Menuju konten utama

Apa Itu Pecalang Bali, Viral karena Diserang Turis Saat Melasti

Apa arti pecalang di Bali, yang viral karena diserang turis saat Melasti.

Apa Itu Pecalang Bali, Viral karena Diserang Turis Saat Melasti
Sejumlah Pecalang berjaga di ruas jalan menuju pemukiman umat Hindu saat Hari Raya Nyepi di Lingkungan Karang Jasi, Mataram, NTB, Kamis (7/3/2019). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp.

tirto.id - Sebuah video yang menampilkan seorang turis di Bali bersitegang dan berniat menyerang pecalang viral di media sosial. Diketahui peristiwa itu terjadi pada Minggu, 19 Maret 2023 sekitar pukul 16.00 WITA di Jalan Labuan Said, Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Bali.

Kejadian bermula dua orang turis Warga Negara Asing laki-laki dan perempuan yang belum diketahui identitasnya mengendarai sepeda motor.

Saat akan melaju menggunakan sepeda motornya, keduanya diberhentikan oelh pecalang yang tengah berjaga saat upacara Melasti sedang berlangsung.

Pecalang memberhentikan kedua turis tersebut dengan niat untuk memberitahukan agar mereka melajukan motornya dengan pelan karena di jalan tersebut tengah ada iring-iringan upacara Melasti atau upacara penyucian diri yang diselenggarakan menyambut Hari Raya Nyepi.

Namun, akibat miskomunikasi turis laki-laki terlihat sangat marah dan tidak terima atas hal itu dan meyerang para pecalang. Akan tetapi para pecalang tidak terpancing emosi, masalah pun diselesaikan dengan damai.

Bendesa Desa Adat Pecatu, Made Sumerta menjelaskan “turis tersebut marah bukan karena tidak dikasih lewat, tetapi dimintai Pecalang pelan-pelan mengendarai motor, karena ada iring-iringan upacara.”

Apa Itu Pecalang?

Pecalang adalah polisi atau petugas keamanan adat Bali. Pecalang dapat dikenali dengan pakaiannya yang khas saat menjalankan tugas. Mereka menggunakan pakaian adat bali berupa baju hitam atau putih, bawahan kain bemotif kotak-kotak, serta penutup kepala tradisional Bali.

Pecalang berasal dari kata “celang” yang secara bahasa memiliki makna tajam inderanya, utamanya indera pengelihatan, penciuman, dan perasaan. Oleh karena itu, pecalang desa adat harus tajam idera dan perasaannya saat berkeliling di wilayah adat untuk menjaga keamanan dan ketertiban desa

Pecalang pertama kali dibentuk sekitar tahun 70an saat mulai berdiri desa adat di Bali. Pecalang adalah instrumen penting demi menciptakan lingkungan adat yang aman, tentram, tertib, dan nyaman.

Tidak sembarang orang yang bisa menjadi Pecalang, sebab sebelum dinobatkan sebagai Pecalang, mereka harus memenuhi sejumlah persyaratan di antaranya adalah beragama Hindu, berusia di atas 25 tahun, tidak pernah terlibat kasus hukum apalagi pidana, serta memiliki surat rekomendasi dari Ketua Pecalang.

Pecalang secara resmi dinaungi oleh landasan hukum yang sah, tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No.3 Tahun 2003.

Menyitir buku Pecalang: Kearifan Lokal Hukum Adat Bali oleh Mulyanto yang diterbitkan oleh LIPI Press pada tahun 2021, Pecalang memiliki tugas untuk mengamankan dan menertibkan desa, baik dalam keseharian maupun dalam hubungannya dengan penyelenggaraan upacara adat atau keagamaan.

Pecalang sebenarnya tidak tidak lebih ditakuti daripada polisi, tetapi lebih disegani, khususnya oleh para warga desa maupun orang luar karena di samping petugas keamanan, mereka adalah simbol kekuatan dan juga kebudayaan Bali.

Pecalang merupakan kerja pengabdian dan tidak digaji, dipilih oleh warga, menjaga kesakralan ritual agama, dan sebagainya sehingga mereka lebih disegani.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra