tirto.id - Logo “Pohon Hayat Nusantara” karya Aulia Akbar resmi ditetapkan sebagai logo Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara oleh Presiden Joko Widodo pada Selasa (30/5/2023).
“Pohon Hayat Nusantara” ditetapkan sebagai logo IKN setelah melewati proses seleksi dan periode voting pemilihan yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia. Voting berlangsung secara online mulai 4 April hingga 20 Mei 2023 lalu.
Berdasarkan pengumuman resmi pada akun Twitter @IKN_ID, logo “Pohon Hayat Nusantara” terinspirasi oleh bentuk penghayatan simbolisme pohon dari Barat sampai Timur Indonesia. Sumber kehidupan sekaligus kekayaan hayati yang melimpah di ekologi kita.
Apabila diperhatikan dengan teliti, logo tersebut terdiri atas tiga bagian yang menjadikannya sebuah simbol berbentuk kembang dengan akar di bawahnya.
Komponen yang membentuk logo “Pohon Hayat Nusantara” ternyata memiliki arti khusus yang berhubungan erat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan paparan berikut ini:
- 5 akarnya melambangkan Pancasila
- 7 batangnya mewakili pulau besar di Indonesia
- 17 kembang mekar menjadi simbol kemerdekaan yang abadi
Apakah Pohon Hayat Ada Aslinya?
Muhajirin dalam jurnal ilmiah pada tahun 2010 berjudul Dari Pohon Hayat Sampai Gunungan Wayang Kulit Purwa (Sebuah Fenomena Transformasi Budaya) menjelaskan bahwa pohon hayat disebut juga pohon kalpataru.
Pohon kalpataru ini secara umum sudah banyak dikenal dalam sejarah Indonesia kuno, baik melalui manuskrip Jawa Kuno yaitu Kitab Kakawin Ramayana, Kitab Negarakertagama, dan Kuncarakarna Dharmakathana, maupun dari sumber yang berupa prasasti, yaitu Prasasti Yupa di Kalimantan Timur, Prasasti Puhsarang, Kubur Panjang dan Prasasti Timang.
Sumber lain yang menyuguhkan gambaran pohon kalpataru ini terdapat pula pada relief candi, misalnya di candi Prambanan, Candi Plaosan, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi borobudur, Candi Jago dan Makam Islam Sendang Dhuwur.
Kalpataru yang biasanya digambarkan pada candi-candi sebagai hiasan ornamental, berupa pohon yang dihiasi oleh manik-manik dan permata.
Riza Istanto dalam studinya pada tahun 2017 berjudul Bahasa Rupa Relief Kalpataru pada Candi Prambanan menjelaskan bahwa kalpataru atau kalpawreksa adalah sebutan untuk pohon yang dikenal dalam mitos di India.
Pohon ini juga disebut Kalpadruna atau Devataru yang termasuk dalam lima pohon suci yang terdapat di surga Dewa Indra, yang disebut pancawrksa, yaitu mandara, parijata, santana, kalpawrksa, dan haricandana (Ratnawati, Proceeding Pertemuan Ilmiah Arkeologi V, 4-7 Juli 1989).
Kalpataru melambangkan dunia tertinggi yang meliputi dunia bawah dan atas. Karena itu dianggap keramat, sebagai sumber kekayaan dan kemakmuran (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984, dalam buku Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Tengah).
Kalpataru berasal dari akar kata “kalp” yang berarti “ingin atau keingina” dan “taru” berarti “pohon”. Jadi Kalpataru merupakan pohon yang dapat mengabulkan segala keinginan manusia yang memujanya (Sunaryo, dalam Jurnal Seni Imajinasi. Volume 5 No. 2 Juli 2009).
Dalam kepercayaan Buddha, di bawah pohon hayat atau kalpataru adalah tempat Sang Buddha Sidharta Gautama mendapatkan pencerahan.
Inilah mengapa pohon hayat atau pohon kalpataru disebut juga dengan The Tree of Life atau pohon kehidupan. Meski pohon kalpataru erat kaitannya dengan hal gaib dan keagamaan. Tapi, pohon ini ada aslinya di dunia nyata.
Pohon kalpataru memiliki nama ilmiah Ficus Religiosa yang lebih dikenal dengan sebutan pohon Bodhi, sementara dalam bahasa Inggris pohon ini disebut dengan wisdom tree atau pohon kebijaksanaan.
Pohon ini mirip dengan pohon beringin karena memang masih dalam genus yang sama. Beringin memiliki nama ilmiah Ficus Benjamina.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra