tirto.id - Resolusi tahun baru anti gagal menjadi dambaan semua orang. Pasalnya, resolusi tahun baru terkadang hanya menjadi wacana, tepatnya tidak pernah terwujud.
Resolusi adalah tradisi yang dilakukan hampir di setiap tahun baru. Namun, hampir dari setengah resolusi yang dibuat setiap tahun akan gagal.
Untuk menghindari kegagalan itu, buatlah resolusi yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan, serta target yang akan dicapai.
Mengapa Resolusi Tahun Baru Gagal Terwujud?
Menurut firma manajemen waktu Franklin Covey, seperti diwartakan The New York Times, sepertiga dari resolusi yang telah dibuat tidak akan bertahan sampai Februari. Banyak dari resolusi ini gagal karena beberapa alasan, yaitu:
- Resolusi yang dibuat berdasarkan apa yang orang lain (atau masyarakat) inginkan
- Terlalu kabur dan samar
- Tidak memiliki rencana untuk mencapai resolusi
Lain itu, sebagaimana dilansir dari BBC, resolusi tahun baru pada kenyataannya sangat sulit dilakukan lantaran kerap tidak realistis. Misalnya, ingin berhenti total merokok, membayar lunas semua hutang-hutang, hidup sehat, dan turun berat badan sekian kilo dalam waktu tertentu.
Selian terlalu kabur atau samar, alasan tidak tercapainya resolusi tahun baru biasanya karena hal-hal tersebut terlampau abstrak. Laman Psychology Today menuliskan resolusi tersebut seperti “Aku ingin hidup sehat” adalah target yang sangat abstrak.
Untuk membuat resolusi yang tepat, pakailah rumus SMART (specific, measurable, achievable, relevant dan time-bound). Itu adalah akronim yang diciptakan dalam jurnal Management Review pada 1981. Hal ini memang kerap dipakai dalam bidang manajemen, tetapi juga bisa diterapkan dalam pembuatan resolusi.
Cara Membuat Resolusi Tahun Baru
Berikut 5 tahapan dalam cara membuat resolusi tahun baru agar tidak berakhir menjadi wacana saja:
1. Spesifik (specific)
Resolusi yang dibuat harus benar-benar jelas dan spesifik. Misalnya, resolusi untuk menurunkan berat badan, maka jangan hanya membuat resolusi seperti itu, tetapi sertai dengan target.
“Membuat tujuan konkret benar-benar penting daripada hanya secara samar-samar mengatakan 'Saya ingin menurunkan berat badan.' Anda harus memiliki tujuan: Berapa banyak berat yang ingin Anda turunkan dan berapa lama?” kata Katherine L. Milkman, profesor di Wharton School University of Pennsylvania.
2. Terukur (measurable)
Resolusi untuk hal-hal yang bisa diukur akan lebih mudah untuk dijalankan seperti terkait kesehatan atau penurunan berat badan. Misalnya, resolusi berhenti menggigit kuku, ambil gambar kuku dari waktu ke waktu sehingga Anda dapat melihat kemajuan, kata Jeffrey Gardere, seorang psikolog dan profesor di Touro College of Osteopathic Medicine.
Mencatat kemajuan dalam jurnal atau membuat catatan di ponsel bisa memantau kemajuan dan menjaga resolusi tetap berjalan.
3. Bisa diraih (achievable)
Buat resolusi yang bisa dicapai atau realistis, jangan soal hal yang muluk-muluk. Menargetkan untuk mengumpulkan uang persiapan pensiun ketika masih berumur 25 tahun merupakan hal yang tidak realistis. Resolusi menabung dengan mengumpulkan uang Rp20 ribu sehari akan lebih realistis.
Mencoba untuk mengambil langkah yang terlalu besar dan terlalu cepat dapat membuat frustasi dan mempengaruhi sisi kehidupan lain. Jadi, usahakan membuat pencapaian yang bisa diraih dalam jangka waktu satu tahun.
4. Relevan (relevant)
Pikirkan matang-matang apakah resolusi tersebut benar-benar relevan dengan kondisi hidup. Coba petakan, apakah ini tujuan yang sangat berarti bagi Anda, dan apakah Anda membuatnya dengan alasan yang tepat?
“Jika Anda melakukannya karena rasa benci pada diri sendiri atau penyesalan atau gairah yang kuat pada saat itu, biasanya resolusi tidak berlangsung lama,” kata Dr. Michael Bennett, seorang psikiater dan penulis dua buku self-help.
“Tetapi jika Anda membangun suatu proses di mana Anda berpikir lebih keras tentang apa yang baik untuk Anda, Anda mengubah struktur hidup Anda dan membawa orang ke dalam hidup Anda untuk memperkuat resolusi itu, maka saya pikir Anda memiliki kesempatan untuk mewujudkannya,” kata Bennet.
5. Dibatasi waktu (time-bound)
Garis waktu untuk mencapai tujuan juga harus realistis. Itu berarti memberi diri Anda cukup waktu untuk melakukannya. Kalau bisa, buat resolusi dengan jangka menengah dan jangka panjang. Resolusi kecil untuk jangka menengah, misalnya dua bulan, tiga bulan dan resolusi lebih besar untuk jangka panjang, hingga tahun berakhir.
“Fokus pencapaian kecil, sehingga Anda dapat membuat kemajuan bertahap,” kata Charles Duhigg, penulis The Power of Habit dan mantan penulis The New York Times.
Editor: Yantina Debora
Penyelaras: Ibnu Azis