Menuju konten utama

Asgardia, Negara Luar Angkasa Pertama di Dunia

Dinamai dari sebuah kota di angkasa menurut mitologi Yunani, Asgardia terbuka untuk semua penghuni planet Bumi dan tidak memerlukan biaya sedikit pun untuk bergabung.

Asgardia, Negara Luar Angkasa Pertama di Dunia
ILUSTRASI lambang negara dan pesawat induk negara antariksa Asgardia. Foto/asgardia.space

tirto.id - Pada Oktober 2016 lalu, seorang ilmuwan Rusia Dr. Igor Ashurbeyli telah mengumumkan rencananya untuk membentuk negara merdeka pertama di dunia yang beroperasi di luar angkasa: Asgardia. Sejak saat itu, ratusan ribu orang telah mendaftar untuk menjadi warga negara Asgardia.

Ashurbeyli mengatakan bahwa misi proyek ini adalah untuk menyediakan masyarakat yang damai; menawarkan akses yang lebih mudah ke teknologi ruang angkasa; dan melindungi Bumi dari ancaman antariksa, seperti asteroid dan puing buatan manusia di luar angkasa.

"Saat ini, banyak masalah yang berkaitan dengan hukum ruang angkasa, tidak akan pernah bisa dipecahkan di hutan gelap hukum internasional modern. Sekarang saatnya menciptakan realitas peradilan baru di luar angkasa.," kata Ashurbeyli seperti dilansir dari Popular Science.

Dinamai dari sebuah kota di angkasa menurut mitologi Yunani, Asgardia terbuka untuk semua penghuni planet Bumi dan tidak memerlukan biaya sedikit pun untuk bergabung. Namun, ada yang membatasi. Alih-alih berada di luar angkasa, warga Asgardia untuk sementara ini tetap berbasis di bumi.

Sebab, Asgardia yang tengah dibicarakan ini bukan kota yang mengorbit di luar angkasa, tempat manusia akan tinggal. Sebagai gantinya, Ashurbeyli yang juga pendiri Pusat Penelitian Aerospace Internasional ini, membuat Asgardia lebih sebagai eksperimen ilmiah, legal dan teknologis.

"Asgardia juga unik dari aspek filosofis - untuk melayani seluruh umat manusia dan setiap orang, terlepas dari kesejahteraan pribadinya dan kemakmuran negara tempat mereka dilahirkan," kata Ashurbeyli dalam sebuah perilisan, yang dilansir dariCNET.

Sebuah situs web juga telah diluncurkan bagi mereka yang ingin mendaftar sebagai warga negara Asgardia. Bahkan dalam situs https://asgardia.space/ ini dimunculkan pula bendera negara, lambang, dan lagu kebangsaan Asgardia.

Dalam waktu 40 jam setelah proyek ini diumumkan, lebih dari 100.000 orang mengajukan kewarganegaraan di situs Asgardia. Setelah tiga minggu, Asgardia memiliki 500.000 pelamar.

Siapapun yang berusia di atas 18 tahun dan dengan alamat email, terlepas dari jenis kelamin, kebangsaan, ras, agama, dan status keuangan dapat mendaftar melalui laman ini, https://asgardia.space/en/join, termasuk mantan narapidana, asalkan mereka dikenali pada saat permohonan diajukan.

Namun, Ashurbeyli memperkenalkan proses verifikasi yang lebih kuat untuk meminta rincian tambahan seperti tanggal lahir dan alamat. Alhasil, jumlah warga Asgardia telah berkurang.

Menurut data yang dilansirCNN, 20 Juni 2017, saat ini ada sekitar 211.000 anggota dari 217 negara dengan mayoritas berusia antara 18 dan 35 tahun yang menjadi warga Asgardia.

Ada lebih dari 130.000 penutur bahasa Inggris, namun Cina memiliki jumlah orang Asgardia terbesar dengan 28.000 warganya yang telah mendaftar.

Berdasarkan keseimbangan gender, terdapat 83% pria warga Asgardia dan 16% wanita, dengan orang-orang yang tersisa mengidentifikasi sebagai "orang lain".

Rayven Sin, seorang seniman yang berbasis di Hong Kong, mengatakan kepada CNN bahwa dia mendaftar untuk menjadi seorang Asgardia pada bulan November 2016 setelah mendengarnya di sebuah acara radio Cina saat dia berada di Toronto.

"Saya benar-benar ingin bisa melihat apakah manusia mampu memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengungkapkan pendapat mereka," katanya menjelaskan. "Masyarakat yang kita tinggali sekarang - baik dalam kapitalisme atau komunisme – semuanya tampak ada banyak konflik."

John Spiro, seorang spesialis pemasaran digital yang mengatur pertemuan bulanan untuk Asgardia yang berbasis di Hong Kong, mengatakan bahwa kemungkinan untuk mengirimkan data pribadi ke luar angkasa, membuatnya senang.

"Saya membantu menerjemahkan dan melestarikan sutra Buddha sebagai hobi dan simbolisme pengiriman salah satu teks agama tersebut dalam bentuk elektronik 'sampai ke langit', nampaknya sangat bagus," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait LUAR ANGKASA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Teknologi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari