Menuju konten utama

Apa Itu Lonely Economy Dampak Pandemi & Alasan Orang Enggan Menikah

Saat ini banyak orang memilih untuk hidup sendiri, tidak memiliki anak atau bahkan menunda untuk memiliki anak.

Apa Itu Lonely Economy Dampak Pandemi & Alasan Orang Enggan Menikah
Ilustrasi orang enggan menikah. FOTO/Pexels

tirto.id - Istilah lonely economy muncul sebagai salah satu fenomena baru akibat dampak pandemi COVID-19. Hal tersebut diungkapkan Chairman & Founder CT Corp Chairul Tanjung yang mengatakan lonely economy terjadi karena banyak orang mulai memilih untuk bertahan hidup sendiri.

"Ada fenomena baru yang membuat kita itu merasa aneh tapi nyata, yaitu fenomena lonely economy, di mana menjadi satu fenomena baru banyak orang memilih untuk bertahan hidup sendiri. Hal ini meminbulkan pola konsumsi yang baru," ujarnya dalam CNBC Indonesia Economic Outlook, Selasa (22/3/2022).

Chairul Tanjung menjelaskan salah satu contohnya adalah saat ini banyak orang memilih untuk hidup sendiri, tidak memiliki anak atau bahkan menunda untuk memiliki anak.

"Banyak orang yang memilih untuk tidak menikah atau menunda bahkan tidak memiliki anak sehingga meningkatnya demand terhadap hewan peliharaan dan meningkatnya personal food order karena sendiri hidup enggak perlu masak enggak perlu pembantu, apa-apa dilakukan order secara daring, hal ini membuat banyak perubahan dalam kehidupan kita ,” ujarnya.

Kenapa Orang Enggan Menikah?

Lantas mengapa saat ini mulai banyak orang yang memilih untuk tidak menikah atau menunda pernikahan?

Saat Anda memutuskan untuk tidak menikah, percayalah bahwa ada banyak orang di luar sana yang juga memiliki keputusan yang sama dengan Anda.

Tingkat pernikahan di berbagai negara, seperti Korea Selatan bahkan telah menurun selama bertahun-tahun karena semakin sedikit orang yang memilih untuk menikah.

Bertahun-tahun yang lalu, memutuskan untuk menikah dan memiliki anak mungkin adalah sebuah harapan dan tujuan hidup bagi sebagian orang. Tetapi selama dua dekade terakhir, harapan itu telah berubah, dengan semakin sedikit orang yang menganggap pernikahan sebagai kebutuhan.

Sebuah laporan dari Pew Research Center pada 2017 lalu menemukan satu dari tujuh orang yang belum pernah menikah sebelumnya tidak ingin menikah, dan 27% orang lainnya tidak yakin bagaimana perasaan mereka tentang pernikahan.

Kemudian, laporan Pew pada 2019 menemukan hanya 17% orang yang menganggap bahwa pernikahan penting bagi seorang perempuan untuk memiliki kehidupan yang memuaskan (16% untuk pria), dan tiga dari 10 orang berpikir bahwa menikah sama sekali bukanlah hal yang penting.

Tentu hal ini memiliki banyak alasan, salah satunya adalah saat ini tak sedikit orang yang mulai berfikir bahwa hidup tanpa menikah dengan pasangan adalah pilihan terbaik.

Tak sedikit pula yang berfikir bahwa menikah akan membuat Anda harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk keperluan rumah tangga hingga mungkin trauma masa lalu yang membuat seseorang takut untuk menikah.

Berikut, beberapa alasan yang mungkin mendasari seseorang memutuskan untuk tidak menikah seperti dirangkum redaksi Tirto.

1. Ingin fokus pada karier

Dilansir dari laman, mind body green, beberapa orang berfikir untuk lebih mengejar dan fokus pada karier dari pada pernikahan.

Pernikahan dan hubungan komitmen jangka panjang dapat memakan banyak waktu dan perhatian, dan beberapa orang tidak tertarik untuk membagi energi mereka antara pekerjaan dan asmara.

Hal ini tidak lantas berarti bahwa berkarier dan menikah tidak akan pernah berhasil. Sebab sebenarnya ada banyak perempuan yang tetap memiliki karier cemerlang meski sudah memutuskan untuk menikah. Namun, hal ini memang membutuhkan kesepakatan dan komitmen yang kuat bersama pasangan.

2. Alasan keuangan

Pernikahan itu mahal, begitu juga perceraian. Beberapa orang tidak mampu menanggung risiko keuangan besar yang terkait dengan pernikahan.

Ada juga kasus pada beberapa orang yang merasa tidak nyaman menghubungkan atau menggabungkan keuangan mereka dengan orang lain. Selain itu kebutuhan setelah menikah juga akan meningkat seperti untuk makan bersama, membayar tagihan listrik hingga kebutuhan tempat tinggal.

3. Takut salah memilih pasangan

Dikutip growthmarriage, orang-orang zaman sekarang dihadapkan pada paradox of choice. Artinya, semakin banyak pilihan akan membuat seseorang merasa semakin tidak puas.

Di zaman sekarang, kehadiran media sosial dan aplikasi kencan memberikan kita kesempatan untuk mengenal lebih banyak orang.

Akibatnya, ada alternatif pilihan jodoh yang lebih banyak dan beragam pula. Hal inilah yang membuat seseorang bisa semakin tidak yakin lagi dengan pilihannya. Bahkan kalaupun ia sudah memiliki pasangan, bukan tidak mungkin akan muncul pertanyaan "bagaimana kalau dia bukan orang yang tepat?".

4. Takut dengan perceraian

Saat kita memutuskan untuk menikah, sebaiknya kita juga memang siap dengan segala risikonya termasuk perceraian, meskipun saat terjadi konflik, perceraian bukanlah satu-satunya pilihan.

Dilansir laman Huffpost, salah satu alasan utama yang membuat seseorang takut menikah adalah perceraian. Tak bisa dimungkiri bahwa setiap pasangan yang menikah pasti berharap hubungannya baik-baik saja dan selalu bahagia hingga maut memisahkan.

Namun, saat terjadi perselisihan atau masalah yang mungkin sudah bertentangan dengan prinsip tak sedikit pasangan yang akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Ketakutan ini akan semakin memuncak apabila orang tersebut sering melihat kasus perceraian di sekitarnya, mulai dari orang tua, teman, atau publik figur terkenal.

5. Takut pernikahan tidak sesuai ekspektasi

Cerita dongeng, film, atau drama di televisi terkadang menyuguhkan kisah percintaan yang indah dan pernikahan sempurna.

Di sisi lain, ada pula tayangan reality show yang menampilkan konflik rumah tangga hingga acara gosip yang memberitakan perceraian.

Anda yang awalnya membayangkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang indah, bisa langsung berpikir sebaliknya. Anda jadi membayangkan hal yang tidak-tidak, misalnya berdebat dengan pasangan, perselingkuhan, penganiayaan atau KDRT, dan semua hal yang tidak membahagiakan soal pernikahan.

Baca juga artikel terkait GAYA HIDUP atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya