Menuju konten utama

Asrim Khawatirkan Pengenaan Cukai Pada Minuman Ringan

Triyono mengungkapkan kesulitan tersebut diperkuat dengan kedudukan minuman ringan yang bukan merupakan kebutuhan primer masyarakat.

Asrim Khawatirkan Pengenaan Cukai Pada Minuman Ringan
Minuman ringan [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) menilai wacana pengenaan cukai terhadap minuman berpemanis maupun bersoda berdampak langsung pada penjualan. Meskipun masih sebatas wacana, namun kekhawatiran terhadap beban biaya dan harga jual yang meningkat dikatakan cukup menghantui industri minuman ringan.

“Tantangan terhadap perkembangan industri minuman ringan tinggi. Khususnya jika terkait dengan wacana kebijakan, maupun regulasi yang dapat berdampak langsung pada biaya dan harga jual. Alur proses perizinan industri yang panjang dan kompleks juga menjadi satu tantangan tersendiri,” ujar Ketua Asrim Triyono Pridjosoesilo saat jumpa pers di Hotel Puri Denpasar, Jakarta, Senin (8/5/2017).

Lebih lanjut, Triyono mengungkapkan kesulitan tersebut diperkuat dengan kedudukan minuman ringan yang bukan merupakan kebutuhan primer masyarakat. “Begitu ada cost naik, harga juga naik. Sementara minuman ringan bukan kebutuhan primer, kalau ditinggalkan konsumen, ya sudah. Industri ini sangat bergantung pada konsumen,” ungkap Triyono.

“Karena kalau kita lihat, kan ada minuman dalam kemasan yang bentuknya gelas dan terbilang ekonomis. Itu dalam rangka menarik pasar, karena konsumen kita sangat rentan terhadap harga. Oleh karena itu, apabila ada kenaikan, dampaknya bisa langsung terasa di masyarakat,” kata Triyono lagi.

Adapun salah satu alasan dikenakannya cukai pada minuman berpemanis atau bersoda tersebut adalah untuk menanggulangi epidemi penyakit tidak menular (PTM).

“PTM seperti obesitas dan diabetes merupakan kondisi yang kompleks. Sehingga itu tidak bisa disebabkan satu jenis produk minuman atau makanan tertentu. Ini berkaitan dengan pola hidup masyarakat secara total, serta seimbang pada pola konsumsi dan aktivitas fisik,” jelas Triyono.

Masih dalam kesempatan yang sama, Triyono juga sempat memaparkan bahwa masyarakat Indonesia masih lebih menyukai minuman hangat. Meskipun saat menjelaskan temuan itu menggunakan data yang dirilis pada 2010 lalu, namun Triyono mengatakan kondisi sekarang ini tidak jauh berbeda.

“Oleh karena itu yang cenderung banyak dikonsumsi adalah produk-produk berupa teh, kopi, cokelat, maupun susu,” ucap Triyono.

Selain itu, turut dipaparkan pula data yang didapat dari 2014 lalu, yang menyatakan mayoritas penduduk Indonesia lebih suka mengonsumsi air mineral. “Jumlahnya sebesar 97 persen, sementara yang mengonsumsi minuman cair kemasan hanyalah sekitar 10 persen saja,” ujar Triyono.

Asrim sendiri telah mengeluarkan laporan kinerja industri minuman ringan pada kuartal pertama 2017 yang mencatatkan hasil negatif. Dilihat dari hampir semua kategori minuman ringan, akumulasi pertumbuhan industri minuman ringan hanyalah berada di kisaran minus 3-4 persen. Adapun dalam 4 tahun terakhir, pertumbuhan sektor memang terbilang melambat, karena hanya berada dalam kisaran 4-8 persen.

“Kalau industri ini melemah, otomatis pertumbuhan ekonomi juga ikut melemah. Karena industri minuman itu besarnya mencapai 33 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) non migas,” ujar Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Willem Petrus Riwu yang turut hadir dalam acara jumpa pers.

Baca juga artikel terkait ASRIM atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto