Menuju konten utama

Nasab Ba'alawi dan Pro-Kontra Klaim Keturunan Nabi Muhammad

Pro-kontra klaim nasab Ba'alawi keturunan Nabi Muhammad kembali mencuat. Bagaimana ceritanya?

Nasab Ba'alawi dan Pro-Kontra Klaim Keturunan Nabi Muhammad
Foto orang Baalawi (Habib Ali Al-Habsyi, Habib Ali bin Husein Al-Attas, Habib Salim bin Jindan dan Ba'alawi lainnya). (FOTO/Wikimedia Commons)

tirto.id - Nasab Ba'alawi menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Beberapa pihak mengklaim bukan keturunan Nabi Muhammad SAW hingga menimbulkan pro-kontra. Bagaimana peristiwa ini bisa terjadi? Simak ulasannya.

Perdebatan nasab Ba'alawi terus saja terjadi. Sejumlah kalangan menuding mereka bukan termasuk keturunan Nabi Muhammad.

Kendati demikian, ada juga kalangan yang berpendapat bahwa nasab Ba'alawi masih mempunyai garis keturunan Rasulullah SAW.

Lantas, mana yang tepat? Apa itu sebenarnya nasab Ba'alawi? Siapa saja yang termasuk golongan ini? Pertanyaan yang dianggap paling penting adalah benarkah Ba'alawi keturunan Nabi Muhammad?

Silsilah Ba'alawi & Awal Mula di Indonesia

Ba'alawi merupakan sebuah keluarga yang berasal dari Tarim, Hadramaut, Yaman. Mereka selama ini disebut-sebut sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia, keturunan Nabi kerap dipanggil sebagai habib.

Rumpun keluarga asal Yaman itu berawal dari seorang yang bernama Alawi bin Ubaidillah. Nasab Ba'alawi yang konon dinilai sebagai keturunan Nabi Muhammad jika dirunut secara berurutan terdiri dari Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa an-Naqib bin Muhammad An-Naqib.

Kemudian dilanjutkan bin Ali al-Uraidi bin Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Sayidina Husain bin Siti Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.

Imaduddin Utsman Al-Bantani melalui "Membongkar Skandal Ilmiyah Sejarah & Genealogi Ba’alwi (Finalisasi Keterputusan Genealogi Ba’alwi Kepada Nabi Muhammad Saw.) menyebutkan gelombang migrasi besar-besaran keluarga Ba’alawi dan imigran Yaman lain ke Nusantara terjadi pada abad ke-19.

Mereka bekerja di berbagai bidang. Di antaranya perkebunan, karyawan pabrik, tukang kebun, dan kurir. Salah satu tokoh terkenal pada zaman itu adalah Sayyid Utsman. Ia seorang mufti Batavia alias orang bertugas membikin fatwa.

Menurut Muhammad Noupal dalam "Kontroversi tentang Sayyid Utsman Bin Yahya (1822-1914) sebagai Penasehat Snouck Hurgronje", Sayyid Utsman diangkat menjadi penasehat pemerintah Belanda pada April 1891.

Sayyid Utsman, pengarang kitab Manhaj al-Istiqâmah fî al-Dîn bi al-Salâmah, dikenal sangat dekat dengan Snouck Hurgronje, pejabat teras pemerintah kolonial Hindia Belanda, hingga dipanggil lewat sebutan "seorang Arab sekutu pemerintah Hindia Belanda".

Pro-Kontra Klaim Ba'alawi Keturunan Nabi Muhammad

Pro kontra klaim Ba'alawi keturunan Nabi Muhammad sebenarnya sudah lama terjadi. Beberapa kalangan berpendapat Ba'alawi bukan termasuk keturunan Nabi Muhammad. Namun, ada yang meyakini marga ini adalah keturunan Nabi.

Isu semakin memanas setelah Imaduddin Utsman mengatakan dalam kesimpulan penelitiannya "sangat sukar sekali menurut takaran ilmiyah untuk menyebut bahwa Ba alawi adalah anak keturunan Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali alUraidi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Bin Fatimah bin Nabi Besar Muhammad s.a.w".

Melalui buku "Menakar Kesahihan Nasab Habib Di Indonesia" yang diterbitkan maktabah Nahdlatul Ulum Banten, metode yang dipakai Imaduddin Utsman adalah metode library research. Ia mengumpulkan data-data ilmiyah berupa kitab-kitab nasab dari masa ke masa. Data lalu diolah menjadi sistematis, rasional dan valid.

Sontak, klaim bahwa Ba'alawi bukan termasuk keturunan Nabi Muhammad memicu perdebatan dan mulai menimbulkan pro kontra.

Kendati demikian, Quraish Shihab, seorang pakar Ilmu Tafsir Al-Qur'an menegaskan pentingnya akhlak dan ilmu ketika membicarakan silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW.

"Orang boleh berbeda pendapat, apakah si A keturunan Rasulullah atau tidak. Di sini lahir yang dinamai ilmu nasab. Ingat ajaran Rasulullah, tidak perlu mengklaim, buktikan hal tersebut melalui akhlak, ilmu Anda," ucapnya, seperti dikutip melalui laman NU Online via judul "Prof Quraish Shihab Angkat Bicara soal Ribut-Ribut Nasab: Dahulukan Akhlak dan Ilmu".

Katanya, perdebatan keturunan Rasulullah yang mengarah pada sikap saling hina, memojokkan, dan merendahkan justru tidak membuat Rasulullah bangga. Lantaran Rasul lebih mengutamakan akhlak dan ilmu dalam sebuah perdebatan.

Apakah Nasab Ba'alawi Keturunan Nabi Muhammad?

Apakah nasab Ba'alawi keturunan Nabi Muhammad masih saja menjadi perdebatan berbagai kalangan. Menurut FamilyTreeDNA, Ba'alawi termasuk sebutan lain untuk Alawiyyin.

Ba'alawi merupakan sebuah gelar yang diberikan kepada keturunan Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi. Keluarga ini bermula ketika Imam Ahmad al-Muhajir meninggalkan Basrah, Irak pada tahun 317H/929M. Ia pergi bersama keluarga dan pengikutnya. Mereka menuju Hadramaut di Yaman Selatan.

Alawi, cucu Imam Ahmad, adalah orang pertama yang lahir di lokasi itu. Alhasil, keturunannya dipanggil Ba'alawi atau Bani Alawi alias keturunan Alawi. Kemudian, panggilan Ba'alawi digunakan untuk memisahkan keluarga ini dari cabang-cabang keluarga lain keturunan Nabi Muhammad.

Di lain sisi, keluarga Ba'alawi sangat dihormati karena aktivitas perdagangan, filantropi, dan pengetahuan agama. Keturunan Alwi bin Ubaidillah dikatakan tercatat sebagai cucu Ahmad bin Isa. Ahmad adalah keturunan Nabi Muhammad melalui cucunya, Husein bin Ali.

Klaim tersebut lantas ditentang Imaduddin Utsman karena Ahmad bin Isa dinilai tidak memiliki anak Ubaidillah atau cucu bernama Alwi. Hal ini berdasarkan pemeriksaan terhadap kitab-kitab yang mencatat keturunan Nabi (kitab nasab) dari masa hidup Ahmad bin Isa pada abad keempat Islam hingga lima abad setelahnya. Konon, kitab-kitab itu tidak ada yang mencantumkan Alwi dan Ubaidillah.

Fulcrum yang diterbitkan Yusof Ishak Institute menyebutkan organisaasi milik Ba'alawi seperti Rabithah Alawiyah sudah memberikan respons. Mereka katanya menolak klaim Imaduddin. Ba'alawi dan para pengikutnya menegaskan banyak manuskrip yang berusia lebih dari seribu tahun telah hilang atau tidak ada lagi.

Baca juga artikel terkait KETURUNAN NABI atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Beni Jo
Editor: Iswara N Raditya