tirto.id - Hidup memang tidak pernah pasti. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat pada akhir tahun lalu hingga awal tahun ini, pasangan Desti dan Prayoga serasa di atas angin. Keduanya bekerja dan punya gaji lumayan—gaji yang saban bulan mereka sisipkan buat merajut hari depan.
Tapi kenyataan tiba-tiba berbalik arah. Pandemi datang, Desti dan Prayoga kehilangan pekerjaan. Mereka tidak hanya mesti menyusun kembali rencana pernikahan, tapi, dan ini mengerikan, menghadapi hari-hari pandemi tanpa asuransi kesehatan.
“Kami tidak pernah menyangka bahwa pandemi menimbulkan banyak ketidakpastian. Daripada nyicil biaya pernikahan, sekarang, uang yang ada mending digunakan buat jaga-jaga, siapa tahu ada masalah kesehatan,” kata Prayoga, mantan editor sebuah penerbitan yang kini mengadu nasib sebagai penulis lepas.
Kehadiran Covid-19 seolah menegaskan hakikat hidup sebagai serangkaian peristiwa yang tak pasti. Ia bikin ekonomi ambruk dan pada saat bersamaan, seperti halnya pil pahit yang musti ditelan setiap orang, telah membukakan mata manusia akan pentingnya kesehatan. Ya, kini orang-orang paham: risiko terinfeksi bisa mengenai siapa saja, tak terkecuali saat kondisi keuangan sedang tidak baik-baik saja.
Ironisnya, di tengah segala ketidakpastian ini, kesadaran akan pentingnya kesehatan belum terbangun. Survey honestdocs.id tahun lalu menyatakan, 81% dari 8.314 responden mengaku tidak punya asuransi kesehatan. Padahal, asuransi kesehatan amat penting untuk meminimalisasi risiko finansial jika seseorang atau keluarga terpaksa harus ke rumah sakit.
Dengan kata lain, merujuk kasus pasangan Desti & Prayoga, keberadaan asuransi kesehatan memungkinkan mereka tetap dapat menabung biaya pernikahan sekalipun kelak, siapa tahu, mereka mesti berobat.
“Sedia payung sebelum hujan. Begitulah peribahasa yang dapat menggambarkan kegunaan asuransi kesehatan,” kata dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid.
Dan dalam situasi pandemi, asuransi kesehatan, seperti halnya dana darurat, boleh dibilang merupakan kebutuhan tak terelakkan. Sebab itu, setiap orang perlu merencanakan keuangannya dengan tepat.
“Perencanaan keuangan yang tepat menjadi krusial agar terhindar dari pengeluaran katastropik, yaitu ketika rumah tangga membelanjakan lebih dari 10% total pendapatan mereka (diukur dari tingkat konsumsi) untuk perawatan kesehatan,” kata Prof. Budi Hidayat, SKM, MPPM, PhD.
Pernyataan Pakar Ekonomi dan Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat itu penting disimak, mengingat pada tahun 2013—sebagaimana tampak pada “Belanja Kesehatan Katastropik: Analisis Data Susenas Tahun 2013 dan 2017 “(Hidayat B dan Hidayat T: CHESPS FKM UI, 2020)—ada 10,5 juta jiwa penduduk (4,2% populasi masyarakat Indonesia) yang membelanjakan lebih dari 10% total pendapatan mereka untuk biaya kesehatan.
“Angka ini naik menjadi 4,5% (atau 11,8 juta jiwa) pada 2017,” sambung Prof. Budi.
Peluang kejadian belanja katastropik rumah tangga memang akan semakin tinggi saat, misal, salah seorang anggota keluarga membutuhkan pelayanan rawat inap. Pada 2017, persentase belanja katastropik akibat risiko sakit di antara pasien yang butuh layanan rawat inap mencapai 27,9% (3,1 juta jiwa).
Selain itu, sebuah riset pada 2015 yang ditujukan bagi para peserta asuransi yang baru keluar dari rumah sakit di enam provinsi (DKI Jakarta, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara) menunjukkan bahwa 18% dari 2.728 pasien masih membayar biaya pengobatan dengan uang pribadi mereka (out of pocket).
Asuransi kesehatan memang tidak menjamin seseorang terhindar dari masalah kesehatan. Tapi, penting dicatat, asuransi kesehatan berguna untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah biaya kesehatan yang kian hari kian meninggi. Apalagi, Global Medical Trends Survey Report (Willis Towers Watson, 2019) menyebut bahwa biaya rumah sakit di Indonesia meningkat hingga 10 persen, peningkatan paling tinggi dibandingkan beberapa negara lain di Asia.
“Asuransi kesehatan meningkatkan penghematan, pemeriksaan kesehatan konsisten, dan melindungi keuangan,” kata Azuarini Diah, pengamat asuransi.
Asuransi Kesehatan Murni yang Terjangkau, Komplit, dan Fleksibel
Menyadari pentingnya asuransi kesehatan bagi setiap orang, perusahaan asuransi kenamaan, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) meluncurkan PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah. Kedua produk tersebut diharapkan menjadi solusi asuransi kesehatan murni yang terjangkau, komplit, dan fleksibel.
“PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah adalah solusi proteksi kesehatan murni tanpa komponen investasi yang komplet dengan harga terjangkau dan memiliki fleksibilitas tinggi pada pilihan perlindungan kesehatan serta jangkauan hingga ke seluruh dunia sesuai dengan plan yang dipilih,” terang Himawan Purnama, Head of Product Development Prudential Indonesia.
Himawan menambahkan, dengan berbagai keunggulannya, kedua produk tersebut bakal sangat dibutuhkan masyarakat di tengah berbagai ketidakpastian ekonomi yang masih mungkin terus terjadi. Alasannya, asuransi kesehatan murni ini menawarkan perlindungan kesehatan bagi keluarga Indonesia terhadap risiko rawat inap sesuai tagihan rumah sakit untuk manfaat tertentu.
Selain itu, kedua produk anyar tersebut juga memberikan berbagai kemudahan tambahan dalam registrasi dan administrasi rawat inap di seluruh rumah sakit yang tergabung dalam jaringan PRUMedical Network.
Untuk diketahui, PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah memiliki delapan keunggulan. Pertama, fleksibilitas dalam memilih satu dari delapan plan wilayah pertanggungan, tipe kamar, dan batas harga kamar. Kedua, perlindungannya mencakup hingga ke seluruh dunia. Ketiga, batas manfaat hingga Rp65 miliar (untuk plan Diamond) dengan fasilitas PRUSolusi Sehat Limit Booster. Keempat, terdapat manfaat perawatan selama 30 hari sebelum dan 90 hari setelah tindakan bedah rawat jalan (one day surgery).
Selanjutnya, masa pertanggungan adalah satu tahun dan dapat diperpanjang hingga tertanggung berusia 99 tahun. Keenam, terdapat manfaat rawat jalan kanker dan cuci darah sesuai tagihan, tanpa atau dengan rawat inap sebelumnya. Kunjungan dokter umum dan dokter spesialis (serta sub spesialis) per jenis spesialisasi masing-masing juga ditanggung hingga dua kali per hari. Terakhir, adanya pembayaran manfaat untuk perawatan di luar wilayah pertanggungan dengan persentase tertentu, mengacu ketentuan pada polis.
Selain itu, tersedia pula no claim bonus untuk PRUSolusi Sehat dan fasilitas manfaat berkembang untuk PRUSolusi Sehat Syariah, berupa 10% dari batas manfaat tahunan awal hingga maksimal 50% manfaat tahunan awal jika tidak ada klaim selama setahun dan polis selalu aktif. Selanjutnya, jika nasabah melakukan pembayaran premi secara tahunan, maka mereka hanya membayar premi 11 bulan (hemat satu bulan premi).
Dari hari ke hari, tantangan kesehatan semakin kompleks sehingga rentan menimbulkan berbagai risiko sakit. Kondisi demikian, sekali lagi, membuat setiap orang perlu perencanaan keuangan yang tepat agar terhindar dari pengeluaran katastropik. Mengalokasikan penghasilan Anda untuk membeli PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah, jika Anda belum punya asuransi kesehatan, adalah langkah taktis dari frasa ‘perencanaan keuangan yang tepat’.
Pendek kata, di tengah semakin maraknya hal yang tidak pasti, Prudential Indonesia masih menawarkan produk dan pelayanan optimal agar kebutuhan masyarakat terhadap asuransi kesehatan terpenuhi. Menjaga kesehatan itu perlu, demikian juga menjaga stabilitas keuangan. PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah diluncurkan agar masyarakat Indonesia dapat mencapai keduanya.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis