tirto.id - Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan, Kamis (12/8/2016) waktu setempat, pihaknya akan mengizinkan lebih banyak riset terkait mariyuana. Namun, sekaligus menolak untuk melonggarkan batasan bagi pengertian mariyuana yang selama ini ditulis sebagai bahan berbahaya atau obat dengan tingkat candu tinggi tanpa penggunaan medis.
Hal itu diungkapkan oleh beberapa sumber yang terlibat dalam isu tersebut belum lama ini kepada kantor berita Reuters.
Keputusan itu merupakan respon Badan Pengawasan Narkoba (DEA) terhadap petisi dua mantan gubernur negara bagian pada 2011 yang mendesak lembaga federal tersebut untuk mengklasifikasikan kembali mariyuana sebagai obat yang dapat digunakan untuk kepentingan medis, ujar beberapa sumber, Rabu.
Sebagai catatan, kedua sumber tersebut memilih untuk tetap anonim karena merasa tidak memiliki hak untuk membicarakan persoalan tersebut depan publik.
Terkait hal itu, DEA menolak berkomentar. Akan tetapi, sebelumnya pada hari Rabu, badan tersebut telah mengirimkan surat elektronik ke beberapa pihak yang menunjukkan ketertarikannya terhadap isu itu. Dalam surat elektronik tersebut, mereka mengatakan akan "membuat pengumuman penting terkait mariyuana pada Kamis."
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) belum bersedia memberi keterangan.
Selama beberapa dasawarsa, mariyuana telah dikategorisasi sebagai obat Schedule I, "tanpa kegunaan medis dan berpotensi tinggi disalahgunakan," layaknya heroin.
Pemerintah AS telah berulang kali menolak usulan untuk mempertimbangkan kembali klasifikasi mariyuana dalam beberapa tahun terakhir.
Pelonggaran terhadap kategori itu dapat mendorong kajian ilmiah terhadap mariyuana yang tengah digunakan sebagai penyembuh penyakit di beberapa negara bagian Amerika Serikat, terlepas masih sedikit bukti atas kemanjurannya. Di sisi lain, sebanyak 25 negara bagian memberi sanksi bagi beberapa jenis mariyuana untuk keperluan medis.
Empat negara bagian, yaitu Alaska, Washington, Oregon, Colorado, dan Distrik Kolumbia memilih opsi lain, mengizinkan penggunaan mariyuana untuk rekreasi bagi orang dewasa.
California beserta delapan negara bagian lain telah mengusulkan draf legalisasi mariyuana untuk keperluan rekreasi dan medis dalam sidang 2016.
Mariyuana sendiri dapat diklasifikasi ulang melalui kongres di parlemen atau petisi formal yang melibatkan evaluasi medis serta ilmiah dari FDA dan DEA.
DEA hanya mengizinkan mariyuana dijadikan objek riset di kebun Universitas Mississippi. Kegiatan penelitian pun diawasi oleh Institut Penyalahgunaan Obat Nasional.
Pembela kannabis - kandungan mariyuana - lama mendebat polemik tersebut. Undang-Undang Obat yang Dikontrol menyebut mariyuana sebagai "obat paling berbahaya." Namun pihak itu beranggapan, label tersebut justru membatasi akses terhadap riset.
Beberapa sumber mengatakan pemerintah federal akan membuka jalan untuk meningkatkan jumlah riset terkait, Kamis. Nantinya, mariyuana dimungkinkan datang dari luar Universitas Mississippi.
"Ini adalah hari yang baik bagi kemajuan ilmu pengetahuan," ujar Kevin Sabet, Presiden dari Gerakan Pendekatan Pintar untuk Mariyuana, kelompok yang menolak legalisasi mariyuana.
"Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah federal menghendaki adanya riset yang sah, tanpa harus melegalisasi mariyuana".
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara