tirto.id - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un disebut tengah mengemis untuk perang menyusul aksi uji coba senjata nuklir bom hidrogen terbaru yang paling kuat. Hal ini diungkapkan Nikki Haley utusan AS untuk PBB dalam sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan di New York.
Nikki Haley juga mengatakan dalam pertemuan itu bahwa AS tidak menginginkan perang namun kesabarannya bukannya "tidak terbatas". AS akan membuat resolusi baru agar PBB segera memperkuat sanksi, demikian dilansir dari BBC, Selasa (5/9/2017)
Haley berpendapat bahwa hanya sanksi terkuat yang memungkinkan masalah nuklir Korea Utara diselesaikan melalui diplomasi.
"Perang bukanlah sesuatu yang diinginkan AS," kata Nikki dilansir dari BBC, Selasa (5/9/2017). "Kami tidak menginginkannya sekarang tapi kesabaran negara kita bukannya tidak terbatas."
Cina, sekutu utama Korea Utara, telah meminta semua pihak untuk kembali ke perundingan dan Swiss telah menawarkan diri untuk menengahi.
"Masalah semenanjung harus diselesaikan dengan damai," kata utusan Cina untuk PBB, Liu Jieyi. "Cina tidak akan membiarkan kekacauan dan perang di semenanjung."
Berbicara di Berne, Presiden Swiss Doris Leuthard menunjuk negaranya yang memiliki catatan panjang Swedia dalam diplomasi yang netral dan bijaksana.
"Saya pikir sekarang saatnya berdialog," tutur Leuthard. "Kami siap untuk menawarkan peran kami untuk pelayanan yang baik sebagai mediator. Saya pikir dalam beberapa minggu mendatang banyak akan tergantung pada bagaimana AS dan Cina dapat memiliki pengaruh dalam krisis ini."
Sementara itu, angkatan laut Korea Selatan melanjutkan latihan pada hari ini, memperingatkan jika Korea Utara memprovokasi mereka "kami akan segera memukul balik dan menguburkan mereka di laut," lapor kantor berita Yonhap.
Peringatan itu datang sehari setelah militer Selatan mensimulasikan serangan rudal ke lokasi uji coba nuklir Korea Utara.
Laporan menunjukkan Korea Utara sedang mempersiapkan peluncuran rudal uji baru.
Pada Minggu (3/9/2017), Korea Utara menguji sebuah bom di bawah tanah yang diperkirakan memiliki daya berkisar antara 50 kiloton hingga 120 kiloton. Perangkat ini berukuran kira-kira tiga kali ukuran bom yang menghancurkan Hiroshima pada tahun 1945.
Bulan lalu, Dewan Keamanan PBB memutuskan dengan suara bulat untuk melarang ekspor Korea Utara dan membatasi investasi di negara tersebut.
Haley tidak menjelaskan langkah-langkah tambahan apa yang mungkin diambil, namun para diplomat menyarankan embargo minyak akan memiliki efek yang melumpuhkan.
Mungkin juga ada larangan terhadap maskapai nasional Korut, membatasi orang-orang Korea Utara yang bekerja di luar negeri, dan pembekuan aset dan larangan bepergian terhadap pejabat.
Aksi Minggu lalu adalah uji coba nuklir keenam Korea Utara sampai saat ini. Survei Geologi AS mencatat getaran yang dihasilkan pada skala 6,3 SR.
Media pemerintah KCNA memperlihatkan Kim Jong-un berada di depan kamera yang disebut sebagai bom hidrogen jenis baru.
Baca juga: AS dan Jerman Desak Sanksi Keras untuk Bom Hidrogen Korut
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari