tirto.id - Dalam enam bulan terakhir, pandemi COVID-19 telah membuat daya beli masyarakat menurun yang berimbas pada terganggunya perekonomian. Salah satu industri yang mengalami pukulan cukup telak selama pandemi ini adalah industri otomotif di Indonesia.
Seiring dengan permintaan terhadap produk otomotif yang anjlok, proses produksi para produsen otomotif juga turut terganggu. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penurunan produksi mobil sudah mulai terlihat sejak April 2020 seiring dengan mulai diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah.
Pemerintah mulai mengimbau perusahaan dan instansi untuk menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) pada pertengahan Maret. DKI Jakarta menjadi wilayah pertama yang menerapkan PSBB pada 10 April 2020. Catatan singkat, kebijakan PSBB tersebut juga diterapkan di beberapa wilayah lainnya.
Dalam tiga bulan pertama pada tahun ini, total produksi mobil tercatat berada di atas 100 ribu unit per bulannya. Namun, penurunan mulai terjadi pada April dan semakin turun pada Mei.
Total produksi pada Maret tercatat sebesar 111.565 unit dengan Toyota sebagai produsen terbanyak. Namun, angka tersebut turun sebesar 80 persen pada April 2020. Total produksi pada April tercatat sebesar 21.434 unit. Angka produksi kembali turun tajam menjadi 2.627 pada Mei.
Total produksi nasional sepanjang Januari-Mei 2020 tercatat sebanyak 352.571 unit. Angka tersebut turun 32,8 persen jika dibandingkan angka tahun lalu pada periode yang sama. Total produksi pada Januari-Mei 2019 tercatat sebesar 524.967 unit.
Sepanjang Januari hingga Mei, meski turut mengalami penurunan produksi, Toyota tercatat sebagai produsen dengan jumlah produksi unit terbanyak, yakni dengan 131.161 unit. Daihatsu dan Mitsubishi Motors menyusul masing-masing dengan 49.163 dan 45.873 unit.
Meskipun termasuk dalam tiga produsen terbanyak pada tahun ini, Daihatsu dan Mitsubishi Motors nihil produksi pada bulan Mei. Kedua produsen tersebut memang sempat menghentikan sementara produksi mereka akibat dampak pandemi.
Daihatsu menghentikan sementara produksi sejak 10 April dan kembali membukanya pada 3 Juni. Mitsubishi juga melakukan hal sama sejak April hingga Mei lalu. Sementara itu, Toyota juga mulai menutup sementara pabrik dan dealer mereka seiring kebijakan PSBB pada periode April kendati, mengutip CNBC Indonesia, telah kembali dibuka pada awal Juni.
Gaikindo menyebut meskipun tengah dalam kondisi pandemi, tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan tetap di industri otomotif. Namun, asosiasi kendaraan bermotor itu tak menampik adanya karyawan kontrak yang belum diperpanjang setelah masa kontrak mereka habis.
"Namun, kita tidak tahu sampai kapan bisa menahan itu. Kemudian terkait THR, kita dimintai tolong untuk membayarkannya karena dinilai punya kemampuan tersebut. Sudah diinformasikan (ke anggota), dan rasanya THR masih mampu dibayarkan," sebut Ketua Gaikindo Yohannes Nangoi dalam diskusi virtual, Jumat (15/5/2020) dikutip Kompas.com.
Toyota Masih Jawara?
Dari segi penjualan wholesales periode Januari hingga Mei, performa penjualan mobil memang menurun. Penurunan penjualan mulai terlihat sejak April, dan semakin turun pada Mei lalu.
Penjualan wholesales nasional pada maret tercatat sebanyak 76.811 unit dengan dominasi dari Toyota, Daihatsu, dan Honda. Angka penjualan tersebut kemudian turun menjadi 7.868 unit, dan semakin turun menjadi 3.551 pada Mei. Artinya, sepanjang Maret hingga Mei terjadi penurunan penjualan sebesar 73.260 unit (95,38%).
Total penjualan wholesales sepanjang Januari-Mei sebanyak 248.310 unit. Jumlah tersebut turun 41,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan penjualan 422.497 unit.
Dari sisi jenama, Toyota mencatatkan penjualan terbanyak dengan 78.111 unit, atau menguasai 31,50 persen pasar. Pada bulan Mei Toyota mencatatkan penjualan 695 unit, turun jauh dibandingkan penjualan pada tiga bulan awal pada kisaran 20 ribuan unit.
Meskipun sempat nihil penjualan pada bulan Mei, Daihatsu mencatatkan penjualan terbanyak kedua sepanjang tahun ini dengan 49.443 unit atau sekitar 19,90 persen dari total penjualan nasional. Honda berada di posisi ketiga dengan total penjualan 37.502 unit atau sekitar 15,10 persen.
Dari 10 jenama dengan penjualan tertinggi, rata-rata mengalami penurunan penjualan wholesales pada April dan Mei. Nissan dan Wuling bahkan mencatatkan penjualan di bawah 100 unit periode tersebut.
"Penurunan penjualan mobil ini disebabkan karena wabah corona dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," kata Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara, Jumat (15/5/2020), dilansir Kontan.co.id. Kukuh juga menambahkan, Gaikindo merevisi target penjualan mobil pada tahun ini dari target awal sebanyak 1,05 juta unit menjadi 600 ribu unit.
Dalam tiga tahun terakhir, penjualan mobil wholesales tidak menunjukan perubahan yang drastis setiap tahunnya. Pada 2017, penjualan sepanjang tahun sebanyak 1.077.364 unit. Angka tersebut meningkat pada 2018 dengan 1.151.308 unit. Sedangkan pada 2019, penjualan wholesales menurun menjadi 1.030.126 unit.
Jika ditelusuri, penjualan wholesales pada periode Januari-Mei 2017 hingga 2019 berkisar di atas 400 ribu unit dengan kecenderungan terjadi penurunan penjualan bulanan pada Juni. Pada 2017, misalnya, penjualan periode Januari-Mei tercatat sebanyak 465.285 unit.
Penjualan di 2018 pada periode yang sama mengalami peningkatan dengan 494.837 unit. Sedangkan pada 2019, penjualan pada periode yang sama turun menjadi 422.497 unit.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara