Menuju konten utama

AS Jatuhkan Bom Non-nuklir Terbesar di Afghanistan

Bom non-nuklir terbesar GBU-43/B MOAB dijatuhkan oleh militer AS di Afghanistan untuk menghancurkan jalur terowongan yang menjadi pertahanan pasukan ISIS di daerah Achin, Kamis (13/4/2017) waktu setempat.

AS Jatuhkan Bom Non-nuklir Terbesar di Afghanistan
Ilustrasi Ledakan. [Foto/istock]

tirto.id - Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan bom non-nuklir terbesar GBU-43/B MOAB yang pernah digunakan militer AS di Afghanistan, Kamis (13/4/2017) waktu setempat.

Bom yang disebut oleh sumber militer AS sebagai “induk dari semua bom” ini ditargetkan untuk menyerang jalur terowongan yang digunakan oleh pasukan ISIS di Afghanistan. Bom ini mampu menghancurkan target yang berada di bawah tanah dan memiliki kekuatan penghancur lebih dari 11 ton TNT.

Presiden AS Donald Trump membantah telah memerintahkan penggunaan bom terbesar yang pernah digunakan oleh militer AS dalam perang ini.

"Semua mengetahui betul apa yang terjadi. Jadi yang saya lakukan adalah memberi wewenang kepada militer," kata Trump ketika ditanya apakah dirinya memerintahkan serangan itu.

"Kami telah memberikan militer kewenangan penuh dan itu yang mereka lakukan."

Sementara itu, saat ditanya apakah penggunaan bom dengan kekuatan besar ini juga membawa pesan pada Korea Utara, Trump tidak dapat menjelaskan secara rinci.

“Saya tidak tahu apakah ini mengirimkan pesan, saya kira hal itu tak terlalu membawa perbedaan,” ujarnya.

Terkait dengan isu nuklir Korea Utara, Trump menyebut Korea Utara memang suatu masalah dan akan segera diatasi.

Secara tidak langsung, Trump mengatakan bahwa Cina sedang “berusaha keras” untuk menyelesaikan isu ini.

“Korea Utara memang menjadi suatu masalah, dan hal ini akan segera diatasi,” tegasnya.

Jenderal John Nicholson, komandan pasukan AS di Afghanistan, dalam pernyataannya mengatakan bom GBU-43/B adalah “amunisi yang tepat” yang digunakan untuk melawan IS di Khorosan atau ISIS-K.

“Mereka menggunakan IED, bunker dan terowongan untuk mengetatkan pertahanan mereka. Bom ini adalah amunisi yang tepat untuk mengurangi hambatan tersebut dan menjaga momen ofensif kita melawan ISIS-K,” tegas John.

Gedung Putih diberi tahu rencana pengeboman sebelum pesawat MC-130 menjatuhkan bahan peledak seberat nyaris 10 ribu kilogram itu.

Meski enggan mengakui dirinya memerintahkan penggunaan bom itu, Trump dengan senang hati dikaitkan dengan pertunjukan kekuasaan yang tegas itu.

Trump memuji militernya atas tindakan tersebut sebagai "misi yang lagi-lagi berjalan sangat, sangat sukses."

Menurut laporan Reuters dikutip dari Antara, dari keterangan sumber mengatakan sasaran yang diincar adalah terowongan dan anggota kelompok teror ISIS di distrik Achin, Nangarhar.

Dari kesaksian Sarab, seorang warga di Asadkel, Achin, yang berada di dekat gunung dimana bom ditargetkan yang diduga terowongan ISIS, dia melihat ledakan yang sangat masif saat bom dijatuhkan dari udara.

“Itu adalah ledakan terbesar yang pernah saya dengar,” kata Sarab.

Sarab menambahkan daerah yang ditargetkan memang telah dikuasai oleh petempur ISIS.

“Tidak ada warga sipil yang berada di daerah itu,” katanya.

Menurut salah seorang anggota parlemen dari Nangarhar, Esmatullah Shinwari, mendapat informasi dari warga di lokasi bahwa satu orang guru dan anaknya telah tewas dalam peristiwa tersebut.

Dari keterangan saksi lainnya, dikatakan Esmatullah, lewat telepon padanya, saksi tersebut telah hidup dalam masa peperangan selama ini, telah melewati 30 tahun hidup dengan ledakan, bom bunuh diri, dan berbagai serangan bom, tetapi belum pernah mendengar bunyi ledakan sebesar ini.

Jaringan telepon di daerah Achin terputus dan belum ada keterangan mengenai korban dalam serangan ini. Sedangkan pihak militer AS sedang meneliti sebesar apa dampak yang diakibatkan bom raksasa itu.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Politik
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri