Menuju konten utama

AS Gertak Balik Korea Utara Soal Hadiah Ultah Uji Coba Rudal

Amerika Serikat meningkatkan tekanan terhadap Korea utara usai keberhasilan rezim Kim Jong-un dalam ujicoba rudal antarbenua yang dilakukan pada Selasa kemarin.

AS Gertak Balik Korea Utara Soal Hadiah Ultah Uji Coba Rudal
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa roket balistik strategis jarak jauh Hwasong-12 (Mars-12) dalam foto tidak bertanggal yang disiarkan oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA), Senin (15/5). ANTARA FOTO/KCNA via REUTERS.

tirto.id - Amerika Serikat menggertak balik Korea Utara usai keberhasilan rezim Kim jong-un dalam ujicoba rudal antarbenua yang dilakukan pada Selasa kemarin.

Negara yang memperingati ulang tahun pada 4 Juli ini meningkatkan tekanan ke Korut dengan cara mengadakan latihan penembakan dengan Korea Selatan di Semenanjung Korea. AS juga menyebarkan isu global bahwa setiap negara yang menampung pekerja Korea Utara bersekongkol dengan rezim Kim Jong-un.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tiellerson mengkonfirmasi kebenaran bahwa pihak Korea Utara telah melakukan ujicoba rudal antarbenua (ICBM). Untuk itu, ia menyerukan tindakan global untuk melawan rezim Kim Jong-un.

"Bajingan Amerika tidak akan terlalu senang senang dengan hadiah yang dikirim untuk peringatan ulang tahun mereka pada 4 Juli," ungkap Kim Jong-un dalam pesan pribadinya sebagaimana dikutip kantor berita Korea Central News Agency (KCNA) pada Rabu (5/7/2017).

Kantor berita tersebut juga mengklaim bahwa rudal antarbenua Korut mampu membawa hulu ledak nuklir yang besar dan berat, yang dapat bertahan keluar-masuk atmosfer bumi.

Kim juga mengatakan bahwa konfrontasi panjangnya dengan Washington telah memasuki "tahap akhir", serta memastikan Pyongyang tidak akan memasukkan rudal antarbenua untuk dinegosiasikan, “kecuali apabila kebijakan dan ancaman nuklir AS telah berakhir sepenuhnya.”

Di lain pihak, Tillerson memperingatkan bahwa setiap negara yang menjadi tuan rumah pekerja Korea Utara, memberikan bantuan ekonomi atau militer ke Pyongyang, atau gagal menerapkan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berarti telah "membantu dan bersekongkol dengan rezim yang berbahaya".

"Amerika Serikat mengecam keras peluncuran rudal antar benua Korea Utara. Menguji ICBM merupakan eskalasi ancaman baru bagi Amerika Serikat, sekutu dan mitra kami, kawasan, dan dunia. Semua negara harus secara terbuka menunjukkan kepada Korea Utara bahwa ada konsekuensi dalam usaha senjata nuklir yang mereka lakukan," ujar Tillerson dalam pernyataannya.

Tillerson juga menambahkan bahwa AS “tidak akan pernah menerima Korea Utara yang dibekali senjata nuklir.”

Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat tertutup hari ini dengan AS dan negara-negara lain untuk mencari kesepakatan mengenai tindakan yang lebih keras terhadap Pyongyang.

Selain itu, dalam pertemuan di sela-sela KTT G20 di Hamburg pada hari Jumat, Donald Trump dan Vladimir Putin diharapkan mampu mengatasi provokasi Korea Utara yang terus meningkat.

Komisioner Tertinggi PBB untuk Pengungsi, António Guterres, juga mengecam keras uji coba rudal Korea Utara. "Tindakan ini merupakan pelanggaran serius lain terhadap resolusi dewan keamanan dan merupakan eskalasi situasi yang berbahaya," ujarnya pada Selasa kemarin.

Guterres menekankan "pentingnya menjaga persatuan masyarakat internasional dalam menghadapi tantangan serius tersebut," jika mengacu pada perbedaan AS-Cina, seperti dilansir dari The Guardian.

Cina mendorong perundingan antara kekuatan dunia dan Korea Utara untuk menanggalkan program nuklirnya, sedangkan AS bersikukuh agar Pyongyang terlebih dahulu menghentikan uji coba rudal dan nuklirnya.

Korea Selatan dan AS melakukan latihan untuk melawan serangan rudal secara besar-besaran pada hari Rabu pagi, di mana pejabat di Seoul mengatakan tindakan tersebut merupakan sebuah peringatan kepada Pyongyang. Menurut kepala staf gabungan di Seoul, pada latihan tersebut pasukan dari kedua negara saling melepaskan tembakan.

Menurut laporan media di Korea Selatan, latihan tersebut merupakan perintah dari Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, yang tidak ingin sekedar memberi berkata-kata, tetapi juga memberikan tekad dan tindakan nyata untuk melawan provokasi Korea Utara.

“Presiden Moon mengatakan bahwa provokasi serius Korea Utara mengharuskan kita untuk memberikan reaksi yang lebih dari sekedar sebuah pernyataan, dan bahwa kita perlu menunjukkan dengan jelas kesiapan pertahanan kita kepada Korea Utara," ujar staf Kantor Kepresidanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh kantor berita Korsel, Yonhap.

Menurut data Akademi Ilmu Pertahanan Korea Utara, rudal antar benua yang diluncurkan kemarin mencapai ketinggian 2.802 kilometer dan terbang sejauh 933 kilometer. Komando Pasifik AS mengkonfirmasi tes tersebut dan mengatakan bahwa senjata tersebut tergolong jenis rudal jarak menengah berbasis darat yang terbang selama 37 menit sebelum menceburkan diri di Laut Jepang. Dikatakannya, peluncuran tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Utara.

Sementara itu, di pihak lain, Korea Utara merayakan berhasilnya tes peluncuran ICBM di ibukota Pyongyang.

Sesaat usai pengumuman keberhasilan peluncuran ICBM, Ri Song-gil (38), salah seorang warga Pyongyang mengatakan negaranya dapat menyerang di manapun di dunia. "Kini, masa di mana AS bisa mengancam dunia dengan senjata nuklir telah berlalu," imbuhnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kim Hye-ok (27). Ia mengatakan bahwa peluncuran tersebut merupakan berita yang sangat menggembirakan. Ia menambahkan bahwa Korea Utara akan maju terus dengan caranya sendiri, meski harus menghadapi sanksi internasional.

Pertanyaan yang masih mengganjal adalah terkait apakah Korea Utara benar-benar dapat membuat miniatur senjata nuklir agar sesuai dengan kerucut rudal, atau telah menguasai teknologi yang dibutuhkan agar senjatanya bisa bertahan keluar-masuk atmosfer bumi. Berdasarkan pernyataan KCNA sendiri, semua persyaratan teknologi termasuk ketahanan panas dan stabilitas struktural kerucut hidung rudal, yang konon terbuat dari komposit karbon.

Di bawah kondisi keras yang melibatkan ribuan derajat panas, tekanan dan tremor, suhu di dalam kerucut hidung stabil antara 25-45 derajat Celsius. Ditambahkan pula pernyataan bahwa rudal telah terbang dengan sempurna dan mencapai sasaran dengan tepat.

Baca juga artikel terkait KONFLIK KOREA atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Politik
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri