Menuju konten utama

Apa Itu Kepribadian Ganda, Kenali 7 Tanda & 9 Cara Mengatasinya

Kepribadian ganda atau DID adalah kasus langka yang memiliki kemungkinan terjadi hanya 0.01-1% dari populasi secara keseluruhan.

Apa Itu Kepribadian Ganda, Kenali 7 Tanda & 9 Cara Mengatasinya
Ilustrasi Tes Kepribadian. foto/istockphoto

tirto.id - Dissociative Identity Disorder (DID) atau kepribadian ganda, merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya dua kepribadian atau lebih pada diri seseorang, yang masing-masing kepribadian tersebut juga memiliki identitas berbeda.

Kepribadian asli kerap disebut dengan identitas “inti”, sementara kepribadian alternatif yang muncul disebut dengan “alter.”

Gangguan disosiatif ini terjadi umumnya akibat trauma berat, hingga penderitanya secara tidak sadar melarikan diri dari kenyataan pahit tersebut secara tidak sehat atau tidak sengaja.

Munculnya gangguan disosiatif itu melibatkan pengalaman pemutusan dan kurangnya kontinuitas antara pikiran, kesadaran, ingatan dan identitas serta tindakan termasuk kontrol motorik, perilaku, dan emosi.

Hal ini dapat mengganggu aktivitas dan fungsi psikologis manusia sehari-hari, namun seluruh kepribadian itu bisa hidup berdampingan (coexistence) pada diri seseorang (Abas, 2022; Gea, 2013), Psikologi Unnes melansir.

7 Gejala Dissociative Identity Disorder atau Kepribadian Ganda

Ada beberapa gejala yang dapat terjadi pada penderita Dissociative Identity Disorder, salah satunya adalah amnesia atau hilangnya ingatan di beberapa waktu dalam hidupnya, yakni ketika kepribadian alter mengambil alih.

Kambuh atau munculnya gejala dapat terjadi ketika penderita DID sedang mengalami stres yang cukup berat, tulis laman Mayo Clinic.

Gejala yang muncul tergantung pada jenis gangguan disosiatif yang dimiliki oleh penderita. Gejala-gejalanya kemungkinan antara lain:

  1. Amnesia (hilang memori) pada peristiwa, waktu, atau informasi pribadi
  2. Merasa lepas dari diri sendiri dan tak memiliki emosi
  3. Terdistorsi dari persepsi orang-orang dan hal yang terjadi seperti mimpi dan tidak nyata
  4. Merasa identitas diri menjadi kabur
  5. Memiliki stres yang berat dalam kehidupan pribadi atau pekerjaan
  6. Tidak mampu mengatasi stres emosional
  7. Memiliki kondisi depresi, anxiety, perilaku bunuh diri

Penyebab Dissociative Identity Disorder atau Kepribadian Ganda

Kepribadian ganda atau DID adalah kasus langka yang memiliki kemungkinan terjadi hanya 0.01-1% dari populasi secara keseluruhan. Sehingga, gejala yang sampai terdiagnosa umumnya terjadi ketika usia dewasa dengan jumlah penderita lebih banyak pada kaum hawa.

Pemicu atau penyebab seseorang dapat mengalami kondisi DID adalah pengalaman trauma berat di masa kanak-kanak. Trauma yang dialami dapat berupa pelecehan seksual, kekerasan fisik, kekerasan emosional, perang, bencana, kematian, penelantaran, kecelakaan, dan hal lain.

Pengobatan Dissociative Identity Disorder atau Kepribadian Ganda

Pengobatan atau penanganan masalah DID ini dilakukan berdasarkan gejala yang muncul pada penderita. Jika gejala muncul seperti pada depresi dan anxiety maka beberapa obat jenis antidepresan akan diberikan.

Pengobatan utama adalah mengatasi trauma yang pernah dialami dengan psikoterapi, karena dianggap lebih efektif. Dilakukan dengan psikiater atau terapis lainnya, terapi dapat berjalan secara kelompok atau individu, juga terapi keluarga.

Fokus dari psikoterapi yang diberikan adalah:

1. Pemberian dukungan dari keluarga

2. Identifikasi serta pelepasan trauma

3. Pengkondisian ketika terjadi perubahan perilaku

4. Mengenali faktor pemicu kambuhnya

5. Kesadaran diri

6. Koping untuk pengelolaan emosi

Beberapa jenis terapi psikologis yang dapat diberikan pada penderita DID, tentunya berdasarkan diagnosa dan keputusan pihak medis adalah:

7. Dialectical Behavioral Therapy (DBT)

8. Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR)

9. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Nur Hidayah Perwitasari