tirto.id - Kepiting tapal kuda atau yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama horseshoe crab belakangan menjadi perbincangan dan viral di sosial media karena darahnya yang berwarna biru dan dihargai mahal. Lalu, apa manfaat darah biru kepiting tapal kuda dan berapa harganya?
Kepiting tapal kuda adalah makhluk prasejarah yang telah ada selama lebih dari 300 juta tahun, membuatnya lebih tua dari dinosaurus. Kepiting ini memiliki kekerabatan dekat dengan kalajengking dan laba-laba. Kepiting tapal kuda memiliki kerangka luar yang keras dan 10 kaki, yang digunakannya untuk berjalan di dasar laut.
National Wildlife Federation (NWF) menjelaskan bahwa tubuh kepiting tapal kuda dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah prosoma, atau kepala. Nama "kepiting tapal kuda" berasal dari bentuk kepalanya yang bulat, karena seperti sepatu di kaki kuda, kepalanya berbentuk bulat dan berbentuk U.
Kepala adalah bagian terbesar dari tubuh dan mengandung banyak organ saraf dan biologis. Kepala memiliki otak, jantung, mulut, sistem saraf, dan kelenjar-semuanya dilindungi oleh lempengan besar. Kepala juga melindungi sepasang mata terbesar.
Kepiting tapal kuda memiliki sembilan mata yang tersebar di seluruh tubuh dan beberapa reseptor cahaya di dekat ekor. Dua mata terbesar adalah mata majemuk dan berguna untuk menemukan pasangan. Mata dan reseptor cahaya lainnya berguna untuk menentukan pergerakan dan perubahan cahaya bulan.
Bagian tengah tubuh adalah perut, atau opisthosoma. Bentuknya seperti segitiga dengan duri di sisi-sisinya dan tonjolan di tengahnya. Duri-duri tersebut dapat digerakkan dan membantu melindungi kepiting tapal kuda. Di bagian bawah perut terdapat otot-otot yang digunakan untuk bergerak dan insang untuk bernapas.
Bagian ketiga, ekor kepiting tapal kuda, disebut telson. Ekornya panjang dan runcing, dan meskipun terlihat mengintimidasi, ekor ini tidak berbahaya, beracun, atau digunakan untuk menyengat. Kepiting tapal kuda menggunakan telson untuk membalikkan badannya jika terdorong ke belakang.
Kepiting tapal kuda betina berukuran sekitar sepertiga lebih besar dari kepiting jantan. Mereka dapat tumbuh menjadi 18 hingga 19 inci (46 hingga 48 sentimeter) dari kepala hingga ekor, sedangkan kepiting jantan sekitar 14 hingga 15 inci (36 hingga 38 sentimeter).
Natural Museum History mencatat, terdapat empat spesies kepiting tapal kuda yang masih eksis hingga saat ini. Tiga di antaranya hidup di Asia, di sekitar pantai India, Vietnam, Cina, Kalimantan, dan Jepang bagian selatan.
Ketiganya adalah kepiting tapal kuda duri tiga (Tachypleus tridentatus), kepiting tapal kuda pesisir (Tachypleus gigas), dan kepiting tapal kuda bakau (Carcinoscorpius rotundicauda). Spesies keempat adalah kepiting tapal kuda Amerika (Limulus polyphemus) yang hidup di sepanjang pantai timur Amerika Utara.
Laman The Horseshoe Crab menulis, kepiting tapal kuda menggunakan habitat yang berbeda pada tahap kehidupan yang berbeda.
Sebagai contoh, pantai yang dilindungi menyediakan habitat penting bagi upaya pemijahan kepiting tapal kuda, sedangkan perairan dangkal dekat pantai merupakan habitat pembibitan yang penting.
Dari semua habitat ini, pantai adalah yang paling penting. Pantai yang optimal untuk bertelur dapat menjadi faktor pembatas reproduksi bagi populasi kepiting tapal kuda.
Apa Manfaat Darah Biru Kepiting Tapal Kuda?
Maryland Department of Natural Resources menerangkan bahwa darah kepiting tapal kuda memiliki warna biru hingga biru kehijauan saat terpapar udara. Darah berwarna biru karena mengandung pigmen pernapasan berbasis tembaga yang disebut hemosianin.
Darah kepiting tabal kuda yang berwarna biru itu menurut laman Natural History Museum mengandung sel-sel kekebalan penting yang sangat sensitif terhadap bakteri beracun yang disebut dengan amebosit.
Ketika sel-sel tersebut bertemu dengan bakteri yang menyerang, mereka akan menggumpal di sekelilingnya dan melindungi seluruh tubuh kepiting tapal kuda dari racun.
Para ilmuwan menggunakan sel darah yang pintar ini untuk mengembangkan tes yang disebut Limulus Amebocyte Lysate, atau LAL, yang memeriksa vaksin baru dari kontaminasi.
Teknik ini telah digunakan di seluruh dunia sejak tahun 1970-an untuk menghentikan para profesional medis memberikan suntikan penuh bakteri jahat yang dapat membuat manusia menjadi menderita.
Ini adalah kabar baik untuk manusia, karena vaksin menyelamatkan manusia dari segala macam penyakit yang tidak diinginkan, termasuk campak dan gondok.
Tetapi, ini merupakan kabar buruk untuk kelangsungan hidup kepiting tapal kuda, sebab untuk mendapatkan darahnya, ribuan kepiting ini dikumpulkan untuk diekstrak darahnya.
Meskipun ekstraksi darah kepiting tapal kuda diklaim aman hingga proses pelepasan kembali ke alam, tetapi kepiting tapal kuda terancam eksistensinya karena penangkapan yang masif, tidak sedikit kepiting tapal kuda terbunuh saat proses pengambilan darahnya.
Selain penggunaan darah mereka untuk uji endotoksin seperti uji gumpalan gel, DNA kepiting tapal kuda telah digunakan untuk mengembangkan metode uji rekombinan untuk endotoksin.
Bahkan ketika alternatif sedang dikembangkan untuk menghentikan atau mengurangi penggunaan darah kepiting tapal kuda, manusia akan selalu berhutang budi pada kontribusi kepiting tapal kuda untuk kesehatan umat manusia.
Darah kepiting tapal kuda dihargai tinggi karena kegunaannya dan sulitnya untuk mendapatkannya. Darah kepiting tapal kuda dibanderol sekitar Rp890 juta per galon atau setara 3,78 liter.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra