tirto.id - Wacana pembuatan Sekolah Garuda pada 2025 oleh Pemerintahan Prabowo mencuat melalui pernyataan Menteri Pendidikan Tinggi (Mendikti) Satryo Brodjonegoro. Hal ini disampaikannya selepas rapat tingkat menteri di Kantor Kemenko PMK Jakarta pada Senin (30/12/2024) lalu.
Sekolah Garuda ini nantinya akan dipayungi hukum Instruksi Presiden dan Peraturan Presiden Prabowo Subianto. Kemudian, eksekusinya akan dijalankan oleh Mendikti Saintek.
"Untuk Sekolah Unggulan Garuda. Sudah diproses untuk bisa dimulai awal tahun 2025 ini. Dengan adanya nanti satu inpres dan perpres untuk alasan hukum untuk Mendikti Saintek dapat mengeksekusi terwujudnya SMA Unggulan Garuda," kata Satryo.
Apa Itu Sekolah Garuda?
Sekolah Garuda adalah sekolah unggulan tingkat SMA yang diperuntukkan bagi siswa pintar dan unggulan. Nantinya, lulusan siswa Garuda digadang-gadang akan diarahkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi kelas dunia.
Mendikti Satryo menyatakan, SMA Garuda akan menerapkan sistem asrama dan menyediakan beasiswa penuh yang ditanggung pemerintah. Adapun kurikulum yang diterapkan di SMA Garuda merupakan gabungan kurikulum internasional dan juga nasional.
"Kurikulumnya juga sangat tinggi standarnya, bahkan dikategorikan sebagai standar pre-universitas. Makanya, pemerintah setuju ini ditingkatkan (tanggung jawab) ke Kemdiktisaintek," papar Satryo dikutip dari Antara.
Rencananya, pemerintah akan membangun 20 SMA Garuda dam 20 SMA/MA lainnya yang akan dinaikkan menjadi SMA unggulan dan dipegang oleh pemerintah pusat secara langsung.
"Jadi, SMA lain itu kan ditangani provinsi, SMA unggulan ditangani pemerintah pusat," tambahnya.
Dalam keterangan terpisah, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie mengatakan SMA Unggulan Garuda nantinya tak hanya memiliki guru lokal, tapi juga akan mendatangkan guru asing dari luar negeri.
"Kami tetap ingin bahwa guru-guru lokal. Namun, mungkin ada beberapa guru dari asing. Guru untuk bisa mungkin memberikan wawasan. Misalnya Anda tertarik untuk ke luar negeri, inilah yang terjadi," kata Stella pada Rabu, 8 Januari 2025.
Benarkah Sekolah Garuda Mirip RSBI?
Setelah munculnya wacana tentang Sekolah Garuda, banyak yang berpendapat bahwa konsepnya mirip dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2013. RSBI sendiri mulai digelar sejak tahun ajaran 2006/2007.
RSBI adalah program pendidikan berbasis standar internasional yang dirancang untuk mencetak lulusan dengan kemampuan daya saing global. Tujuan utama dari RSBI adalah agar siswa dapat bersaing di tingkat internasional.
Jika dilihat dari konsep yang sudah disampaikan tentang Sekolah Garuda, terdapat beberapa kesamaan dengan RSBI. SMA Garuda dan RSBI sama-sama bertujuan mencetak lulusan dengan daya saing internasional.
Pada RSBI, untuk mencapai hal tersebut, sebagian besar guru yang dihadirkan adalah guru asing yang bekerja sama dengan sekolah. Selain itu, sekitar 70 persen guru di RSBI adalah lulusan S2.
Dalam hal bahasa, RSBI menekankan pembelajaran dengan dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Walaupun belum disebutkan secara pasti bahwa Sekolah Garuda akan mengimplementasikan sistem pengajaran dua bahasa, kehadiran guru asing yang mungkin menggunakan bahasa Inggris dalam pengajaran membuka kemungkinan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang juga diadakan dalam dua bahasa.
Namun, RSBI akhirnya dibubarkan karena dianggap tidak efektif dan malah menciptakan kesenjangan dalam dunia pendidikan. Sekolah-sekolah RSBI pun kembali menjadi sekolah biasa untuk menghindari adanya sekat antar lembaga pendidikan.
Di sisi lain, Stella menyampaikan bahwa SMA Unggulan Garuda bertujuan untuk mempercepat pengembangan talenta unggulan di Indonesia, terutama dalam bidang sains dan teknologi, dengan menyediakan akses pendidikan yang lebih merata dan adil. Ia memastikan bahwa Sekolah Garuda tak mengakibatkan dikotomi sekolah favorit dan nonfavorit.
"Tidak ada dikotomi sekolah favorit dan nonfavorit, tetapi yang kita harus pikirkan dalam suatu pembangunan sains dan teknologi dan pembangunan ekonomi negara, kita tentu saja harus membangun talenta dari setiap lapisan," ujar Stella.
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Dhita Koesno