paling penting, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Mereka juga menggunakan rasa bersalah untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Cinta mereka bersyarat. Mereka merendahkan dan menurunkan kepercayaan diri anak.

Orang tua narsistik lalai dan tidak hadir saat dibutuhkan, membatasi waktu bersama anak, dan merasa memiliki hak atas apa pun. Selain itu, mereka ingin dikagumi secara berlebihan dan mengeksploitasi orang lain untuk keuntungan pribadi. Mereka kurang empati, memiliki perilaku dan sikap yang sombong. Mereka juga melakukan narcissistic gaslighting atau memanipulasi anak secara diam-diam dengan menabur benih keraguan sehingga membuat anak mempertanyakan ingatan, persepsi, atau penilaiannya sendiri.

Anak membutuhkan perhatian orang tua untuk merasa aman, divalidasi, dan dihargai. Anak juga idealnya diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan individualitasnya sehingga ia dapat berkembang menjadi orang dewasa yang percaya diri dan seimbang. Namun orang tua narsistik sering kali tidak dapat memenuhi kebutuhan ini.

Menurut Christine Hammond, MS, LMHC, konselor kesehatan mental berlisensi di Florida, kebanyakan anak tidak menyadari bahwa orang tua mereka adalah orang tua narsistik dan disfungsional karena anak secara alami menerima persepsi yang salah dari orang tuanya tentang realitas.

Namun, pada sekitar usia 12 tahun, ketika pemikiran kritis mulai muncul dan dikombinasikan dengan meningkatnya pengaruh hubungan teman sebaya, banyak hal mulai berubah.

Apabila orang tua dengan pola asuh yang sehat memandang proses ini sebagai perkembangan alamiah untuk menjadi dewasa, orang tua narsistik memandang transformasi ini sebagai sesuatu yang mengancam.

Akibatnya, orang tua narsistik akan berusaha mengendalikan remaja tersebut melalui penghinaan atau merendahkan anak. Ketika remaja menjadi dewasa, tahun-tahun pengasuhan narsistik akan menunjukkan dampak yang jauh lebih buruk.

Christine, yang juga seorang influencer kesehatan mental terkemuka, penulis buku dan lebih dari 500 artikel ini, membeberkan bahaya di balik orang tua narsistik.

Anak yang memiliki orang tua narsistik biasanya ketika ia tidak dapat mencapai perfeksionisme, ia menutup diri sepenuhnya dan terlibat dalam perilaku menyakiti diri sendiri. Ia juga sering merasa putus asa dan sedih.

Tekanan sangat berat atas harapan yang tidak realistis yang ditetapkan oleh orang tua menimbulkan perasaan rendah diri pada anak. Anak juga mengalami kecemasan yang bermanifestasi ketika ia terus-menerus mencoba mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan orang tuanya untuk mencegah ledakan emosi atau reaksi.

diajeng Orangtua Narsistik

Ilustrasi Orangtua Narsistik.(FOTO/iStockphoto)

Secara alami, sebagai orang tua, mereka mengharapkan anak menuruti apa pun yang diinginkan orang tuanya. Keinginan atau hasrat anak terus-menerus dibayangi atau diremehkan oleh orang tua.

Hal tersebut menimbulkan perasaan malu pada anak karena mereka mulai meniadakan kesukaan dan ketidaksukaannya sendiri demi orang tuanya. Akibatnya, anak menjadi percaya bahwa keunikan dan individualitasnya memalukan.

Anak menjadi tidak percaya kepada orang tua karena ia menganggap orang tuanya sebagai orang yang tidak aman dan tidak dapat dipercaya. Ketika anak sakit secara emosional maupun fisik, tidak ada empati atau pengertian dari orang tuanya. Sayangnya, anak tidak melihat hal ini sebagai masalah orang tuanya, melainkan salah anak.

Anak dari orang tua narsistik sering kali tidak menyadari dampak bahaya seumur hidup dari narsisme orang tua yang tidak diobati. Padahal NPD dapat menyebabkan masalah dalam banyak bidang kehidupan, seperti hubungan, pekerjaan, sekolah, atau masalah keuangan.

Selain dengan psikoterapi, untuk mendukung orang tersayang yang berurusan dengan orang tua narsistik atau pelecehan narsisme, kamu juga bisa terlebih dulu mengedukasi diri tentang gangguan ini.

Mulailah dengan membaca artikel tentang NPD, bersikap welas asih, dan tawarkan ruang aman untuk berbagi pengalaman mereka.

Baca juga artikel terkait LYFE atau tulisan lainnya dari Glenny Levina

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Glenny Levina
Penulis: Glenny Levina
Editor: Yemima Lintang