Menuju konten utama

Bagaimana Korsel Tekan Penyebaran Covid-19 Tanpa Lockdown?

Cara Korea Selatan menekan penyebaran Covid-19 tanpa menutup kota atau lockdown.

Bagaimana Korsel Tekan Penyebaran Covid-19 Tanpa Lockdown?
Ilustrasi Virus. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kasus virus corona Covid-19 di Korea Selatan mencapai 8.652 hingga hari ini, Jumat (20/3/2020) pukul 15.43 WIB. Data tersebut berasal dari Map CSSE Johns Hopkins.

Dari jumlah kasus corona tersebut, sebanyak 1.540 telah dinyatakan sembuh dan jumlah kasus kematian sebanyak 94 orang. Korea menjadi salah satu negara dengan penemuan kasus Covid-19 terbayak di dunia.

Sebelumnya pada 12 Februari 2020, kasus di Korea Selatan hanya 28 yang positif corona. Namun terjadi lonjakan tajam mulai 20 Februari usai seorang wanita di Daegu dinyatakan positif.

Kasus corona di Korea menembus angka 1.000 hanya dalam beberapa hari dan kini mencapai 8.000. Sebelumnya Korea Selatan menjadi negara dengan kasus terbanyak di dunia setelah Cina.

Namun Korea mulai bergerak cepat untuk menekan penyebaran Covid-19. Jika Cina dan Italia memilih untuk lockdown dengan menutup wilayah Wuhan di Cina dan negara Italia, maka Korea Selatan mengambil langkah yang berbeda.

Pemerintah Korea merespons dengan melakukan pencegahan secara terkoordinasi dan tetap menekankan transparansi dan meminta kerja sama publik sebagai pengganti langkah-langkah lockdown.

Korea Selatan tidak membatasi pergerakan orang - bahkan di Daegu, kota tenggara di pusat wabah negara itu tak diberlakukan lockdown.

Pihak berwenang fokus pada wajib karantina pada pasien yang terinfeksi Covid-19 dan orang-orang yang telah melakukan kontak dekat.

Di samping itu, pemerintah juga menyarankan masyarakat untuk tetap tinggal di dalam rumah, menghindari acara-acara publik, memakai masker dan mempraktikkan kebersihan yang baik.

Dan saat banyak negara telah memberlakukan larangan perjalanan - termasuk AS, yang telah menghadirkan pembatasan perjalanan dari Eropa - Seoul malah memperkenalkan "special immigration procedures" untuk negara-negara yang sangat terpapar Covid-19 seperti Cina.

Para pelancong diharuskan untuk menjalani pemeriksaan suhu, menyediakan verifikasi informasi kontak hingga mengisi kuesioner kesehatan di Bandara Internasional Incheon.

“Lebih dari satu minggu jumlah kasus yang cenderung menurun menunjukkan bahwa pendekatan di Korea Selatan telah membalikkan epidemi,” kata Ian Mackay, seorang ahli virologi di Universitas Queensland, Australia, dikutip dari South China Morning Post.

"Pendekatan ini tampaknya lebih dapat digunakan oleh negara lain, dibandingkan dengan yang digunakan di Cina. Jika tren ini berlanjut, mereka akan berhasil menghentikan pertumbuhan epidemi mereka.”

Selain itu pemerintah Korsel juga menjalankan program pengujian yang telah menskrining lebih banyak orang per kapita. Bahkan jumlah yang diperiksa lebih banyak dibanding negara lainnya.

Korea Selatan mampu melakukan pemeriksaan hingga 15.000 tes per hari. Para tenaga medis Korsel telah memeriksa sekitar 250.000 orang - sekitar satu dari setiap 200 warga Korea Selatan - sejak Januari.

Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan ini, pemerintah menyatakan semua pemeriksaan terkait Covid-19 gratis untuk siapa saja yang dirujuk oleh dokter atau menunjukkan gejala Covid-19.

Sementara mereka yang sehat dan ingin mengetahui risiko infeksi, pemerintah akan memberlakukan biaya sebesar 160.000 won atau sekitar 235 dolar AS.

Pengujian Covid-19 tersedia di ratusan klinik. Demi memudahkan pengujian, pemerintah membangun 50 stasiun pengujian bersifat drive-through. Korea Selatan dapat menyaring pasien yang dicurigai Covid-19 hanya dalam hitungan menit.

Semakin banyak warga yang diperiksa, memudahkan pemerintah dalam mengelompokkan siapa saja yang wajib dikarantina dan melakukan desinfeksi.

Pemerintah juga akan mengirim pesan teks kepada publik untuk memberitahukan tentang perjalanan atau pergerakan pasien Covid-19 mulai dari nama toko hingga restoran yang dikunjungi.

Hal itu dilakukan agar warga waspada dan segera melaporkan jika pernah melakukan kontak langsung atau mengunjungi lokasi yang dikunjungi pasien positif Covid-19.

Bahkan orang yang dipastikan terinfeksi virus corona dapat dilacak menggunakan GPS dan peta yang langsung menunjukkan lokasinya. Hal itu dilakukan agar siapa saja bisa menghindari kontak dengannya.

"Kemampuan Korea Selatan untuk deteksi dini virus telah berkembang pesat saat melewati wabah influenza pada 2009 dan wabah Mers 2015," kata Kim Woo-joo, seorang profesor kedokteran di Korea University’s College of Medicine.

Dikutip dari Washington Post, langkah agresif Korea dalam pemeriksaan Covid-19 itu membuat jumlah kasus corona terus menurun dari 686 pada 2 Maret 2020 menjadi 131 kasus baru pada 3 Maret 2020.

“Pemerintah sekarang melancarkan respons cepat setelah meningkatkan peringatan krisis ke level tertinggi,” demikian pernyataan Presiden Moon Jae-in pada 1 Maret 2020.

Pada 6 Maret 2020, Korea Selatan melaporkan hanya 110 kasus baru dan pada hari yang sama, jumlah pasien yang pulih mencapai 177 orang, melebihi infeksi baru untuk pertama kalinya.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyampaikan optimisme, dan harapan bahwa Korea Selatan dapat segera memasuki "fase stabilitas" jika tren itu tetap kuat.

Warga Turun Aktif Perangi Corona

Respons cepat pemerintah Korea dalam mencegah COvid-19 tentu tak bisa berjalan tanpa dukungan warganya. Masyarakat sipil Korea secara sukarela terlibat dalam upaya menekan penyebaran corona.

Mereka membatalkan acara besar mulai dari konser hingga pertunjukan yang akan menimbulkan banyaknya kerumunan orang.

Warga Korea juga memilih untuk beribadah di rumah. Ibadah di Geraja atau tempat ibadah lainnya dilakukan secara online atau dengan menggunakan live streaming.

Warga juga mendengar bujukan pemerintah untuk menjauhi Daegu -tempat sebagian besar kasus covid-19 sehingga pemerintah tak perlu mengubah seluruh kota menjadi "penjara" karena lockdown.

Kerja sama antara pemerintah dan warga ini membuat kasus Covid-19 di Korea tetap bertahan di angka 8.000an di saat negara lainnya seperti Italia, Iran, AS, Perancis, Spanyol dan Jerman kini terus melonjak naik bahkan melampaui jumlah kasus di Korea Selatan.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH