tirto.id - Istilah hypersex atau hiperseksualitas kerap kali kita dengar di media sosial saat seseorang membagikan curahan hatinya kalau memiliki pasangan yang hiperseks.
Dikehidupan nyata, mungkin tak sedikit pula orang yang juga memiliki pasangan hiperseks. Lantas apa sebenarnya hiperseks, ciri hingga penyebabnya?
Dilansir dari laman Very Well Mind, hiperseksualitas juga dikenal sebagai gangguan perilaku seksual kompulsif, atau lebih umum, kecanduan seks. Ketika seseorang memiliki obsesi obsesif pada seks, tindakan seksual, dan fantasi seksual, maka mereka mungkin mengalami hiperseksual.
Orang dengan hiperseksualitas mungkin menunjukkan sejumlah perilaku seksual bermasalah seperti mengonsumsi konten pornografi secara berlebihan, masturbasi berlebihan, atau terlibat dalam aktivitas seksual dengan banyak pasangan.
Kurangnya pengakuan hiperseksualitas sebagai gangguan mental telah mengakibatkan banyak orang hidup dengan kondisi tersebut tanpa diagnosis resmi. Berikut ciri-ciri orang yang mengalami hiperseksualitas.
Ciri-ciri hiperseksualitas
Ciri atau gejala orang yang mengalami hiperseksualitas bisa berbeda pada setiap individu. Berikut beberapa karakteristik paling umum yang dimiliki orang hiperseksual,
1. Perilaku seksual kompulsif.
2. Fantasi seksual yang berulang dan tidak terkendali.
3. Kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangannya.
4. Ketidakmampuan untuk mengendalikan dorongan seksual.
5. Terus terlibat dalam perilaku dan aktivitas seksual bahkan setelah mereka menyebabkan kerugian.
6. Seseorang yang mengalami hiperseksualitas tidak dapat mengendalikan perilakunya, meskipun telah berusaha. Ini tetap terjadi bahkan ketika ada konsekuensi negatif terhadap perilaku mereka.
7. Seseorang yang mengalami hiperseksual akan merasa gugup dan gelisah jika mereka tidak melakukan perilaku seksual.
Jika Anda atau pasangan mengalami beberapa gejala atau ciri perilaku hiperseks, maka tak ada salahnya untuk menghubungi psikiater atau psikolog guna mendapat penanganan dan atau bantuan obat jika diperlukan.
Sebab, seperti banyak kondisi kesehatan mental lainnya, hiperseksualitas paling sering diobati dengan kombinasi obat-obatan dan psikoterapi.
Apa penyebab hiperseksualitas?
Tidak jelas apa sebenarnya yang menyebabkan hiperseksualitas. Namun, beberapa penelitian menunjukkan beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab kondisi tersebut, yaitu,
1. Kondisi seperti epilepsi diperkirakan menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian otak, yang dapat memicu kondisi tersebut.
2. Ketidakseimbangan kimia di otak. Otak mengontrol hampir semua fungsi kita sehari-hari, termasuk perilaku seksual. Ketidakseimbangan kimia dapat menyebabkan kurangnya minat pada dorongan atau perilaku seksual atau hiperseksualitas. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ketidakseimbangan dopamin dapat memicu kondisi tersebut
3. Konsumsi obat tertentu. Menurut beberapa peneliti, hiperseksualitas dapat berkembang sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu. Obat pengganti dopamin, biasanya digunakan untuk mengobati penyakit parkinson, kadang-kadang ditemukan dan bisa menyebabkan hiperseksualitas.
Selain kemungkinan penyebab kondisi tersebut, faktor risiko tertentu juga dapat menyebabkan beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi mengalami hiperseks, seperti penyalahgunaan obat atau alkohol, riwayat keluarga dengan kondisi kesehatan mental, dan pelecehan seksual.
Hiperseksualitas juga dapat dikaitkan dengan ADHD. Satu studi menemukan bahwa orang dengan ADHD melaporkan terlibat dalam perilaku hiperseksual yang jauh lebih tinggi daripada orang tanpa ADHD. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami hubungan antara ADHD dan hiperseksualitas.
Apa yang harus dilakukan jika punya pasangan yang hiperseks?
Jika Anda memiliki pasangan yang hiperseks, acapkali kondisi tersebut membuat Anda tidak nyaman. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan jika memiliki pasangan yang hiperseks.
1. Cobalah untuk membangun komunikasi dan terbuka dengan pasangan
Jika Anda curiga pasangan Anda mengalami hiperseks maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah cobalah untuk terbuka dengan pasangan soal apa yang Anda rasakan dan Anda keluhkan terkait aktivitas pasangan Anda.
2. Pastikan dulu apakah benar pasangan Anda mengalami hiperseks
Setelah mencoba untuk berbincang dengan pasangan soal kegelisahan Anda, langkah berikutnya adalah coba untuk mengajak pasangan mendatangi psikiater terlebih dahulu untuk memastikan apakah benar pasangan Anda mengalami hiperseks atau tidak.
3. Dukung pasangan untuk melakukan psikoterapi
Dilansir dari laman Marriage, orang yang menderita gangguan hiperseksualitas biasanya akan diberikan alat untuk mengelola kondisi mereka. Terapi ini akan melibatkan penanganan pikiran seksual yang mengganggu dan belajar mengendalikannya.
Perawatan mungkin termasuk terapi perilaku kognitif, terapi penerimaan dan komitmen atau bahkan psikoterapi hingga penggunaan obat-obatan tertentu dengan pengawasan psikiater.
4. Bantu pasangan memahami apa pemicu perilaku hiperseksualnya
Seseorang yang menderita hiperseksualitas perlu memahami penyebab dan pemicunya. Anda bisa membantu pasangan mencari tahu apa yang bisa menjadi penyebab dan pemicu perilaku tersebut.
Dengan cara ini, orang tersebut akan tahu bagaimana menghadapi atau mengatasi setiap kali pikiran seksual yang mengganggu mulai. Beberapa mungkin menemukan bahwa mereka telah menggunakan seks untuk mengatasi stres dan emosi lainnya, yang dapat diubah dengan bantuan seorang profesional.
5. Pastikan komitmen Anda dan pasangan
Seseorang yang mengalami hiperseksual tak jarang akan menyewa pekerja seks untuk membantu memuaskan hasratnya. Bagi mereka yang sudah berkomitmen tentu hal ini akan menyebabkan masalah dengan pasangannya hingga berpotensi mengalami infeksi menular seksual.
Pastikan kembali komitmen pasangan Anda, apakah ia mau menjalani terapi untuk mengatasi masalah hiperseksual yang ia alami atau tidak. Selain itu pastikan bahwa pasangan Anda tidak akan melakukan hubungan seksual selain dengan Anda.
Jika pasangan Anda menolak untuk menjalani terapi dan tidak bisa memegang komitmen agar tidak berhubungan seksual dengan orang lain maka Anda bisa mulai berfikir untuk meninggalkannya karena kesehatan mental dan fisik Anda jauh lebih berharga.
Editor: Iswara N Raditya