tirto.id - Melakukan tes swab Covid-19 secara mandiri belakangan mulai dilakukan oleh sebagian orang. Hal ini memungkinkan, karena peralatan tes swab mandiri mudah ditemukan dan dijual di e-commerce.
Prosedur tes usap hidung tersebut juga bisa dipelajari dan dinilai menguntungkan karena membatasi paparan petugas medis dengan banyak orang. Selain itu, lebih hemat dalam penggunaan alat perlindungan diri (APD), demikian menurut penelitian Fakultas Kedokteran Stanford University.
Dalam penelitian tersebut, 30 partisipan sebelumnya dinyatakan positif Covid-19. Mereka diizinkan untuk mengumpulkan sampel mereka sendiri dengan diberikan satu paket peralatan tes swab mandiri.
Penelitian yang dipublikasikan pada 12 Juni 2020 di Journal of American Medical Association itu menemukan beberapa keuntungan dari swab mandiri.
Di antaranya adalah, peralatan pengumpulan sampel tes bisa didistribusikan secara luas, sehingga memungkinkan lebih banyak orang untuk diuji. Mereka juga tidak perlu datang ke rumah sakit atau lokasi pengujian beramai-ramai, yang meminimalisasi penularan virus.
Petugas bisa menghemat persediaan APD yang dikenakan, karena tak harus mengganti setiap kali melakukan uji swab.
“Ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kapasitas pengujian kami untuk memperlambat penyebaran virus secara keseluruhan,” kata Yvone Maldonado, MD, profesor penyakit menular anak dan penelitian serta kebijakan kesehatan, dilansir laman Stanford Medicine.
Prosedur pengumpulan sampel tes swab bisa dilakukan di mobil atau rumah pasien, dan mengurangi paparan petugas kesehatan.
Cara memberikan instruksi tes swab mandiri
Dalam penelitian di Stanford Health Care, peserta sebelumnya telah dinyatakan positif Covid-19 pada bulan Maret. Yvone Maldonado, MD dan tim studi lantas membimbing melalui telepon dan memberikan instruksi, baik tertulis dan video pendek tentang cara aman melakukan tes swab usap hidung.
Mereka juga diminta kembali ke Stanford Health Care untuk uji swab drive through, namun pasien melakukan sendiri pengumpulan spesimen dengan dipandu petugas medis.
Dokter kemudian mengumpulkan lagi dua sampel dari usap hidung dan usap belakang tenggorokan serta amandel. Hasil 3 spesimen lalu diuji pada laboratorium virologi klinis Stanford dengan akurat.
Harus hati-hati dan sesuai instruksi
Pada pengumpulan sampel spesimen tes swab PCR, digunakan sejenis cotton bud panjang untuk menjangkau bagian dalam hidung pasien dan mengambil lendir yang ada di sana. Sampel lendir itu lalu diuji di laboratorium untuk menemukan tanda-tanda materi genetika virus corona. Proses tersebut lah yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan cedera.
Bagian yang disebut vagal atau vagus adalah bagian saraf yang terletak di leher dan berhubungan dengan saluran pencernaan, sistem pernapasan, dan jantung. Apabila saraf vagal mengalami cedera akibat terkena cotton bud, maka bisa menyebabkan refleks vagal seperti batuk, muntah, pingsan, hingga kematian. Ini yang perlu dicegah.
Siapa yang perlu melakukan swab mandiri?
Tentu saja tidak semua orang perlu melakukan prosedur tes swab usap hidung. Hanya mereka yang sebelumnya sudah disarankan oleh petugas medis saja yang dianjurkan. Ini terjadi bila hasil tes rapid pasien sudah terbukti positif.
Dilansir laman Harvard Business Review, setelah hasil positif pada tes rapid, maka kit sampel tes swab dapat digunakan secara mandiri. Pasien disarankan tetap melakukan karantina mandiri sampai hasil tes swab diketahui.
Untuk pasien yang tidak menunjukkan gejala (OTG) atau berisiko rendah, karantina dilakukan di rumah dengan dipantau proses diagnosis, pengobatan dan pemulihannya oleh petugas medis.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Alexander Haryanto