tirto.id - Baru-baru ini laporan dari sebuah rumah sakit di Vietnam cukup mengejutkan. Mayoritas masyarakat Vietnam terinfeksi bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini diketahui dapat menyebabkan tukak usus dua belas jari dan kanker perut. Yang mengkhawatirkan dari masalah ini bukan hanya soal bakteri Helicobacter pylori yang berbahaya. Namun, adanya penurunan efektivitas antibiotik pada masyarakat di sana karena perilaku mengonsumsi antibiotik.
Biasanya di negara-negara lain, beragam jenis obat memiliki efektivitas sekitar 80-90 persen dalam mengobati penyakit perut yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori. Namun di Vietnam hanya efektif 50-70 persen, penyebabnya karena resistensi antibiotik akibat banyak pasien menggunakan antibiotik tanpa resep dokter.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, dikutip dari Xinhua, lebih dari setengah populasi dunia menyimpan Helicobacter pylori di saluran cerna bagian atas, dan infeksi lebih sering terjadi di negara-negara berkembang, tak kecuali di Indonesia. Apa sebenarnya Helicobacter pylori?
Baca juga:
Antibiotik yang Malah Membuat Sakit
Bakteri Gonore Akibat Seks Tak Aman Kian Kebal Antibiotik
Helicobacter pylorisebagai bakteri yang menyebabkan peradangan lambung dan penyakit tukak lambung ini ditemukan oleh Barry Marshall dan Robin Warren pada 2005. Atas penemuannya tersebut, Marshall dan Warren mendapatkan Nobel kedokteran di tahun yang sama.
Teresa Alarcon dalam Impact of the Microbiota and Gastric Disease Development by Helicobacter pylori, menjelaskan bahwa bakteri ini hidup pada lapisan lendir pada saluran pencernaan manusia. Kemampuannya bisa bersembunyi dari sistem kekebalan tubuh (imun) manusia, keberadaan Helicobacter pylori dalam tubuh tidak terdeteksi.
Helicobacter pylori hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan karena lambung manusia bersifat sangat asam. Agar dapat bertahan hidup, Helicobacter pylori mengeluarkan enzim urease yang mengubah urea menjadi amonia. Sehingga mengakibatkan kadar keasaman lambung berkurang.
Koloni Helicobacter pylori ini juga sering menggali permukaan lendir pada saluran pencernaan untuk bertahan hidup. Proses tersebut yang menyebabkan adanya peradangan pada lapisan lendir pencernaan manusia yang sering diistilahkan sebagai gastritis.
Steven F. Moss, seorang peneliti dari Gastroenterology Division, Rhode Island Hospital, Brown University, Providence, Rhode Island dalam penelitiannya yang berjudul The Clinical Evidence Linking Helicobacter pylori to Gastric Cancer menyatakan bahwa gastritis dapat meningkatkan potensi kanker lambung. Dalam studinya, ia juga menemukan bahwa Helicobacter pylori meningkatkan risiko kanker lambung secara signifikan.
Hal tersebut senada dengan penelitian Ari Fahrial Syam, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia dalam risetnya yang dipublikasikan 2015 berjudul Risk Factors and Prevalence of Helicobacter pylori in Five Largest Islands of Indonesia: A Preliminary Study.
"Bakteri ini bisa mengakibatkan kanker lambung," kata Ari Fahrial dari Gastroenterology Division, Rhode Island Hospital, Brown University, Providence, Rhode Island.
Prevalensi Helicobacter pyloridi Indonesia sebesar 22,1 persen. Artinya kemungkinan masyarakat terinfeksi bakteri ini adalah satu dari lima pasien dispepsia atau nyeri pada lambung. Prevalensi tersebut didapatkan dengan meriset sejumlah responden dari kelompok etnis yang berbeda di Indonesia, yaitu Jawa, Papua, Batak, Bugis, Dayak, dan Tionghoa. Pemeriksaan infeksi bakteri diuji dengan menggunakan beberapa tes yang berbeda, termasuk kultur, uji histologi yang dikonfirmasi dengan metode imunohistokimia dan uji urease.
Penelitian yang melibatkan 267 pasien dengan gejala dispepsia tersebut, terdapat 59 orang yang terinfeksi Helicobacter pylori. Berdasar usia responden, rentang usia 50-59 tahun mempunyai prevalensi terserang bakteri yang paling tinggi dibanding yang lain.
Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sumber air minum, pengaruh etnis, beserta gaya hidup etnis tertentu berpengaruh terhadap infeksi Helicobacter pylori. Penyebab umum gastritis lainnya termasuk penggunaan aspirin, steroid, alkohol, rokok, dan kurangnya mengonsumsi sayur dan buah.
Baca juga:
Mengenal Dandy-Walker Syndrome yang Diderita Adam Fabumi
Vertigo, Masalah Keseimbangan yang Mengganggu
Merasakan Pedihnya Agen Lachrymator dalam Gas Air Mata
Untuk pencegahan, menurut Ari Fahrial yang juga seorang staf Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo menyarankan agar masyarakat yang menderita maag atau peradangan lambung segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendeteksi infeksi itu. Ia menuturkan bahwa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan validasi pemeriksaan urin.
Ia menyarankan untuk melakukan eradikasi atau pemberantasan bakteri Helicobacter pylori secara menyeluruh. Risetnya bersama Muhammad Miftahussurur yang berjudul Surveillance of Helicobacter pylori Antibiotic Susceptibility in Indonesia: Different Resistance Types among Regions and with Novel Genetic Mutations menyatakan bahwa eradikasi dapat dilakukan dengan memberikan kombinasi dua buah antibiotik, yaitu dengan pemberian penghambat popma proton dosis ganda. Eradikasi dilakukan dengan antibiotik Amoksilin atau Klaritromisin atau Rabeprazole. Pengobatan itu diyakini bisa memberantas bakteri ini hingga 90 persen lebih.
“Dengan eradikasi Helicobacter pylori, maka akan terputus pula perjalanan infeksi ini sebagai penyebab terjadinya kanker lambung,” kata Ari Fahrial.
Di Indonesia, gejala sakit pada perut sering disebut sebagai maag. Kondisi ini seringkali disepelekan dan tak ditangani dengan serius. Penyakit pada lambung bisa bertambah parah akibat tak mendapat pengobatan dengan baik. Pengalaman di Vietnam bisa jadi contoh, bakteri yang memicu penyakit lambung punya kekebalan bila salah penanganan. Memutuskan ke dokter untuk mendapatkan penanganan kesehatan yang tepat sudah jadi keharusan.
Baca juga:Jangan Sepelekan Sakit Maag
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Suhendra