tirto.id - Jika Anda sering mengeluarkan keringat berlebih, terutama ketika sedang stres, mungkin Anda menderita Hiperhidrosis.
Hiperhidrosis adalah sebuah kondisi di mana Anda mengeluarkan keringat berlebih, yang tidak selalu berhubungan dengan suhu panas atau karena olahraga.
Menurut laman RS Pondok Indah, kelenjar keringat terdapat pada kulit seluruh tubuh dan paling banyak terdapat pada kulit tangan, kaki, ketiak dan area genital.
Ketika suhu badan naik, maka secara normal, setiap orang akan mengeluarkan respon fisiologis dengan mengeluarkan keringat.
Keringat ini keluar karena ada sistem saraf otonom yang terangsang oleh paparan sinar matahari, atau karena situasi yang membuat seseorang tertekan. Pada kebanyakan orang, respons otonom kelenjar keringat saat stres tidak berlebihan.
Namun, pada pasien dengan hiperhidrosis, stimulasi otonom dari kelenjar keringat menjadi hiperaktif, terutama akibat dari stres.
Biasanya, gangguan kesehatan ini mulai terjadi pada masa kanak-kanak, dan semakin meningkat pada masa pubertas hingga dewasa.
Hiperhidrosis dengan gejala ringan, tidak akan terlalu mengganggu aktivitas kehidupan keseharian penderitanya.
Namun, ketika hiperhidrosis sudah sampai level lanjutan, maka orang biasanya akan takut pada situasi yang memerlukan kontak tangan semisal berjabat tangan.
Akibatnya, kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif di tempat kerja, dan interaksi sosial, hingga interaksi intim dengan pasangan, bisa terganggu.
Penyebab Penyakit Hiperhidrosis
Dilansir dari Mayo Clinic, berkeringat sejatinya adalah mekanisme wajar tubuh agar tubuh menjadi lebih dingin. Ketika suhu tubuh naik, sistem saraf pada tubuh secara otomatis akan memicu kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat.
Selain itu, ketika Anda sedang gugup atau stres, sistem saraf juga akan memicu kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat berlebih, terutama di telapak tangan.
Ada dua jenis hiperhidrosis, yaitu hiperhidrosis primer dan hiperhidrosis sekunder.
Hiperhidrosis primer disebabkan oleh sinyal saraf yang rusak sehingga memicu kelenjar keringat ekrin menjadi terlalu aktif.
Biasanya, hiperhidrosis ini berdampak pada munculnya keringat berlebih pada telapak tangan, telapak kaki, ketiak dan terkadang wajah.
Sementara itu, hiperhidrosis sekunder disebabkan oleh kondisi medis atau akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti pereda nyeri, antidepresan, serta beberapa obat diabetes dan obat hormonal lainnya.
Hiperhidrosis jenis ini dapat menyebabkan keringat berlebih di seluruh tubuh. Kondisi yang mungkin menyebabkan terjadinya hiperhidrosis sekunder, di antaranya adalah:
- Diabetes
- Hot flash akibat menopause
- Masalah tiroid
- Beberapa jenis kanker
- Gangguan sistem saraf
- Infeksi
Cara Mengatasi Penyakit Hiperhidrosis
Menurut American Academy of Dermatology Association, pengobatan hiperhidrosis tergantung pada jenisnya, serta di bagian tubuh mana hiperhidrosis itu terjadi.
Beberapa perawatan yang digunakan dokter kulit untuk membantu pasien mengatasi hiperhidrosis di antaranya meliputi:
1. Penggunaan antiperspirant
Penggunaan antiperspirant biasanya akan direkomendasikan pertama kali oleh dokter kulit. Antiperspirant ini digunakan dengan cara dioleskan ke ketiak, tangan, kaki, atau garis rambut.
Namun, penggunaan antiperspirant ini juga memiliki efek samping yang harus diwaspadai, seperti adanya sensasi terbakar, serta iritasi pada kulit.
Oleh karena itu, Anda harus segera berkonsultasi jika ada efek samping, karena bisa menimbulkan dampak yang lebih serius.
2. Menggunakan Iontophoresis (the no-sweat machine)
Perawatan ini dilakukan dengan membenamkan tangan atau kaki Anda ke dalam panci berisi air, kemudian perangkat medis akan mengirimkan arus bertegangan rendah melalui air.
Ketika itu terjadi, arus listrik akan mematikan kelenjar keringat yang bermasalah untuk sementara waktu.
Biasanya, perawatan ini dilakukan sebanyak 6 hingga 10 kali agar kelenjar keringat mati. Pada awalnya, Anda mungkin memerlukan dua atau tiga perawatan per minggu. Satu kali sesi perawatan biasanya akan memakan waktu 20 hingga 40 menit.
Efek samping yang harus diwaspadai dari perawatan ini, di antaranya adalah:
- kulit kering
- iritasi kulit
- ketidaknyamanan selama perawatan
Perawatan ini dilakukan dengan menyuntikkan dosis rendah dari toksin botulinum di banyak area ketiak Anda. Obat ini kemudian akan memblokir zat kimia dalam tubuh yang merangsang kelenjar keringat.
Jika pengobatan ini berhasil, maka Anda akan mengalami pengurangan keringat sekitar empat hingga enam bulan, dan terkadang lebih lama.
4. Menggunakan tisu kain
Tisu kain ini mengandung bahan aktif, glycopyrronium tosylate, yang dapat mengurangi keringat di ketiak.
Namun Anda harus waspada, karena penggunaan tisu kain ini mungkin akan menimbulkan efek samping seperti mulut kering, kemerahan pada kulit, serta rasa terbakar atau perih saat tisu kain menyentuh kulit.
5. Menggunakan obat-obatan
Obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dapat secara efektif mengobati keringat berlebih di seluruh tubuh. Obat ini juga digunakan untuk mengobati wanita pasca-menopause yang mengalami hot flashes.
Efek samping dari obat-obatan yang diresepkan oleh dokter ini, di antaranya adalah:
- Mulut kering
- Mata kering
- Penglihatan kabur
- Palpasi jantung (detak jantung tidak normal)
Operasi dilakukan, jika berbagai pengobatan yang sebelumnya sudah disebutkan, menemui jalan buntu.
Berbagai prosedur operasi yang dilakukan untuk mengatasi hiperhidrosis di antaranya adalah:
- Operasi pengangkatan kelenjar keringat dari ketiak, dengan cara:
* Eksisi (memotong kelenjar keringat)
* Sedot lemak (hapus dengan hisap)
* Kuretase (mengikis)
* Operasi laser (menguap)
- Simpatektomi (terutama digunakan untuk mengatasi keringat berlebih di telapak tangan)
Ahli bedah akan menghentikan sinyal saraf yang dikirim tubuh ke kelenjar keringat.
Untuk melakukan ini, ahli bedah akan memotong atau menghancurkan saraf tertentu. Caranya dengan memasukkan kamera bedah mini ke dada pasien tepat di bawah ketiak.
7. Menggunakan perangkat medis genggam untuk menghancurkan kelenjar keringat
Dokter kulit menggunakan mesin yang memancarkan energi elektromagnetik untuk menghancurkan kelenjar keringat.
Perangkat medis ini hanya digunakan untuk merawat ketiak karena area tubuh ini memiliki lemak yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri.
Mesin ini tidak dapat digunakan untuk merawat tangan dan kaki karena daerah tersebut tidak memiliki cukup lemak.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno