tirto.id - Rasa nyeri pada vagina tentu saja membuat wanita merasa tidak nyaman untuk melakukan aktivitas, apalagi ketika berhubungan seks, sudah pasti akan menjadi ketakutan tersendiri bagi wanita karena begitu menyakitkan.
Salah satu diagnosa mengenai kondisi nyeri pada vagina adalah vulvodynia. Rasa sakit pada bagian vulva, yakni bagian organ seksual eksternal wanita yang mengelilingi lubang kencing (urethra opening) dan vagina. Organ seksual eksternal wanita lainnya meliputi labia minora dan majora.
Vulvodynia mengarah pada kondisi seperti rasa terbakar, menyengat, gatal, berdenyut, bengkak, dan nyeri yang sering digambarkan sangat menyakitkan.
Menurut informasi pada laman NCBI, tahun 2014 terdapat 4,1 persen dari 100 wanita mengalami vulvodynia. Ironisnya, banyak wanita tidak memahami penanganan yang tepat pada kondisi ini.
Apa itu vulvodynia?
Vulvodynia adalah nyeri kronis yang terjadi pada vulva. Mengenai penyebabnya, seringkali diidentifikasi berdasarkan tingkat keparahan pada rasa dan lokasi nyeri yang dialami penderita. Vulvodynia juga seringkali datang tiba-tiba, namun berangsur mereda dengan sendirinya. Dilansir dari laman National Vulvodynia Association, ada dua tipe utama, yakni vulvodynia lokal dan general.
Vulvodynia lokal adalah nyeri yang terjadi hanya pada satu area, misalnya pada labia atau bibir vagina. Rasa sakit terjadi selama atau setelah terjadi tekanan, misalnya hubungan seksual, penyisipan tampon, pemeriksaan ginekologi, duduk terlalu lama, memakai celana yang ketat,
Sementara vulvodynia general adalah nyeri yang terjadi secara spontan dan relatif konstan. Biasanya dialami seluruh bagian vagina serta berpindah-pindah. Vulvodynia general bisa terjadi walaupun tanpa ada tekanan, sehingga berhubungan seksual bisa memperburuk kondisi ini.
Penyebab
Banyak informasi menyebutkan mengenai penyebab vulvodynia yang tidak jelas diketahui, namun dilansir dari laman Science Direct, berikut penyebab paling umum yang sering dialami wanita.
- Reaksi alergi terhadap makanan, produk kesehatan feminin, sabun, tisu toilet, dan serat pakaian
- Memiliki riwayat infeksi vagina
- Iritasi atau cedera pada saraf di sekitar vulva
- Gangguan autoimun
- Ketegangan kronis
- Kejang otot
- Pernah mengalami Pelecehan seksual
- Riwayat cryotherapy pada vulva
- Riwayat terapi laser pada vulva
Pencegahan dan penanganan
Pencegahan melalui gaya hidup bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya vulvodynia, berikut tips seperti dilansir dari laman Science Direct:
- Hindari penggunaan seperti sabun, krim vagina, dan semprotan deodoran feminine
- Gunakan celana dalam berbahan katun
- Pakailah pakaian longgar
- Sering mencuci area genital dengan air saja
- Hindari pakaian yang ketat, termasuk pakaian dalam, tidak terlalu sering menggunakan celana jins
- Lakukan kompres dingin langsung ke area genital
- Hindari latihan yang memberi tekanan langsung pada vulva, seperti bersepeda
- Ikuti diet rendah oksalat
- Konsumsi makanan yang mengandung kalsium sitrat tambahan
Terapi
- Terapi fisik, termasuk biofeedback dan prosedur pelatihan relaksasi lainnya, untuk melepaskan otot-otot panggul dalam kejang dan untuk mengurangi respons rasa sakit
- Latihan dan terapi penguatan panggul
Pengobatan
- Anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit
- Kortison dan krim topikallainnya
- Antihistamin untuk mengurangi rasa gatal
- Antidepresan untuk nyeri kronis
- Krim estrogen
- Pengobatan untuk infeksi atau jamur yang diidentifikasi
Penulis: Meigitaria Sanita
Editor: Alexander Haryanto